Fiqih & AkidahHikmah & Wawasan

Menguak 3 Tahapan Menuju Kesempurnaan Iman, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Keimanan adalah pondasi perilaku seorang Muslim yang baik, mencakup keyakinan penuh pada Allah, patuh pada perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Keimanan tersebut harus tercermin dalam setiap tindakan dan keputusannya.

Cara terbaik untuk mempertahankan dan mengokohkan keimanan, adalah dengan ilmu dan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai agama, serta komitmen untuk terus meningkatkan amal ibadah, dan menjauhi perbuatan maksiat.

Iman secara bahasa artinya percaya. Secara istilah, artinya meyakini dengan hati, apa saja yang diwajibkan untuk diimani dengan keyakinan yang kuat, lalu mengucapkannya dengan lisan, dan mengerjakannya dengan anggota badan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْإِيمَانُ مَعْرِفَةٌ بِالْقَلْبِ، وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ

Artinya: “Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan beramal dengan anggota badan,” (HR Ibnu Majah).

Hal-hal yang wajib diimanii terangkum dalam rukun iman, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Jibril Alaihis Salam. Rasulullah SAW bersabda:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Artinya: “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk,” (HR Muslim).

Jika keenam rukun iman telah diyakini sepenuhnya, langkah selanjutnya adalah mengucapkannya dengan lisan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

Artinya: Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya,” (HR Muslim).

Setelah menyatakan tekad keimanan melalui pengucapan dua kalimat syahadat, tahap berikutnya adalah mengimplementasikan iman tersebut melalui serangkaian tindakan, yakni pelaksanaan ibadah-ibadah yang telah ditentukan. Rasulullah SAW bersabda:

وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

Artinya: “Mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya,” (HR Muslim).

Perintah mendirikan sholat, zakat, puasa, dan haji merupakan kewajiban setiap muslim yang sudah aqil (berakal) dan baligh (dewasa). Kewajiban ibadah ini disebut sebagai rukun Islam.

Selanjutnya dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW menjelaskan ihsan sebagai pilar ketiga dari rukun agama; sebuah konsep yang mencakup tingkat kesempurnaan atau keunggulan dalam beribadah kepada Allah SWT.

قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya: Dia bertanya lagi: ”Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi SAW menjawab, ”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu,” (HR Muslim).

Ihsan memiliki makna yang mendalam, yang mencakup tiga dimensi utama, yaitu beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, meyakini bahwa Allah melihat setiap hamba-Nya, dan mencapai tingkat kualitas ibadah terbaik.

Konsep ini menegaskan pentingnya ketulusan, ketaatan, dan kesadaran penuh dalam setiap aspek ibadah sebagai bentuk pencapaian tingkat kesempurnaan ibadah.

Tahap awal dalam mencapai kesempurnaan iman adalah mengikuti panduan hidup yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di setiap aspek kehidupan. Beliau bersabda:

‌‌ ‌لَا ‌يُؤْمِنُ ‌أَحَدُكُمْ ‌حَتَّى ‌يَكُونَ ‌هَوَاهُ ‌تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

Artinya: “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian, hingga menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang telah kubawa padanya,” (HR Ibnu Abi ‘Ashim dan Abu Alfath Nashr Ibnu Ibrahim).

Rasulullah SAW diutus untuk menjadi suri teladan bagi umat Islam. Siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaknya ia mengikuti tuntunan Rasululllah SAW, dan menghidupkan sunnahnya.

Menyusuri jejak Rasulullah SAW adalah jalur untuk meraih keridhaan Allah SWT. Selain itu, mengikuti ajaran beliau juga membawa dampak positif lain, yakni membawa keteraturan dalam hidup, sebab seluruh ajaran yang disampaikannya membentuk pola hidup yang teratur.

Mencintai Rasulullah SAW merupakan tahapan selanjutnya untuk mencapai kesempurnaan iman. Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah SAW sebagai berikut:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Artinya: “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia,” (HR Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah).

Keimanan harus berdampak pada kecintaan pada Rasulullah SAW. Mengikuti ajaran beliau akan terasa ringan dan menyenangkan, jika diikuti dengan rasa cinta padanya. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW adalah dengan memperbanyak sholawat kepadanya, mempelajari sirah nabawiyah, dan menjalankan sunnahnya.

Rasulullah SAW bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian, hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri,” (HR Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah).

Mencintai sesama muslim merupakan kesempurnaan iman. Seorang muslim harus mendahulukan cinta kepada sesama muslim dibandingkan kecintaan kepada yang lain. Urutannya, mengutamakan cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, lalu cinta kepada sesama muslim sebagaimana mencintai diri-sendiri, kemudian kecintaan kepada hal lain yang sesuai dengan fitrah manusia.

Mencintai sesama muslim menjadi salah satu tanda bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang. Maka, sebagai konsekuensi keimanan, mencintai sesama muslim sebuah keharusan.

Keimanan harus berbuah kepada amal perbuatan yang dilaksanakan sebaik mungkin. Beberapa ajaran pokok penyempurna keimanan dari Rasulullah SAW ini, menjadi bukti bahwa adanya iman di dalam hati, menuntut adanya pelaksanaan amal saleh secara maksimal.

Iman, islam dan Ihsan merupakan rukun agama yang saling melengkapi. Iman saja tidak cukup jika tanpa amal, dan amal saja tidak cukup jika tidak dilaksanakan dengan baik dan maksimal.

Kesempurnaan iman dengan melalui tiga tahapan tersebut, akan berdampak positif kepada kehidupan. Seseorang yang sempurna imannya akan teguh dalam pendiriannya sebagai seorang muslim, dan menjadikan hidupnya untuk meraih keridhaan Allah SWT semata. Dengan begitu, seorang muslim akan meraih kebahagiaan di dunia, dan keselamatan di akhirat.

Wallahu A’lam
Oleh Alvy Rizqy Pratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator