Tidak Banyak yang Tahu: Kisah Nabi Muhammad Bermuka Masam pada Salah Satu Sahabatnya
TSIRWAH INDONESIA – Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam pernah ditegur oleh Allah subhanahu wata’ala melalui Al Qur’an surat ‘Abasa. Kisah ini bermula ketika salah seorang sahabat bernama Abdullah bin Ummi Maktum mendatangi Rasulullah. Perlu diketahui bahwa Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang sahabat yang buta dan tidak dapat melihat.
Rasulullah yang kala itu sedang berusaha mengislamkan pembesar dan tokoh dari suku Quraisy, seketika bermuka masam karena Abdullah bin Maktum menyela pembicaraan Nabi Muhammad. Kala itu Abdullah bin Ummi Maktum menanyakan sebuah pertanyaan dan meminta agar Nabi Muhammad membacakan beberapa ayat kepadanya.
Muka masam Nabi Muhammad tersebut langsung ditegur oleh Allah melalui Al Qur’an surat ‘Abasa ayat 1-3 berikut ini:
عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ ١
Artinya: “Dia (Nabi Muhammad) berwajah masam dan berpaling.”
اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ ٢
Artinya: “Karena seorang tunanetra (Abdullah bin Ummi Maktum) telah datang kepadanya.”
وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰىٓۙ ٣
Artinya: “Tahukah engkau (Nabi Muhammad) boleh jadi dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa).”
Ayat ketiga pada surat ‘Abasa di atas, Allah ingin memberi informasi kepada Nabi Muhammad bahwa kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum adalah untuk menyucikan diri dari dosa. Penyucian diri dari dosa ini, dilakukan dengan cara bertanya kepada Rasulullah dan meminta agar dibacakan beberapa wahyu yang pernah Allah turunkan melalui kitab suci Al Qur’an.
Pesan Menarik
Kitab tafsir Tahili memberikan sebuah pesan yang menarik berdasarkan kisah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam di atas. Pesan tersebut salah satunya adalah tentang larangan bagi kita untuk membedakan derajat manusia. Pesan lainnya adalah anjuran bagi kita untuk memprioritaskan orang kecil serta orang yang lemah seperti Abdullah bin Ummi Maktum.
Sebenarnya Rasulullah tidak membedakan derajat antara suku Quraisy maupun Abdullah bin Ummi Maktum. Hanya saja karena Rasulullah sedang memprioritaskan keislaman para tokoh Quraisy akhirnya beliau tidak menjawab pertanyaan Abdullah bin Ummi Maktum dan membuat ia tersinggung.
Muka masam pada raut wajah Nabi Muhammad menjadikan Rasulullah ditegur oleh Allah. Ini juga yang menjadi bukti kesekian kali bahwa Al Qur’an adalah Firman Allah bukan karangan Nabi Muhammad.
Abdullah bin Ummi Maktum walaupun memang bukan tokoh yang berpengaruh tapi sebenarnya ia lebih membutuhkan Rasulullah daripada tokoh Quraisy. Abdullah bin Ummi Maktum ketika mendengar hikmah, maka ia akan memelihara dan membersihkan hatinya dari busuknya kemusyrikan. Adapun tokoh Quraisy adalah orang yang angkuh dan tidak sepatutnya Rasulullah terlalu memprioritaskan mereka.
Kesimpulan
Maka berdasarkan kisah ini, semoga kita bisa menjadi pribadi yang baik kepada siapapun. Salah satu pribadi baik yang dapat kita tiru adalah tidak bermuka masam kepada siapapun dan memprioritaskan orang kecil nan lemah.
Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Lutfi Fuadi