Tokoh & Sejarah

Sejarah Lahirnya Hari Santri Nasional, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober ternyata menyimpan sejarah yang menakjubkan.

Perjuangan santri dalam melawan penjajahan tidak kalah heroiknya dengan perlawanan bambu runcing para pemuda lainnya.

Memanfaatkan peluang yang ada, K.H. Hasyim Asy’ari mengambil risiko dengan berinteraksi dengan Jepang, sambil berharap pada keajaiban pertolongan Allah SWT.

Mengutip dari www.britannica.com, invasi Jepang ke Asia memicu kemarahan Amerika Serikat yang memiliki kepentingan dengan Tiongkok.

Pada Juli 1941, Amerika Serikat memutuskan seluruh hubungan pemerintahan dan perdagangan dengan Jepang. Sanksi ini meningkatkan ketegangan dan mendorong langkah militer Jepang.

Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang melancarkan serangan mendadak ke pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor, Hawaii.

Serangan ini membuat Amerika Serikat secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang dan ikut serta dalam Perang Dunia II.

Jepang yang menghadapi Sekutu—terdiri dari Amerika Serikat, Inggris serta Uni Soviet—mulai terdesak dan mengalami kesulitan.

Meskipun dalam keadaan genting, Jepang tetap gigih melawan dan menolak menyerah.

Salah satu bentuk keputusasaan Jepang adalah dengan merekrut pemuda-pemuda dari daerah jajahan, termasuk Indonesia, untuk dijadikan pasukan militer tambahan.

Menurut nu.or.id, Jepang yang saat itu bekerja sama dengan Ketua Jawatan Agama, K.H. Abdul Wahid Hasyim, mengemukakan gagasan tersebut.

K.H. Abdul Wahid awalnya berat hati memberikan pemuda Indonesia, yang mayoritas santri, kepada Jepang. Namun, ia melihat hal ini sebagai kesempatan.

K.H. Abdul Wahid setuju dengan syarat bahwa para santri yang akan berlatih militer berdiri sendiri, tidak masuk ke dalam militer resmi Jepang.

Jepang yang terdesak menyetujui syarat tersebut. Pada November 1943, terbentuklah pelatihan militer Laskar Hizbullah oleh K.H. Abdul Wahid.

Laskar ini dibawahi Kapten Yanagawa, seorang perwira Jepang, meskipun Laskar Hizbullah bukan bagian dari militer Jepang.

Keputusan K.H. Abdul Wahid ini memicu kontroversi di kalangan masyarakat, yang menuduhnya tunduk kepada Jepang dan mengorbankan para santri.

K.H. Abdul Wahid dan para kiai di Jawa menghadapi kritik ini dengan tenang, melihatnya sebagai persiapan untuk perlawanan di masa depan.

BACA JUGA : Hari Santri: Menggali Peran Santri dalam Dakwah

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, AS atas nama Sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Tragedi ini memaksa Jepang menyerah tanpa syarat.

Para pejuang kemerdekaan di Indonesia segera bertindak setelah mendengar kabar kekalahan Jepang. Golongan muda mendesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, Sang Saka Merah Putih dikibarkan, dan Ir. Soekarno membacakan Proklamasi sebagai Presiden pertama Indonesia.

Sayangnya, ancaman kolonialisme belum sepenuhnya berakhir. Tentara Belanda, dengan dukungan Sekutu, melancarkan Agresi Militer Belanda II.

Pertempuran terjadi di berbagai daerah, dengan mayoritas pejuangnya adalah anggota Laskar Hizbullah yang telah mendapatkan pelatihan militer langsung dari Jepang.

Pada 22 Oktober 1945, K.H. Abdul Wahid Hasyim mengeluarkan Resolusi Jihad, yang memobilisasi seluruh elemen bangsa untuk melawan Agresi Militer Belanda II.

Tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan,” ujar K.H. Abdul Wahid dalam Resolusi Jihad tersebut.

Berbekal doa dari K.H. Subchi dari Parakan, Laskar Hizbullah, bersama ribuan tentara Indonesia lainnya, maju melawan penjajah dengan bambu runcing tanpa gentar.

Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh K.H. Abdul Wahid membekas dalam ingatan para pejuang, menyalakan semangat jihad yang tak kenal takut.

Peristiwa ini sebagai bentuk mengenang para ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal ini juga melatarbelakangi lahirnya Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober.

Wallohu A’lam
Oleh Nazly

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator