Fiqih & Akidah

Puasa Syawal atau Mengqodho Puasa Ramadhan Dulu, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Puasa Syawal merupakan puasa sunnah yang dikerjakan pada bulan Syawal. 

Puasa Syawal berjumlah enam hari. Dikerjakan pada hari kedua setelah lebaran atau bertepatan pada tanggal 2 hingga tanggal 7 Syawal. 

Puasa Syawal sangat dianjurkan dalam agama Islam karena pahalanya yang sangat besar.

Orang yang berpuasa selama enam hari di bulan Syawal akan mendapatkan ganjaran pahala seperti orang yang berpuasa selama setahun.

Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadis berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ اَلدَّهْرِ

Artinya: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian disertakan dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh,” (HR Muslim).

Sementara itu, mengqodho puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib. Lantas mana yang harus didahulukan.

Menanggapi hal tersebut, Buya Yahya dalam ceramahnya berjudul Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal menjelaskan, hukum puasa enam hari di bulan Syawal pahalanya sangat dahsyat.

Seseorang sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa tersebut. Akan tetapi, apabila seseorang masih berhutang puasa Ramadhan wajib harus mengqodho puasanya terlebih dahulu.

Mengqodho puasa hukumnya wajib. Jika dibayar di bulan Syawal maka ia akan mendapatkan bonus puasa Syawal.

BACA JUGA : Menikah di Bulan Syawal: Bukankah Syawal Bulan Sial

Ustadz Adi Hidayat dalam channel YouTube @Omar Network juga menanggapi, orang tersebut harus mengqodho puasa Ramadhan dulu baru kemudian dia meneruskan dengan puasa Syawal.

Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa, seseorang boleh melaksanakan puasa Syawal terlebih dahulu kemudian dilanjutkan puasa qodho

Hal tersebut didasarkan pada firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 184:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Berdasarkan ayat di atas Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, seseorang boleh mengerjakan puasa Syawal terlebih dahulu apabila ia bisa memastikan bisa hidup sampai ia mengqodho puasa Ramadhannya. 

Oleh karena itu, seseorang diutamakan mengqodho puasa Ramadhan terlebih dahulu. Setelah selesai mengqodho puasa Ramadhan boleh dilanjutkan dengan puasa Syawal. 

Jika takut tidak dapat melaksanakan puasa Syawal, maka mohonkan doa kepada Allah SWT supaya diberikan kemuliaan seperti orang yang berpuasa di bulan Syawal. 

Wallohu A’lam
Oleh Wilda Febriani

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator