Rahasia Cinta Rasulullah: Bagaimana Memperlakukan Istri Ketika Haid
TSIRWAH INDONESIA– Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok teladan sepanjang zaman. Segala ucapan, perbuatan, dan pengakuannya menjadi sebuah dalil betapa mulianya kepribadian dan sifatnya. Oleh karena itu, beliau mendapatkan gelar “uswatun hasanah” yang artinya adalah teladan yang baik menurut Al-Qur’an.
Kesabaran dan keikhlasannya dalam berdakwah untuk menyebarkan agama Islam, dan dapat menjadi salah satu contoh bagi kita semua bahwa beliau adalah sosok yang tidak mudah menyerah. Bahkan, di saat ujian dakwah semakin berat, maka bertambah pula volume kesabaran beliau.
Kendati demikian, Rasulullah SAW bukan hanya teladan dalam hal dakwah saja, lebih dari itu, beliau merupakan potret suami ideal masa kini dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Beliau tidak pernah membuat istri-istrinya kecewa, bahkan di saat haid sekalipun.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas rahasia cinta Rasulullah melalui sikap romantis kepada istrinya yang sedang haid.
Hal ini menjadi sangat penting untuk dibahas, karena saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa cara memperlakukan istri yang sedang haid adalah dengan dijauhi, dan tidak boleh bermain dengan mereka.
Tetap Romantis Walaupun Istri dalam Keadaan Haid
Melansir dari www.nu.or.id, dalam ajaran islam, istri yang sedang haid dan nifas hanya tidak diperbolehkan untuk bersenggama. Selain hal tersebut, syari’at islam memperbolehkan, termasuk bersenda gurau, bercumbu, dan beberapa sikap romantis lainnya.
Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
اِصْنَعُوا كُلَّ شَىْءٍ إِلاَّ النِّكَاحَ
Artinya: “Kerjakanalah setiap sesuatu (ketika istri haid) kecuali nikah (bersetubuh),” (HR. Muslim)
Dari potongan hadits tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ketika istrinya sedang haid, maka hal yang tidak boleh dilakukan adalah hanyalah bersenggama. Walaupun hal tersebut dilarang, Rasulullah tidak mengurangi sikap romantismenya dengan melakukan cumbu rayu.
Hal tersebut diterangkan oleh Aisyah, istri Rasulullah bahwa beliau tetap bermesraan, meskipun Aisyah sedang haid. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
كنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ وَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ فَيَشْرَبُ وَأَتَعَرَّقُ الْعَرْقَ وَأَنَا حَائِضٌ وَأُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ
Artinya: “Aku (Aisyah) sedang minum ketika haid, lalu aku memberikannya kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian beliau meletakkann mulut di tempat mulutku. Aku juga pernah menggigit daging ketika aku sedang haid, lalu (sisa dagingnya) aku berikan kepada Rasulullah, kemudia Rasulullah meletakkan mulutnya, di tempat mulutku,”
Dengan demikian, melakukan cumbu rayu bersama istri yang sedang haid, duduk bersama, dan memakan sisa maka dan minuman adalah hal yang diperbolehkan. Bahkan, ini merupakan cara alternatif untuk membangun hubungan yang lebih romantis dan harmonis dalam sebuah keluarga.
BACA JUGA: Beginilah Romantika Cinta Rasulullah Bersama Sayidah Aisyah
Membaca Al-Qur’an di Samping Sang Istri
Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat, beliau pernah membaca Al-Qur’an di sisi istrinya yang sedang haid. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَّكِئُ فِى حِجْرِى وَأَنَا حَائِضٌ فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ
Artinya: “Rasulullah saw bersandar pada pangkuanku (Aisyah) saat aku haid, sambil membaca Al-Qur’an,” (HR. Aisyah)
Menurut pendapat Imam Abu Zakaria (W. 676 H), beliau mengatakan bahwa hadits tersebut menjadi sebuah dalil tentang diperbolehkannya membaca Al-Qur’an di dekat istri yang sedang menstruasi atau haid, baik dengan duduk bersamanya, atau bersandar kepadanya.
Rasulullah SAW juga bersikap romantis dengan mendekatkan kepalanya kepada Aisyah saat istrinya tersebut saat haid, dan Aisyah merapikan rambut beliau. Sebagaimana sebuah hadits berikut:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يُدْنِى إِلَىَّ رَأْسَهُ وَأَنَا فِى حُجْرَتِى فَأُرَجِّلُ رَأْسَهُ وَأَنَا حَائِضٌ
Artinya: “Rasulullah mendekatkan kepala beliau kepadaku (Aisyah) ketika aku berada di kamarku, kemudian aku rapikan rambut beliau, dan aku dalam keadaan haid” (HR. Aisyah)
Kesimpulan
Dalam penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasulullah sangat memuliakan istri yang sedang haid. Rasulullah tidak menjauhi mereka, bahkan Rasulullah selalu mendekati mereka, serta memanjakannya. Sebab, anggapan wanita yang sedang haid itu najis tidak bisa dibenarkan.
Demikianlah rahasia cinta rasulullah dalam memperlakukan seorang istri, meski dalam keadaan haid yang dapat kita teladani bersama sebagai seorang muslim dan muslimah. Beliau adalah potret suami yang ideal dalam memperlakukan istri, sehingga terjalin sebuah keluarga yang indah dan sesuai dengan ajaran Agama Islam.
Wallahu a’lam
Marsyidza Alawiya