Meneladani Kisah Perjalanan Nabi Musa dalam Menemukan Jodoh
TSIRWAH INDONESIA – Sepanjang perjalanan hidup Nabi Musa alaihis salam dalam menemukan jodoh, tak sedikit menemukan tantangan dan ujian dalam keimanan, keteguhan, serta keberanian.
Kisah beliau yang tidak sengaja membunuh seorang Mesir yang berkelahi dengan seorang Israel.
Setelah kejadian tersebut Nabi Musa merasa sangat bersalah dan takut. Beliau memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Doa tersebut terdapat dalam surat Al-Qasas ayat 16:
قَالَ رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَٱغْفِرْ لِى فَغَفَرَ لَهُۥٓ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku.Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
|| BACA JUGA: 8 Langkah Islami dalam Mencari Jodoh: Single Wajib Tahu
Perjalanan Hijrah Nabi Musa dari Mesir Ke Madyan
Nabi Musa AS kemudian pergi meninggalkan Mesir untuk menghindari konsekuensi dari ketidaksengajaannya.
Karena membunuh seorang Mesir lalu mencari perlindungan di Madyan. Perjalanan yang penuh hikmah ini mengajarkan tentang ketawakalan kepada Allah.
Kisah ini menunjukkan ketabahan dan keberanian yang luar biasa dengan menempuh perjalanan 643 KM.
Perjalanan panjang di tengah ketidakpastian serta hanya mengandalkan iman dan tekad.
Taubat Nabi Musa
Kisah hijrah ini dimulai setelah Nabi Musa AS memohon ampun atas kesalahannya.
Karena telah menghilangkan nyawa seseorang, dari sini dapat diambil hikmah taubat dan penyesalan yang jujur dapat membuka jalan hidup baru.
Di tengah keadaan yang sulit, Nabi Musa AS tetap yakin bahwa Allah pasti menolong dan Allah memiliki rencana terbaik.
Setelah sampai Madyan Nabi Musa menemukan petunjuk dan ketenangan.
Berproses Menjadi Versi Terbaik
Perjalanan yang tidak muda, Nabi Musa AS harus mandiri dan berusaha mengeluarkan kemampuan terbaiknya serta bergantung kepada Allah.
Keadaan ini membentuk karakter yang kuat dan jiwa kepemimpinan tangguh yang kelak ia gunakan untuk membimbing umatnya dengan bijaksana.
Sesampainya di Madyan, dalam keadaan lelah dan kelaparan, lalu Beliau beristirahat di dekat sumur.
Kemudian tidak jauh dari tempatnya Beliau melihat dua orang wanita sedang kesulitan mengambil air untuk ternak mereka.
Doa Nabi Musa dalam Keadaan Putus Asa
Setelah Nabi Musa AS menolong kedua wanita tersebut, Beliau pergi dan beristirahat di bawah naungan pohon seraya berdoa kepada Allah. Kisah ini terdapat dalam surat Al-Qasas ayat 24:
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan apa pun yang Engkau turunkan kepadaku.”
Doa ini menunjukkan rasa syukur dan kebutuhannya pada bimbingan dan bantuan Allah dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian.
Usaha Nabi Musa untuk Meraih Ridho Allah
Pertolongan Allah datang melalui pertemuannya dengan dua wanita yang sedang kesulitan memberi minum ternak mereka
Setelah Nabi Musa AS menolong mereka, kedua wanita tersebut kembali ke rumah. Mereka menceritakan kebaikan hati Nabi Musa kepada ayahnya. Mendengar cerita tersebut Nabi Syu’aib pun mengundang Nabi Musa AS ke rumahnya.
Perjalanan dalam Menemukan Jodoh
Setelah undangan ke rumah Nabi Syu’aib AS dan berbincang, beliau menawarkan kepada Nabi Musa untuk menikahi salah seorang dari putrinya.
Hal ini sebagai bentuk terimakasih dan memberikan beliau pekerjaan selama 10 tahun untuk mengurusi ternaknya.
Tidak hanya mendapat pekerjaan, Nabi Musa juga mendapatkan jodoh, perlindungan, tempat tinggal hingga akhirnya menikah.
Barulah setelah menyelesaikan perjanjian kerja dengan Nabi Syu’aib AS. Nabi Musa kembali ke Mesir dengan izin Allah SWT untuk membebaskan Bani Israil dari perbudakan Fir’aun.
Keadaan yang terlihat sulit dan mustahil, bagi Allah SWT tidak ada yang tidak mungkin.
Allah SWT sebaik-baik pembuat rencana, meyakini pertolongan Allah dekat dan Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
Kesimpulan
Kondisi yang menantang bukan alasan untuk kehilangan harapan kepada Allah, istiqomah dengan syariat Islam. Berpegang teguh pada keimanan dan tauhid semata hanya kepada Allah.
Proses dan ikhtiar harus seorang hamba lalui, agar ia menjadi pribadi yang lebih tangguh dan menurunkan keangkuhan diri.
Wallahu A’lam
Oleh Elok Ambar