Sirah Nabawiyah

Nasab Nabi Muhammad sampai Nabi Ismail: Shahihkah Datanya, Berikut Ulasan dan Hukum Mengetahuinya

TSIRWAH INDONESIA – Setiapmuslim wajib mengetahui rukun Iman dan rukun Islam. Salah satu rukun iman adalah wajib mempercayai dan meyakini bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam merupakan nabi dan utusan Allah.

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tsimarul Yani’ah karya Syaikh Nawawi Al-Bantani, selain wajib menyakini kenabian Rasulullah SAW, setiap muslim juga wajib mengetahui nasab beliau SAW, baik dari jalur ayah maupun jalur ibu. Berikut nasab beliau SAW dari jalur ayah dan ibu.

Nasab Nabi Muhammad dari Jalur Ayah

Dalam kitab Riyadhul Badi’ah karya Syaikh Muhammad Hasbullah Al-Makki, nasab Nabi Muhammad SAW dari jalur ayah adalah sebagai berikut:

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murroh bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.

Nasab Nabi Muhammad dari Jalur Ibu

Adapun nasab beliau SAW dari jalur ibu adalah sebagai berikut:

Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhroh bin Kilab bin Murroh bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.

Kakek beliau SAW yang bernama Abdu Manaf dari jalur ibu tidaklah sama dengan Abdu Manaf dari jalur ayah. Keduanya merupakan dua orang yang berbeda.

Adapun nasab Nabi Muhammad SAW dari jalur ayah dan ibu bertemu pada satu nama, yaitu Kilab. Artinya, ayah dan ibu nabi SAW masih memiliki ikatan saudara satu keturunan, yaitu sama-sama keturunan Kilab.

Jika diteliti lebih lanjut, ayah nabi SAW merupakan keponakan dari ibu nabi SAW, atau anak dari saudara sepupu ibu nabi SAW.

Hal itu karena ayah nabi SAW merupakan keturunan keenam dari Kilab, sedangkan ibu nabi SAW merupakan keturunan kelima dari Kilab atau satu tingkat di atas ayah nabi SAW.

Nasab Nabi Muhammad SAW sampai Nabi Adam AS

Nasab beliau SAW yang telah disebutkan di atas merupakan nasab yang shahih dan valid. Namun, menurut ijmak ulama, keshahihan tersebut hanya sampai pada Adnan.

Adapun nasab beliau SAW dari Adnan sampai Nabi Adam alaihis salam, tidak ditemukan jalur periwayatan yang shahih, sebagaimana dikutip dari kitab Tsimarul Yani’ah:

والاجماع منعقد على هذا النسب الى عدنان وليس فيما بعده الى آدم طريق صحيح فيما ينقل

Artinya: “ijmak ulama telah mengesahkan nasab tersebut sampai Adnan dan tidak ditemukan jalur riwayat yang shahih terkait nasab setelah Adnan sampai Nabi Adam.”

Hukum Mengetahui Nasab Nabi Muhammad SAW sampai Nabi Ismail dan Nabi Adam

Disebutkan dalam kitab Nurul Yaqin karya Syaikh Muhammad Al-Khudhari,para ulama sepakat bahwa nasab Nabi Muhammad SAW berujung sampai Nabi Ismail AS.

Sebagaimana disebutkan pula di awal, mengetahui dan mengenal nasab Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu kewajiban setiap muslim. Namun, kewajiban tersebut hanya sebatas mengetahui nasab beliau SAW sampai Adnan.

Adapun mengetahui nasab beliau SAW dari Adnan sampai Nabi Ismail AS tidaklah wajib. Hal ini karena tidak ada jalur shahih yang meriwayatkan hal demikian. Sebagaimana disebutkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani:

وليس فيما بعده الى آدم طريق صحيح فيما ينقل فلا تجب معرفة ما بعد عدنان بلا خلاف

Artinya: “tidak ditemukan jalur shahih yang meriwayatkan nasab setelah Adnan sampai Nabi Adam. Maka, tidak wajib mengetahui nasab tersebut. Para ulama tidak berbeda pendapat terkait demikian.”

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya juga menukil pendapat Imam Malik, bahwa beliau mengingkari orang yang mengangkat nasab Nabi Muhammad SAW sampai Nabi Adam AS atau sampai Nabi Ismail AS:

بل أنكر الإمام مالك على من يرفع نسبه صلى الله عليه وسلم الى آدم او الى اسماعيل و قال من يخبره بذلك

Artinya: “bahkan, Imam Malik mengingkari orang yang mengangkat nasab beliau SAW sampai Nabi Adam AS atau sampai Nabi Ismail AS, beliau berkata, siapakah yang mengabarkan hal demikian.”

Lebih lanjut, Imam Malik berpendapat bahwa mengangkat nasab para Nabi hukumnya makruh, sebagaimana dikutip oleh Syekh Nawawi Al-Bantani:

و كره ايضا ان يرفع نسب الانبياء مثل ان يقال ابراهيم بن فلان و قال من يخبره بذلك

Artinya: “Imam Malik memakruhkan mengangkat nasab para Nabi, seperti dikatakan, Nabi Ibrahim bin Fulan, beliau berkata, siapakah yang mengabarkan hal demikian.”

Kemuliaan Nasab Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi yang paling mulia. Salah satu bentuk kemuliaan beliau SAW adalah dilahirkan dari keturunan orang-orang yang mulia dan tidak ditemukan satu orang pun dalam silsilah nasabnya orang yang hina.

Sebab, meskipun kakek-nenek moyang beliau SAW hidup pada masa jahiliah, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala mensucikan mereka dari pengaruh dan adat jahiliah, sebagaimana dinukil dari kitab Nurul Yaqin karya Syaikh Muhammad Al-Khudhari.

Wallohu A’lam
Oleh Agus Supriyadi

Penulis: Agus Supriyadi

Seorang Murid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator