5 Cara Menjadi Pemuda yang Dikagumi oleh Allah, Berikut Kiat-kiatnya
TSIRWAH INDONESIA – Masa muda adalah fase kekuatan di antara dua fase kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Fase ini sangat penting, karena apabila dioptimalkan dengan baik akan menjadi sebab dikagumi oleh Allah.
Terdapat kiat-kiat agar menjadi pemuda yang dikagumi Allah. Dijelaskan dalam hadits nabi, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah,” (HR Ahmad dan Ath-Thabrani).
Pada hari kiamat nanti masa muda seseorang akan menjadi salah satu poin yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits nabi, dari Abu Barzah Al-Aslami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ
Artinya: “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: umurnya untuk apakah ia habiskan, jasadnya untuk apakah ia gunakan, ilmunya apakah telah ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan,” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).
Pengertian Shabwah
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwasannya Allah kagum kepada pemuda yang tidak memiliki sifat shabwah, berikut penjelasan pengertian shabwah menurut Imam Abdurrouf Al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir juz 2 halaman 263:
ميل إلى الهوى، بحسن اعتياده للخير، وقوة عزيمته في البعد عن الشر.
Artinya: “Cenderung memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.”
Kesimpulannya adalah Allah subhanahu wa ta’ala benar-benar kagum kepada pemuda yang tidak memiliki shabwah, yaitu pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
BACA JUGA: Ustadzah Halimah Alaydrus Part 1: 5 Tips Menjadi Hamba yang Dicintai Allah SWT, Poin 4 Ini Sering Dilalaikan
Kiat-kiat Mengantisipasi Sifat Shabwah
Ironisnya seringkali usia muda ini dikeruhkan oleh sifat shabwah, sehingga masa mudanya tidak optimal. Akibatnya di masa tua ia termasuk orang-orang yang gagal dan merana. Sedangkan di akhirat termasuk orang-orang yang celaka dan binasa.
Untuk mengantisipasi sifat shabwah ini, hendaknya melakukan kiat-kiat berikut ini:
1. Semangat Belajar dan Beribadah
Harkat dan martabat seorang pemuda itu terletak pada ilmu dan takwanya. Jika pemuda malas, tidak mau belajar dan tidak rajin beribadah, maka tidak ada yang bisa dibanggakan dari pemuda tersebut.
Imam As-Syafii dalam kitabnya yaitu Diwan As-Syafii mengatakan:
مَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً. تَجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتـِهِ .وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ. فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتـِهِ .حَيَاةُ الْفَتَى وَاللهِ بِالْعِلْمِ وَالتُّقَى. إِذَا لَمْ يَكُوْنَا لَا اعْتِبَارَ لِذَاتـِهِ.
Artinya: “Barangsiapa belum merasakan susahnya menuntut ilmu barang sejenak. Ia pasti akan merasakan hinanya kebodohan seumur hidupnya. Barangsiapa yang lalai dari menuntut ilmu semasa mudanya. Maka bertakbirlah engkau atasnya sebanyak empat kali akan wafatnya ia. Hidupnya seseorang itu demi Allah ditentukan oleh ilmu dan takwa. Jika keduanya sudah tidak ada, maka tidak ada lagi harga dirinya.”
2. Aktif Berperan dalam Kebaikan
Imam As-Sya’rani dalam kitab Tanbihul Mughtarrin menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memberikan wasiat sebagai berikut:
أُوْصِيْكُم بِالشُّبّانِ خَيراً فَإِنَّهُم أرَقُّ أفئِدَةً، إنَّ اللَّهَ بَعَثَني بَشيراً و نَذيراً فَحالَفَنِي الشُّبّانُ وخالَفَنِي الشُّيوخُ
Artinya: “Aku wasiatkan kepada kalian: ‘perlakukanlah para pemuda dengan baik, sesungguhnya mereka tulus dan mudah disentuh (perasaannya), sesungguhnya Allah telah mengutusku dengan ketulusan dan kemudahan, (lihatlah) mereka yang mau berkumpul denganku adalah para pemuda sementara orang-orang tua menentangku’,” (HR Bukhori).
Dengan memberikan kesempatan untuk berperan dengan baik, maka pemuda akan merasa diperhatikan dan dimuliakan serta kepercayaan diri akan muncul sehingga dapat berperan dengan maksimal.
3. Memilih Teman yang Baik
Memilih teman-teman yang baik untuk membantu proses pembentukan dirinya menjadi seorang pemuda yang sholeh, cerdas dan bertanggungjawab.
Rasulullah SAW bersabda:
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Artinya: “Seseorang akan mengikuti perilaku orang yang sering bergaul dengannya, maka hendaknya setiap orang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia bergaul,” (HR Ahmad).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya oleh sahabat tentang teman yang baik, sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi berikut ini:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ جُلَسَائِنَا خَيْرٌ ؟ قَالَ: مَنْ ذَكَّرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ، وَزَادَكُمْ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ، وَذَكَّرَكُمْ بِالآخِرَةِ عَمَلُهُ
Artinya: “Wahai Rasulullah, siapa teman duduk yang paling baik? Rasulullah menjawab: ‘Teman yang paling baik adalah teman yang dengan melihatnya, mengingatkan kalian kepada Allah, ucapannya menambahkan ilmu bagi kalian, dan perbuatannya mengingatkan kalian akan akhirat’,” (HR Abu Ya’laa).
4. Berlatih Bekerja dan Berusaha
Melatih diri membantu pekerjaan di rumah, membangun hubungan kemasyarakatan dan merintis usaha untuk mengais rezeki yang halal akan mendewasakan seorang pemuda sehingga bertindak benar dan bermanfaat.
Dalam kitab Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari juz 1 halaman 294, Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mencatat riwayat tentang Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut:
عن إبن عباس: أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ دَخَلَ الخَلَاءَ، فَوَضَعْتُ له وَضُوءًا قالَ: مَن وضَعَ هذا؟ فَأُخْبِرَ فَقالَ: اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ في الدِّينِ
Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas: ‘sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kamar mandi (toilet), kemudian aku meletakkan seember air untuknya.’ Rasulullah berkata: ‘Siapa yang meletakkan ini?’ Kemudian diberitahukan (bahwa itu adalah Ibnu ‘Abbas). Lalu Rasulullah berkata: ‘Ya Allah, berilah Ibnu Abbas kepahaman dalam agama’,” (HR Ibnu Hibban).
Dalam hadist lainnya, dari Amr bin Harits berkata:
انطلق بي ابي الى رسول الله صلى الله عليه وسلم وانا غلام شاب فمر النبي صلى الله عليه وسلم على عبد الله بن جعفر وهو يبيع شيئا يلعب به فدعا له النبي صلى الله عليه وسلم قال : الله بارك له في تجارته
Artinya: “Ayahku bersama denganku pergi menghadap Rasulullah SAW, dan pada saat itu aku masih kecil. Lalu nabi bertemu dengan Abdullah bin Ja’far yang sedang menjual mainannnya, kemudian nabi mendoakannya dengan doa: ‘alloohumma baarik lahuu fii tijaarotihii’ (ya Allah, berkahilah dia di dalam dagangannya),” (HR Al-Baihaqi).
5. Menanamkan Muraqabatullah
Muroqabatullah yaitu merasa diri selalu diawasi oleh Allah SWT. Kesadaran ini akan membuat pemuda lebih berhati-hati dalam bertindak dan senantiasa menggunakan sebagian besar waktunya untuk meraih pahala dan ridho Allah SWT.
Hal ini juga diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu yang masih kanak-kanak ketika dalam suatu perjalanan, sebagaimana hadits berikut:
عبْد الله بن عَبّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا، فَقَالَ: يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ…
Artinya: “Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, ‘Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu…’,” (HR Tirmidzi).
Demikianlah pemuda yang benar-benar dikagumi oleh Allah SWT, yang tidak memiliki sifat shabwah dan senantiasa mengoptimalkan dirinya agar kelak sukses di dunia juga di akhirat. Semoga kita termasuk di dalamnya, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Aryan Andika