AkhlakAlquran & Hadits

Berteman dengan Orang Shaleh, Mengapa Penting

TSIRWAH INDONESIA – Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya. Hasil dari interaksi dengan sesama itulah yang menghasilkan teman. Berteman bisa dengan siapa saja, selama saling cocok dan merasa nyaman ketika berinteraksi.

Kenyamanan saat berinteraksi ini mempengaruhi dengan siapa seseorang bisa berteman. Ada yang mudah bergaul dan bisa nyaman dengan semua orang, ada juga yang selektif dalam memilih teman.

Selektif dalam bergaul bukan hal yang tabu, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan demikian.

Seorang muslim harus selektif dalam berteman, dan pandai memilah mana teman yang baik dan teman yang buruk.

Hendaknya petunjuk ini dijadikan panduan dalam bergaul.

Rasulullah SAW bersabda:

 عَنْ أَبِي مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ، وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يَحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

Artinya: Dari Abu Musa dari nabi SAW beliau bersabda: Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk, adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu, dan terkadang kamu membelinya sebagian, atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi, adakalanya ia membakar pakaian kamu, ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap,” (HR Muslim).

Imam an-Nawawi di dalam kitab Syarah Shahih Muslim menjelaskan hadis ini:

فِيهِ تَمْثِيلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَلِيسَ الصَّالِحَ بِحَامِلِ الْمِسْكِ، وَالْجَلِيسَ السُّوءِ بِنَافِخِ الْكِيرِ، وَفِيهِ فَضِيلَةُ مُجَالَسَةِ الصَّالِحِينَ، وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَالْمُرُوءَةِ، وَمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ، وَالْوَرَعِ وَالْعِلْمِ وَالْأَدَبِ، وَالنَّهْيُ عَنْ مُجَالَسَةِ أَهْلِ الشَّرِّ وَأَهْلِ الْبِدَعِ، وَمَنْ يَغْتَابُ النَّاسَ، أَوْ يَكْثُرُ فُجْرُهُ وَبَطَالَتُهُ. وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنَ الْأَنْوَاعِ الْمَذْمُومَةِ

Artinya: “Di dalamnya Rasulullah SAW mengumpamakan teman yang baik seperti penjual minyak wangi, sedangkan teman yang buruk seperti tukang pandai besi. Di dalamnya ada keutamaan berteman dengan orang-orang saleh, orang-orang baik, orang-orang berwibawa, berakhlak mulia, wara’, berilmu, dan beradab. Selain itu, juga terdapat larangan berteman, dengan orang-orang yang buruk dan ahli bid’ah, dan orang-orang yang suka menyakiti manusia, atau orang yang banyak celanya dan kebatilannya. Orang yang seperti itu termasuk ke dalam kategori orang yang buruk.”

Pertemanan merupakan interaksi timbal balik antara dua orang atau lebih. Maka, saling mempengaruhi kepribadian adalah hal yang alami dalam berteman.

Bergaul dengan teman yang baik, akan membuat seseorang termotivasi untuk berusaha meningkatkan lagi amal salehnya. Lalu, senantiasa memikirkan kebaikan apa yang belum pernah diperbuat.

Sementara itu, bergaul dengan teman yang salah akan membuat perilaku seseorang berubah, dan terjerumus pada kemaksiatan.

Oleh karena itu, memiliki teman yang shaleh sangat diperlukan, agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif.

Pada hadis yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Artinya: “dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: ‘Seorang laki-laki itu bergantung dengan agama teman gaulnya, maka hendaklah salah seorang melihat siapa yang menjadi teman gaulnya’,” (HR Abu Daud).

Imam Abu Thayyib Muhammad Syams al-Haqq dalam kitab ‘Aun al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud menjelaskan hadis di atas:

(الرَّجُلُ): يَعْنِي الْإِنْسَانَ (عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ) أَيْ عَلَى عَادَةِ صَاحِبِهِ وَطَرِيقَتِهِ وَسِيرَتِهِ (فَلْيَنْظُرْ): أَيْ يَتَأَمَّلْ وَيَتَدَبَّرْ (مَنْ يُخَالِلُ): فَمَنْ رَضِيَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ خَالَلْهُ

Artinya: “(Seorang laki-laki) yaitu manusia (bergantung dengan agama teman gaulnya) maksudnya tergantung kebiasaan, cara hidup, dan latar belakang temannya (maka perhatikanlah) maksudnya telitilah dan renungkanlah (siapa yang menjadi temannya) maka siapa saja yang diridhai agamanya dan akhlaknya, bertemanlah dengannya.”

Manusia selalu membutuhkan lingkungan yang baik untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lingkungan terbaik ada pada teman yang saleh. Untuk mendapatkan teman yang shaleh, perlu mengamati pola hidup, pola sikap, dan pola pikir seseorang sebelum menjadikannya sebagai teman.

Jika seseorang memiliki akhlak yang baik, dan gemar melaksanakan ketaatan pada Allah SWT, maka orang ini layak untuk dijadikan teman. Seorang teman yang saleh, akan mengajak temannya kepada kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT. Sebab, orang yang saleh memiliki harapan, bahwa pertemanannya tidak hanya berlangsung di dunia, tapi sampai ke akhirat juga.

Berdasarkan hadis dan penjelasan para ulama di atas, memilih teman yang baik itu penting. Sebab, teman itu sangat mempengaruhi watak seseorang. Berteman dengan orang yang salah akan membentuk perilaku yang salah juga, bahkan bisa terjerumus ke dalam kemaksiatan.

Sedangkan berteman dengan teman yang saleh akan membentuk perilaku dan akhlak yang mulia sehingga bisa lebih dekat dengan Allah SWTSelain itu, teman yang baik akan saling mengingatkan temannya jika berbuat salah.

Maka, pilihlah teman yang tepat, yakni teman yang mendorong untuk memiliki akhlak yang baik dan mengajak kepada ketaatan.

Wallahu A’lam
Oleh Alvy Rizqy Pratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator