Mengenal Sang Penyair, Jalaluddin Rumi: Inilah Cinta
TSIRWAH INDONESIA – Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan sufi besar dari abad ke-13, yang meninggalkan jejak dalam sejarah dan hati jutaan orang di dunia. Karyanya yang sarat akan makna cinta, spiritualitas, dan kedalaman jiwa, masih hidup dan menggema hingga kini.
Jalaluddin Rumi tidak hanya menulis tentang cinta dalam bentuknya yang sederhana. Baginya, cinta adalah kekuatan ilahi yang menggerakkan alam semesta, membawa manusia menuju penemuan diri sejati, dan mendekatkan mereka kepada Sang Pencipta.
Ajaran cinta Jalaluddin Rumi begitu abadi, sebab beliau berbicara dengan bahasa hati, bahasa yang melampaui batas waktu, budaya, dan agama. Setiap kata yang beliau tulis, membawa pesan kasih yang menginspirasi pencarian spiritual dan pencapaian kedamaian dalam diri.
Biografi Jalaluddin Rumi
Melansir dari buku berjudul Belajar Hidup dari Rumi karya Haidar Bagir, nama lengkapnya adalah Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al-Khattabi Al-Bakri. Maulana, merupakan julukan dari masyarakat yang berarti “tuan kami” (sebutan untuk guru sufisme dan orang terpelajar). Rumi, merupakan sebutan dari kata Rum, sebutan untuk tanah Roma.
Jalaluddin Rumi lahir pada 6 Rabiul Awwal 604 Hijriyah atau 30 September 1207 Masehi di Balkhi (saat ini, Afghanistan Utara). Beliau berasal dari keturunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam melalui Fatimah Az-Zahrah.
Jalaluddin Rumi tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kaya akan tradisi keagamaan dan intelektual. Ayahnya, Jalaluddin Baha’uddin Muhammad atau Baha Walad, adalah seorang teolog terkemuka dan guru sufisme yang sangat dihormati di Balkhi.
Sejak kecil, Jalaluddin Rumi mendapatkan pendidikan agama yang mendalam dari ayahnya, termasuk pengajaran dalam ilmu-ilmu klasik Arab-Persia. Pengaruh besar ayahnya tidak hanya terbatas pada pendidikan agama, tetapi juga mencakup bimbingan spiritual yang membentuk dasar-dasar pemahaman mistisisme dalam diri.
Setelah wafatnya sang ayah, tepatnya pada tahun 1231 Masehi di Konya, Maulana Jalaluddin Rumi melanjutkan warisan spiritual dan intelektual. Pada tahun yang sama, beliau mulai mengambil peran sebagai penasihat raja dan memimpin perguruan tinggi di Konya.
Setelah menjalani kehidupan yang penuh dengan pencarian spiritual dan karya-karya sastra yang mendalam, Jalaluddin Rumi meninggal dunia pada 17 Desember 1273 Masehi di Konya, wilayah yang kini menjadi bagian dari Turki. Warisannya sebagai penyair dan guru sufi terus hidup dalam karya-karyanya yang tetap dibaca dan dihormati hingga saat ini.
Karya-karya Populer Jalaluddin Rumi
Merangkum dari sebuah penelitian karya Ika Astaprilia Budiarti berjudul Makna Cinta dalam Pemikiran Rumi dan Gibran, beberapa karya Jalaluddin Rumi kaya akan makna spiritual dan kebijaksanaan, berikut ini beberapa karya paling popular yang telah mengabadikan nama Jalaluddin Rumi dalam sejarah sastra dunia:
Baca Juga: 2 Tokoh Ulama yang Mempengaruhi Pemikiran M. Quraish Shihab
1. Al-Majalis As-Sab’ah
Pertama, karya berjudul Al-Majalis As-Sab’ah. Ini merupakan kumpulan khutbah Jalaluddin Rumi yang disampaikan di berbagai masjid dan majelis keagamaan. Karya ini mencerminkan perjalanan spiritual beliau, termasuk hubungannya dengan sang guru, Syamsuddin al-Tabrizi. Karya ini membahas berbagai aspek kehidupan dan spiritualitas yang menjadi fondasi ajarannya.
2. Majmu’ah min Ar-Rasa’il
Selanjutnya, Majmu’ah min Ar-Rasa’il, merupakan koleksi surat-surat yang ditulis Jalaluddin Rumi kepada sahabat dan kerabatnya. Surat-surat ini mengandung nasihat-nasihat praktis tentang tasawuf dan panduan kehidupan spiritual.
3. Fihi Ma Fihi
Kumpulan percakapan Jalaluddin Rumi dengan para sahabat dan murid-muridnya, tertuang dalam karya berjudul Fihi Ma Fihi. Karya ini membahas berbagai isu sosial dan keagamaan yang diajukan oleh para murid Jalaluddin Rumi.
