Hikmah & Wawasan

Kenapa Mahasiswa Perlu Menulis, Berikut 5 Keutamaannya

TSIRWAH INDONESIA – Kegiatan menulis adalah kebutuhan esensial yang tidak dapat dihindari dalam perjalanan akademis seorang mahasiswa. Hal ini karena menulis memiliki keutamaan yang menarik untuk ditempuh.

Seorang mahasiswa, selain mempunyai tanggung jawab untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuannya. Mereka juga berperan penting dalam menyebarkan keilmuannya kepada masyarakat.

Definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah seseorang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Mahasiswa yang menempuh perguruan tinggi, kegiatan menulis sudah menjadi pemandangan umumnya, seperti pembuatan makalah, jurnal, artikel, skripsi, dan karya tulis ilmiah lainnya.

Mahasiswa di jenjang perguruan tinggi dibimbing agar memiliki kemampuan akademik yang berbasis ilmiah dan dapat menyebarkan ilmunya di masyarakat.

Salah satu media yang dapat digunakan mahasiswa untuk menyebarkan keilmuannya adalah melalui tulisan.

Menulis adalah bentuk komunikasi yang diekspresikan melalui tulisan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau informasi.

Menurut KBBI, menulis diartikan sebagai melahirkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan tulisan, memungkinkan maksud penulis dapat dipahami oleh banyak orang.

Kegiatan ini juga sering disebut sebagai kegiatan ekspresif, karena melibatkan proses penghayatan dan penjiwaan oleh penulisnya.

Selain itu, menulis juga dianggap sebagai kegiatan mereaksi, karna penulis mengemukakan pendapat berdasarkan masukan dan pengalaman yang diterimanya.

Hadratu As-Syekh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya yang berjudul Adabul Alim wal Muta’allim, menjelaskan bahwa kegiatan menulis bagi seorang berilmu adalah suatu amalan ilmiah yang penting.

Kegiatan menulis mengharuskan seseorang akan menelaah berbagai penelitian, pengkajian, dan penelaahan kembali terhadap pelajarannya.

Kemudian, terkait keutamaan menulis, Kiai Hasyim Asy’ari mengutip dari Syekh Khatib Al-Baghdadi sebagaimana berikut:

وهُوَ كَمَا قَالَ اَلْخَطِيبْ اَلْبَغْدَادِي يُثْبِتُ اَلْحِفْظَ وِيُذَكِّي الْقَلْبَ وَيُشْحِذُ الذِّهْنَ وَيُجَيِّدُ اَلْبَيَانَ وَيَكْسِبُ جَمِيلَ الذِّكْرِ وَجَلِيلَ اَلْأَجْرِ وَيَخْلُدُ إِلَى آخِرٍ الدَّهْرِ

Artinya: Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, (bahwa membuat karya tulis, merangkum, meresume) akan menguatkan hafalan seseorang, mencerdaskan akal pikiran, mempertajam daya nalar, memperindah penjelasan, mendapatkan kepopuleran, serta mendapatkan pahalanya sampai hari kiamat.”

Berikut ulasannya:

Seorang mahasiswa yang membiasakan diri menuliskan ilmu yang didapatkan dari proses pembelajaran, akan membantu mengingat pelajarannya kembali. Karena tidak semua orang mempunyai daya ingat yang kuat, oleh karenanya dianjurkan untuk menuliskannya.

Sebagaimana diumpamakannya ilmu dengan hewan buruan, maka tulisan diumpamakan dengan tali pengikatnya. Hal ini disampaikan oleh Imam Syafi’i sebagai berikut: 

الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ  قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ

فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ

Artinya: “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya, Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.”

Proses menulis membutuhkan penyusunan ide yang terstruktur, analisis referensi, dan lain sebagainya. Hal inilah yang mendorong pemikiran kritis dan memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap topik tertentu.

Dengan menulis, mahasiswa dapat melatih daya nalar, bisa memilih referensi, memilah informasi, dan menjadikan dirinya mempunyai argumentasi yang kuat serta logis.

Apabila mahasiswa terbiasa dengan menulis, salah satu keutamaannya adalah ketika menyampaikan suatu materi, gagasan, maka penjelasannya akan lebih efektif, sistematis, dan struktur.

Mahasiswa yang telah menghasilkan karya tulis yang bernilai dan orang lain dapat memperoleh manfaat dari tulisannya, hal itu akan menjadi reputasi yang baik bagi dirinya. Maka dirinya menjadi sebutan yang baik dari orang lain.

Sebagaimana dikatakan juga oleh Imam Al-Ghazali bahwa kalau kamu bukan anak raja, ulama, maka jadilah penulis.

Kegiatan menulis merupakan investasi akhirat, pahalanya besar sampai hari kiamat. Maka untuk menjadi mahasiswa bermanfaat, menulislah sesuatu hal yang baik yang bisa menjadi ladang pahala di akhirat kelak.

Berdasarkan hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sebagai berikut:

عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ 

Artinya: “Apabila manusia meninggal, amal perbuatannya menjadi terputus, kecuali dari tiga hal, sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau dari anak saleh yang senantiasa mendoakannya,” (HR Muslim).

Terdapat dalam kitab I’ana at-Thalibin juz 3 halaman 187, dijelaskan bahwa pemahaman hadis ini tidak terbatas dengan tiga perkara saja, karena ada beberapa amal bisa menjadi pahala jariyah, seperti mendoakan keturunan, menanam pohon kurma, serta menyebarkan ilmu dengan mengajar, menulis, atau menambahkan catatan tambahan.

Dengan demikian, beberapa penjelasan terkait perlunya dan keutamaan kepenulisan bagi mahasiswa, bahwa menulis bukan hanya sekedar tugas, tapi juga menjadi proses pengembangan intelektual, pembinaan spiritual, dan menjadi investasi dunia serta akhirat. 

Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Agus

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator