Masa-Masa Sulit Dakwah Rasulullah SAW, hingga Abu Thalib Kekal di Neraka, Simak Kisahnya
TSIRWAH INDONESIA – Setiap orang dalam perjalanan hidupnya akan menemui masa-masa sulit. Sebagian orang dapat menghadapinya dengan tegar dan berhasil melewatinya. Namun, sebagian yang lain memilih untuk menyerah pada keadaan dan berhenti untuk berjuang.
Begitu pula perjalanan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, penuh dengan rintangan dan tantangan. Sebagai rasul pilihan untuk umat akhir zaman, Rasulullah SAW menemui jalan dakwah yang tidak mudah.
Rasulullah SAW harus melewati berbagai macam ujian dan kesulitan dalam berbagai tahapan dakwahnya, untuk menyampaikan risalah Islam ke segenap penjuru alam. Namun, beliau tidak pernah berputus asa. “Sekali layar terkembang, pantang surut mundur ke belakang,” demikian kata pepatah. Dakwah tetap harus disampaikan.
Abu Thalib Meninggal Dunia
Puncak kesulitan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW terjadi saat Abu Thalib, pamannya yang tercinta meninggal dunia. Abu Thalib adalah paman yang mengasuh Muhammad kecil dari usia delapan tahun setelah kematian kakeknya, Abdul Muththalib. Secara emosional, hubungan mereka layaknya ayah dan anak.
Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW di awal penyebaran Islam didukung penuh oleh Abu Thalib. Wafatnya Abu Thalib dalam keadaan kafir menyisakan duka tersendiri di hati beliau. Kekafiran Abu Thalib sampai akhir hayatnya dipertegas oleh hadis berikut ini:
عَنْ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَفَعْتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ قَالَ نَعَمْ هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ لَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: Dari Abbas bin Abdul Mutthalib dia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfaat kepada Abu Thalib, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (untuk memberikan pembelaan) kepadamu,” Beliau menjawab: “Ya, ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena diriku, niscaya berada di dasar neraka,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi Muhammad SAW mendapat banyak gangguan dan ancaman pembunuhan dari kaum kafir Quraisy di fase awal penyebaran Islam, namun mereka tidak pernah sedikitpun berani menyentuh dan melukai Rasulullah SAW karena segan dengan kedudukan Abu Thalib sebagai pemuka kaum Quraisy. Selama ini, Abu Thalib-lah tameng dan pelindung Rasulullah SAW.
Setelah kematian pamannya, kaum kafir Quraisy sudah berani mencekik Rasulullah SAW, melemparinya dengan kotoran unta, menuduhnya sebagai orang gila, pendusta, penyihir dan lain sebagainya, yang sebelumnya tidak pernah menimpanya secara langsung semasa pamannya masih hidup.
Tokoh yang disegani kaum kafir Quraisy itu sudah tiada. Kini, mereka bisa berbuat sesukanya terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya.
Ummu Mu’minin Khadijah RA Meninggal Dunia
Tidak sampai di situ saja, Khadijah, istri yang sangat dicintai Rasulullah SAW meninggal dunia, selang tiga hari setelah kematian pamannya, Abu Thalib, di tahun yang sama. Duka Nabi Muhammad SAW semakin bertambah-tambah.
Ummul Mu’minin Khadijah Binti Khuwailid, seorang istri yang senantiasa menguatkan jiwa Nabi Muhammad SAW dalam menerima risalah kenabian. Khadijah RA termasuk dalam orang yang pertama menyatakan beriman dengan apa yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Ia menyumbangkan seluruh jiwa, raga dan hartanya untuk menyokong perjuangan dakwah suaminya sebagai nabi terakhir. Ummul Mu’minin Aisyah RA pernah bercerita:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَكَرَ خَدِيجَةَ أَثْنَى عَلَيْهَا فَأَحْسَنَ الثَّنَاءَ قَالَتْ فَغِرْتُ يَوْمًا فَقُلْتُ مَا أَكْثَرَ مَا تَذْكُرُهَا حَمْرَاءَ الشِّدْقِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا خَيْرًا مِنْهَا قَالَ مَا أَبْدَلَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا مِنْهَا قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاءِ
Artinya: Dari Aisyah berkata; “Apabila Nabi Muhammad SAW mengingat Khadijah, beliau selalu memujinya dengan pujian yang bagus. Maka pada suatu hari saya merasa cemburu hingga saya berkata kepada beliau; ‘Alangkah sering engkau mengingat wanita yang ujung bibirnya telah memerah, padahal Allah telah menggantikan untuk engkau yang lebih baik darinya. Serta merta Rasulullah bersabda: “Allah Azza Wa Jalla tidak pernah mengganti untukku yang lebih baik darinya, dia adalah wanita yang beriman kepadaku di saat manusia kafir kepadaku, dan ia membenarkanku di saat manusia mendustakan diriku, dan ia juga menopangku dengan hartanya di saat manusia menutup diri mereka dariku, dan Allah Azza Wa Jalla telah mengaruniakan anak kepadaku dengannya ketika Allah tidak mengaruniakan anak kepadaku dengan istri-istri yang lain,” (HR. Ahmad).
Berdakwah ke Thaif
Sepeninggal keduanya, perlawanan dari kaum kafir Quraisy semakin gencar. Di kota Mekkah, dakwah Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kemajuan yang menggembirakan. Beliau memutuskan untuk memperluas medan dakwahnya ke Thaif, sebuah kota sejuk yang berada di wilayah barat Arab Saudi, salah satu kota yang ada di provinsi Mekkah saat ini.
Upaya beliau berdakwah ke Thaif mendapat penentangan keras dari masyarakat setempat. Nabi Muhammad SAW dilempari dengan batu hingga pelipisnya berdarah. Penolakan itu semakin membuat hati beliau bertambah sedih, sehingga tahun tersebut dikenal dengan tahun duka cita (‘amul huzni).
Rangkaian kedukaan yang dialami Nabi Muhammad SAW diganti Allah SWT dengan perjalanan yang sangat luar biasa, sebagai pelipur lara bagi beliau yang terus dirundung duka nestapa dalam setahun terakhir. Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk melakukan isra’ mi’raj sebagai bentuk tasliyah (hiburan) untuknya, sekaligus menjemput kewajiban shalat fardhu lima kali dalam sehari semalam bagi seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Wallohu Alam
Oleh Sylvia Kurnia Ritonga
Assalamualaikum Ustadzah, MasyaAllah Penjabar Ilmi yang sangat bagus dan mudah di pahami. Tapi ada sedikit yang menjanggal ustadza, mengenai abu Thalib paman nabi, ada yg mengatakan meninggal dalam keadaan kafir terus ada juga yg mengatakan ia meninggal sempat mengucap dua kalimat syahadat, tapi sampai sekarang aku belum tau ustadza kebenarannya karena belum ada hadis atau referensi tentang kedua pendapat tersebut. Jadi pertanyaan Apakah Abu Thalib meninggal dalam keadaan Islam atau tidak?
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, terkait status Abu Thalib meninggal dunia dalam keadaan kafir dapat dirujuk pada asbabun nuzul surah Alqashas ayat 56 yang turun berkaitan dengan Nabi yang sangat menginginkan pamannya, Abu Thalib, mengucapkan syahadat agar beliau dapat bersaksi untuk menyelamatkannya dari azab di akhirat nanti. Allah hendak menegaskan bahwa hanya Dialah yang bisa memberi hidayah.
Dalam hadis yang dituliskan dalam artikel di atas telah menegaskan kematiannya dalam keadaan kafir, karena Abu Thalib disebut sebagai penghuni neraka, di bagian dangkalnya.
Assalamualaikum wr.wb ustadzah , penjelasannya singkat tapi langsung paham inti dari kisah rasullah ini yaitu :
Sesusah apapun kita dan sesulit apapun kita pasti ada artinya di balik itu semua.
Sesungguhnya setalah kesusahan pasti ada kemudahan masyallah, contohnya saja rasullah saw di uji masalah yg begitu berat tetapi allah hadiahkan yaitu isra wal mi’raj
Iya, betul. Di balik setiap kesulitan, akan ada kemudahan. Setelah hujan, akan ada pelangi. Begitu kata pepatah.
Assalamualaikum wr.wb ustadzah Dari jurnal ini sangat banyak manfaat yang didpatkan yg mudah dimengertu karena penjelasnya singkat dan bahasa yang digunakan mudh dipahami
Alhamdulillah, sering-sering mampir ke laman Tsirwah ya.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu Ustadzah, Masya Allah penjelasan yang singkat, tepat, padat dan mudah di pahami. Dari kisah Rasulullah ini, kita dapat mengambil pelajaran, sesulit apapun cobaan yang diberikan oleh Allah Swt. Kita jangan putus asa, karena di dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Dan, Allah Swt. telah menjamin hal tersebut di dalam Al-Qur’an.
Waalaikumsalam, iya, betul sekali. Itu sudah merupakan janji Allah dalam Alquran.
Assalamualaikum ustadzah pembahasan nya singkat tapi jelas jadi mudah dipahami bnyak pelajaran yang dapat salah satunya kesabaran nabi Muhammad Saw
Waalaikumsalam, betul. Beliau tauladan umat. Kesabarannya seluas Samudera.