4. Divani Syamsi Tabriz
Karya berjudul Divani Syamsi Tabriz adalah kumpulan puisi yang terinspirasi oleh Syamsuddin Al-Tabrizi. Karya ini sebagian besar berbentuk ghazal dan mengekspresikan cinta transendental yang dirasakan dalam jalan tasawuf.
5. Masnavi Ma’nawi
Masnavi Ma’nawi adalah karya terbesar Jalaluddin Rumi yang terdiri dari enam jilid dan lebih dari 25.000 bait. Karya ini menyajikan ajaran tasawuf melalui apologi, anekdot, dan legenda, yang semuanya dirangkai dalam bentuk puisi yang indah. Masnavi Ma’nawi tidak hanya mengajarkan nilai-nilai spiritual, tetapi juga dianggap sebagai salah satu karya sastra terpenting dalam sejarah dunia.
6. Rubaiyat
Rubaiyat adalah kumpulan puisi empat baris yang dikenal sebagai Rubai. Meskipun tidak sepopuler karya-karya lainnya, Rubaiyat tetap menunjukkan kebesaran karya dari penyair lirik yang agung.
Ajaran Cinta dan Quotes
Maulana Jalaluddin Rumi, dalam ajarannya, cinta tidak hanya bermakna romantis, tetapi melibatkan hubungan mendalam dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan sesama manusia. Cinta menurut Rumi adalah kekuatan yang menggerakkan alam semesta dan menghubungkan segala sesuatu dengan Sang Pencipta.
Melansir dari karya Abdul Aziz dalam bukunya berjudul Aku Memilih Cinta, terdapat beberapa kumpulan quotes Jalaluddin Rumi yang menggambarkan esensi cinta. Rumi sering menggunakan metafora dan ungkapan yang penuh makna untuk menyampaikan esensi cinta dalam hubungan spiritual dan kemanusiaan.
Salah satu quotes Jalaluddin Rumi, yaitu:
“Setiap sesuatu yang ada, pasti ada yang lebih sempurna. Jika memang bukan yang paling indah, tidak perlu berlebihan mencintainya. Selamatkan dirimu dari berhala cinta di dalam hatimu. Lihatlah keindahannya sebagai sesuatu yang tanpa bentuk dan raga.”
Jalaluddin Rumi mengingatkan supaya seseorang tidak terjebak dalam cinta yang berlebihan atau materialistik. Cinta sejati seharusnya tidak terbatas pada bentuk atau penampilan, tetapi harus dihargai dalam konteks yang lebih luas dan mendalam. Melalui quotes lainnya, beliau mengatakan:
“Cinta adalah madu untuk orang-orang dewasa, adalah susu untuk anak-anak. Dia adalah beban terakhir yang diangkat pada setiap kapal dan menyebabkan semuanya tenggelam karena beratnya melebihi kepalanya.”
Berdasarkan kutipan ini, Jalaluddin Rumi menggunakan metafora untuk menunjukkan perbedaan pengalaman cinta. Bagi orang dewasa, cinta adalah sesuatu yang memberikan kenikmatan dan kedalaman emosional, seperti madu yang manis. Sementara bagi anak-anak, cinta bisa menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan dasar, seperti susu.
Namun, cinta juga bisa menjadi beban berat, membebani seseorang dengan tanggung jawab dan kedalaman yang membuat tenggelam, jika tidak dikelola dengan bijaksana.
Lebih lanjut, quotes Jalaluddin Rumi lainnya berbunyi:
“Cinta adalah alat dan perantara yang menunjukkan rahasia-rahasia Allah SWT”.
Jalaluddin Rumi menganggap cinta sebagai jembatan yang memungkinkan seseorang untuk memahami rahasia-rahasia Allah SWT. Melalui cinta, seseorang bisa mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang keberadaan dan tujuan ilahi. Cinta adalah kunci untuk membuka pemahaman spiritual dan hubungan yang lebih dalam dengan Allah SWT.
Ada berbagai cara untuk mendekati dan memahami Allah SWT, dan salah satu jalan yang beliau pilih adalah dengan ‘cinta’. Hal ini sebagaimana quotes yang pernah disebutkan, yaitu:
“Ada banyak jalan untuk sampai kepada Allah SWT. Aku memilih cinta.”
Sebagai penutup, karya dan ajaran Jalaluddin Rumi tetap relevan dan menyentuh jiwa hingga saat ini. Ajarannya tentang cinta dalam dimensi spiritual tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga membawa umat lebih dekat kepada pemahaman sejati tentang cinta dan kehidupan.
Wallohu A’lam
Oleh Nurul Fauziah