Hati-hati, Bercanda Berlebihan Bisa Jadi Senjata Mematikan
TSIRWAH INDONESIA – Kehidupan manusia tidak terpisahkan dengan candaan di setiap momennya. Mirisnya, terkadang seseorang sering bercanda berlebihan dan dampaknya menjadi senjata mematikan untuknya.
Melansir dari laman detik.com, bercanda adalah bentuk komunikasi yang seseorang gunakan untuk menghidupkan suasana atau mengakrabkan diri. Kemudian, bercanda juga dapat ia jadikan hiburan untuk menghilangkan tekanan hidup.
Bercanda saat ini tidak dilakukan dengan porsi wajar atau batas aman, sering kali didapati adanya candaan yang melampaui batas. Bercanda seakan-akan menjadi tameng seseorang untuk menyakiti orang lain.
II BACA JUGA: Bercanda Berlebihan: Berikut Dampak dan Penjelasannya Berdasarkan Ayat-Ayat Alquran, Simak
Batas Aman Bercanda dengan Orang Lain
Menurut situs detik.com, bercanda dianggap aman apabila semua orang senang dalam menikmati bahan candaan. Bercanda yang ia lakukan tidak menyakiti serta tidak menyudutkan orang lain.
Mengutip dari laman kompas.com, hindarilah candaan berupa menghina fisik, kecerdasan, dan status sosial orang lain. Bercanda yang tidak sesuai konteks dan ia sampaikan kepada orang yang tidak dekat juga termasuk bercanda melewati batas.
Batasan lainnya adalah dengan tidak mencela trauma, ras, agama, budaya, dan kekurangan fisik seseorang. Bercanda juga harus pintar menyesuaikan kedekatan antara pemberi dan penerima candaan.
Melansir dari laman tempo.com, bercanda pula harus pandai menilai reaksi penerimanya. Bercanda tetap harus mengutamakan empati, memahami konteks, melihat situasi, dan tempat.
Menyandur laman tangselxpress.com, bercanda yang aman adalah dengan menggunakan situasi umum atau pengalaman pribadi sebagai bahan candaan. Hal ini akan terkesan netral dan tidak menyinggung orang lain.
Melansir dari laman muhcor.umy.ac.id, dalam pemberian candaan kita harus cerdas melihat kapan dan di mana saat ingin melontarkan candaan. Hindari membawa candaan mengenai suku, jenis kelamin, dan hal sensitif lainnya.
Candaan seharusnya bersifat menyeluruh dan tidak ada kaitannya dengan orang lain. Bercanda dengan batas aman akan lebih baik daripada bercanda dengan menjadikan orang lain sebagai sasaran candaan.
Mengutip dari laman yang sama, penting untuk memperhatikan hubungan kekuasaan ketika ingin memberikan candaan. Jangan sampai, lelucon yang ia lontarkan itu berubah menjadi pelecehan atau intimidasi kepada orang lain.
Efek Serius dari Bercanda Berlebihan
Anggie Harmalia, M.Psi selaku Psikolog Klinis dari Universitas Padjajaran, mengungkapkan bahwasanya bercanda yang melewati batas dapat menyebabkan dampak psikologis serius bagi penerimanya. Efeknya berupa kecemasan, stress, penurunan rasa percaya diri, dan tekanan psikologis lainnya.
Individu yang sakit hati akibat lontaran candaan tersebut, akan mengalami perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini dapat berupa menghindari orang lain, yang berpotensi akan menghancurkan hubungan antar satu sama lain.
Dr. Steven Sultanoff sebagai Psikolog Klinis, menjelaskan bercanda yang berlebihan berisiko tinggi menyakiti perasaan orang lain. Situasi yang memburuk akibat candaan tersebut juga menjadi imbas dari gurauan yang berlebihan.
Melansir laman rri.co.id, bercanda melampaui batas tidak hanya berdampak pada perasaan penerima candaan, melainkan berimbas pula pada kualitas hidup mereka. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), bercanda yang merendahkan menyebabkan individu yang bersangkutan merasa tertekan bahkan sampai mengalami gangguan tidur.
Anggie Harmalia selaku Psikolog Klinis pula menyatakan penting seseorang ingat, bahwa lelucon yang positif itu akan mengakrabkan hubungan, sedangkan lelucon negatif itu dapat merusak hubungan. Setiap individu wajib dihargai dan dihormati termasuk dalam kondisi bercanda.
Kesimpulan
Bercanda menjadi salah satu cara untuk dapat mendekatkan diri dengan orang lain. Bercanda baiknya ia sampaikan dalam batas aman, sehingga tidak menjadi senjata mematikan yang berdampak pada kehidupan seseorang.
Semoga informasi ini dapat menjadi pengingat, agar kita senantiasa berhati-hati dalam memberi candaan.
Wallohu A’lam
Oleh Safira Kamisna