Opini

Menyikapi Fatherless, Kisah Lukman Menjadi Cerminan

Dilansir dari IDN Times Fatherless adalah istilah yang diberikan bagi anak yang hanya tumbuh bersama sang Ibu tanpa kehadiran ayah. Baik secara fisik maupun psikologis. Sosok seorang ayah sangat dibutuhkan dalam peran keluarga, terutama dalam peran mendidik, membounding kedekatan, dan melindungi seorang anak. Namun nyatanya tidak semua anak bisa merasakan kehadiran ayahnya secara fisik disebabkan banyak faktor yang salah satunya disebabkan karena perceraian orang tuanya, atau secara psikis karena kehadiran sang ayah hanya sebagai formalitas anggota keluarga, yang hanya menjalankan tugasnya sebagai pencari nafkah, dimana sang ayah hanya berfokus pada tujuan material, tanpa memperhatikan kehadiran sang anak.

Pengaruh Kehadiran Sosok Ayah 

Padahal jika dikaji lebih lanjut kehadiran sang ayah bagi anak bukan hanya sebatas menambah kedekatan dan kasih sayang saja, tetapi memiliki banyak dampak bagi seorang anak dari segi kecerdasan emosional, pendidikan karakter, kecerdasan moral, dan pencapaian akademik. Anak yang tumbuh tanpa kehadiran sang ayah cenderung kurang memiliki kemampuan dalam aspek-aspek tersebut.

Kajian penelitian yang dilakukan oleh  Okta Aulia dkk. membuktikan bahwa anak yang tidak merasakan kehadiran ayahnya cenderung kurang memiliki kecerdasan emosional sehingga sulit untuk berinteraksi sosial dengan baik, tidak peka dan memiliki emosi yang tumpul. Dari segi pendidikan karakter anak yang tumbuh tanpa kehadiran anaknya cenderung kurang memiliki karakter yang luhur. Dari segi kecerdasan moral terbukti bahwa anak yang tumbuh tanpa kehadiran sang ayah cenderung kurang memiliki keseimbangan  emosional dan sosial karena tidak memiliki landasan dan bimbingan moral dalam kehidupan, dan dari pencapaian akademik anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayahnya cenderung memiliki prestasi akademik yang buruk.

Kisah Luqman, Sosok Ayah yang Bertanggung Jawab

Pada akhirnya kehadiran sang Ayah dibutuhkan dari segi kebutuhan fisik dan juga psikis. Seperti yang telah dicontohkan dalam Al-Qur’an yang terdokumentasikan dalam Surat Luqman ayat 12 – 19. Sosok Luqman digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai sosok ayah yang penuh nasehat kepada anaknya. Luqman adalah Putra Nabi Ayub, sosok bijaksana yang namanya terabadikan dalam Al-Qur’an. Luqman hadir sebagai contoh bagi banyak ayah  yang memperhatikan sang anak dari berbagai aspek kehidupan anak. Mulai dari segi agama, dari segi moral dan juga pendidikan karakter. Luqman hadir sebagai sosok ayah yang sangat bertanggung jawab terhadap anaknya.

Di antara nasehat Luqman kepada anaknya, adalah supaya tidak bersekutu kepada Allah, berbakti terhadap orang tua, melakukan kewajiban sebagai hamba, dan terus berbuat Kebajikan.

Ayat Luqman yang dimaksud adalah:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Dari ayat di atas nasehat Luqman kepada anaknya mengajarkan kepada sosok ayah bahwa perannya tidak hanya sebagai pencari nafkah tetapi juga sebagai suri teladan yang penuh tanggung jawab. Fatherless hendaknya dicegah dengan kehadiran seorang suami yang siap menjadi seorang Ayah dengan segala tanggung jawabnya terhadap aspek kehidupan anak. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator