Fiqih & AkidahHikmah & Wawasan

10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah: Berikut 6 Amalannya

TSIRWAH INDONESIA – Tidak terasa, sebentar lagi memasuki bulan Dzulhijjah, yang merupakan bulan haram di antara tiga bulan lainnya, yaitu bulan Dzulqa’dah, Muharram, dan RajabSebuah hadits menyebutkan bahwasanya:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari dua belas bulan, di antaranya empat bulan haram, tiga bulan berurutan, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Syaban,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keempat bulan haram tersebut merupakan bulan-bulan mulia (al-asyhur al-hurum). Istilah ‘haram’ merujuk pada arti terlarang dan terhormat, sehingga tidak boleh melakukan suatu peperangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Qur’an surat At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Mengingat betapa mulianya bulan Dzulhijjah sebagai bulan haram, terdapat sepuluh hari pertama yang disebutkan secara khusus. Oleh karena itu, beberapa dalil, baik Al-Qur’an maupun hadits menjelaskan amalan-amalan yang dapat dikerjakan, di antaranya:

Terdapat salah satu rutinitas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Dzulhijjah, yaitu berpuasa pada hari pertama hingga kesembilan, seperti yang tercantum dalam sebuah hadits berikut:

 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ

Artinya: “Rasulullah SAW biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, pada hari Asyura (sepuluh Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis,” (HR. Abu Daud).

Adapun puasa arafah setiap tanggal sembilan Dzulhijjah yang memiliki keutamaan apabila dikerjakan, sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Artinya: “Puasa arafah (sembilan Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa asyura (sepuluh Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu,” (HR. Muslim).

Selain itu, bersedekah juga merupakan amalan yang dapat dikerjakan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, karena termasuk salah satu induknya ibadah. Mengutip dari buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah karya Hanif Luthfi, Lc., MA disebutkanbahwa ulama besar Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fath al-Bari:

والذي يظهر أن السبب في امتياز عشر ذي الحجة لمكان اجتماع أمهات العبادة فيه وهي الصلاة والصيام والصدقة والحج ولا يتأتى ذلك في غيره

Artinya: “Sebab yang jelas tentang keistimewaan sepuluh hari (pertama) bulan Dzulhijjah adalah karena terhimpunnya induk-induk ibadah di dalamnya, yaitu sholat, puasa, sedekah, dan haji. Di mana untuk waktu-waktu yang lain, hal demikian tidak akan bisa terjadi.”

BACA JUGA : 4 Faktor Penyebab Malas Sholat, Nomor 3 Sering Dilakukan

Seorang muslim dianjurkan untuk berdoa pada hari Arafah yang jatuh pada tanggal sembilan Dzulhijjah, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para nabi sebelumku adalah ucapan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)’,” (HR. Tirmidzi).

Melansir dari laman lampung.nu.or.id, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu pelaksanaan beberapa rangkaian ibadah haji, tetapi hal tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mampu. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al-Imran ayat 97:

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Perintah berkurban pada tanggal sepuluh Dzulhijjah dapat dimaknai sebagai wujud rasa syukur. Sementara itu, hewan yang disembelih menunjukkan salah satu nikmat rezeki dari Allah SWT. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Qur’an surat Al-Hajj ayat 34 yang berbunyi:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍۢ جَعَلْنَا مَنسَكًۭا لِّيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَـٰمِ ۗ فَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا۟ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُخْبِتِينَ

Artinya: “Maka makanlah sebagiannya (daging kurban) dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (orang yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Daging-daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhoan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

Sholat Idul Adha menjadi salah satu agenda umat Islam pada tanggal sepuluh Dzulhijjah dengan pelaksanaannya sebanyak dua rakaat, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

Artinya: Rasulullah SAW keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, lalu beliau mengerjakan sholat ‘ied dua rakaat, namun beliau tidak mengerjakan sholat qobliyah maupun ba’diyah,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang utama untuk berlomba-lomba dalam beribadah. Bahkan, kemuliaannya disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Maka dari itu, dianjurkan untuk mengerjakan amal sholeh agar mendapat cinta dari Allah SWT.

Wallohu A’lam
Oleh Andini Putri Oktaviana

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator