Waktu: Kunci Kebahagiaan yang Kerap Dilupakan
TSIRWAH INDONESIA – Waktu dalam ajaran Islam bukan sekadar dimensi jam, menit, dan detik. Melainkan sebuah perjalanan berharga yang membawa manusia menuju kebahagiaan sejati.
Konsep waktu dalam Islam mencakup aspek kehidupan spiritual, sosial, dan pribadi. Waktu adalah nikmat yang teramat berharga dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Beberapa hukum syariat yang berlaku bagi umat Islam, pelaksanaannya terikat dengan waktu, seperti shalat, puasa, zakat fitrah, penyembelihan hewan qurban, dan lain sebagainya.
Islam mendorong untuk memanfaatkan waktu dengan baik, menghindari membuang-buang waktu dan menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu adalah modal berharga yang harus digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan pengetahuan, dan berbuat kebajikan kepada sesama.
Tafsir Waktu dalam Islam
Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-Ashr ayat 1-3 sebagai berikut:
وَٱلعَصرِ إِنَّ ٱلإِنسَـٰنَ لَفِي خُسرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوا بِٱلحَقِّ وَتَوَاصَوا بِٱلصَّبرِ
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”
Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan ketiga ayat tersebut sebagai berikut:
الْعَصْرُ: الزَّمَانُ الَّذِي يَقَعُ فِيهِ حَرَكَاتُ بَنِي آدَمَ، مِنْ خَيْرٍ وَشَرٍّ. وَقَالَ مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ: هُوَ الْعَشِيُّ، وَالْمَشْهُورُ الْأَوَّلُ. فَأَقْسَمَ تَعَالَى بِذَلِكَ عَلَى أَنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، أَيْ: فِي خَسَارَةٍ وَهَلَاكٍ، ﴿إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ﴾ فَاسْتَثْنَى مِنْ جِنْسِ الْإِنْسَانِ عَنِ الْخُسْرَانِ الَّذِينَ آمَنُوا بِقُلُوبِهِمْ، وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِجَوَارِحِهِمْ، ﴿وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ﴾ وَهُوَ أَدَاءُ الطَّاعَاتِ، وَتَرْكُ الْمُحَرَّمَاتِ، ﴿وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴾ عَلَى الْمَصَائِبِ وَالْأَقْدَارِ، وَأَذَى مَنْ يُؤْذِي مِمَّنْ يَأْمُرُونَهُ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَهُ عَنِ الْمُنْكَرِ.
Artinya: “Al-Ashr: waktu yang ada padanya pergerakan anak Adam, dari yang baik ataupun buruk. Telah berkata Imam Malik, dari Zaid bin Aslam: “Maksudnya adalah waktu sore, dan ini adalah makna yang utama. Allah telah bersumpah dengan waktu karena sesungguhnya manusia itu merugi, yaitu dalam kebangkrutan dan kecelakaan. (Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh) maka manusia yang dikecualikan dari kerugian itu adalah orang-orang yang beriman dengan hatinya, dan beramal saleh dengan tubuhnya, (dan saling mewasiatkan dalam kebenaran), maksudnya melaksanakan ketaatan dan meninggalkan keharaman, (dan saling mewasiatkan dalam kesabaran), yaitu dalam kemampuan dan kesanggupan. Telah tercela orang yang mencela orang-orang yang mengajak kepada yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar.”
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam juga bersabda tentang nikmat waktu yang sering dilupakan manusia sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Artinya: “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari)
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan hadits ini dengan mengutip ucapan Imam Ibnu Baththal:
قَالَ ابْنُ بَطَّالٍ : مَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّ الْمَرْءَ لَا يَكُونُ فَارِغًا حَتَّى يَكُونَ مَكْفِيًّا صَحِيحَ الْبَدَنِ فَمَنْ حَصَلَ لَهُ ذَلِكَ فَلْيَحْرِصْ عَلَى أَنْ لَا يَغْبِنَ بِأَنْ يَتْرُكَ شُكْرَ اللَّهِ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ عَلَيْهِ وَمِنْ شُكْرِهِ امْتِثَالُ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابُ نَوَاهِيهِ فَمَنْ فَرَّطَ فِي ذَلِكَ فَهُوَ الْمَغْبُونُ وَأَشَارَ بِقَوْلِهِ ” كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ” إِلَى أَنَّ الَّذِي يُوَفَّقُ لِذَلِكَ قَلِيلٌ .
Artinya: “Telah berkata Ibnu Baththal: makna hadits ini adalah sesungguhnya seseorang tidak akan menjadi luang sampai ia cukup sehat badannya. Maka siapa saja yang telah memilikinya maka berkehendaklah untuk tidak berbuat zalim dengan cara tidak meninggalkan bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sudah Dia berikan. Di antara bentuk syukur kepada-Nya ialah dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Barangsiapa yang melalaikannya maka dia adalah orang yang zalim. Ini diindikasikan dengan sabda nabi ‘banyak manusia’ yang maksudnya sesungguhnya orang-orang yang melakukannya (bersyukur dengan sehat dan waktu luang) sedikit.”
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, bahwa keberadaan waktu sangat berharga dalam setiap aspek kehidupan manusia. Seseorang akan mendapatkan keberuntungan atau kerugian, terlihat dari caranya menggunakan waktu.
Sudah selayaknya bagi orang yang masih memiliki waktu luang, dan tubuh yang sehat, banyak bersyukur kepada Allah, dengan cara memaksimalkan amal kebajikan, dan meninggalkan kemaksiatan. Dengan demikian, ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia, dan juga akhirat.
Umat Muslim diharapkan dapat memanfaatkan waktu dengan lebih bijak. Mengubah setiap detik sebagai sarana menuju kebahagiaan hakiki.
Wallahu A’lam
Oleh Al-Ustadz Alvy Rizky Pratama