Ini Sebenarnya Makna Tasawuf, Muslim Wajib Tahu
TSIRWAH INDONESIA – Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya Logika Agama, menjelaskan bahwa tasawuf seluruhnya adalah akhlak atau sopan santun. Setiap waktu, kondisi, tempat, ada sopan santunnya.
Seseorang yang memperhatikan akan hal itu, ia akan mencapai puncak dan siapa yang mengabaikan sopan santun ia jauh walau menduga ia telah dekat, ia tertolak saat ia merasa telah disambut, demikian Abu Hafs ‘Amr ibn Salamah Al-haddad An-Naisaburi (W. 264 H).
Tasawuf bukan bentuk lahiriah pakaian atau ibadah tanpa ruh, bukan juga ilmu, tapi ia adalah akhlak. Seorang muslim harus memiliki akhlak yang baik dalam kehidupannya agar selamat.
Akhlak merupakan kondisi kejiwaan yang melekat pada diri seseorang sehingga menjadikannya melakukan sesuatu dengan mudah tanpa berpikir lagi. Karena perilakunya sudah baik dan teratur.
Hal itu diraih berkat upaya pembiasaan dan disiplin yang tinggi, sehingga hal tersebut menjadi bagian dari dirinya. Seandainya ia adalah bentuk lahiriah, itu dapat dicapai dengan belajar, tetapi ia adalah akhlak yang memerlukan pengendalian diri.
Perkembangan Tasawuf dalam Pandangan Tokoh Sufi
Tasawuf berkembang sejalan dengan perkembangan zaman, karena bertasawuf harus berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah. Para tokoh muslim yang sangat menekankan hal ini adalah:
1. Syekh Junaid Al-Baghdadi
Quraish Shihab dalam buku Logika Agama, menjelaskan bahwa sufi besar Abu Al-Qasim Al-Junaid bin Muhammad (221-297 H) yang dikenal dengan Imam para sufi dan fuqaha menjelaskan tentang ilmu ini.
Imam Junaid Al-Baghdadi menjelaskan bahwa seseorang yang ber tarekat tasawuf hendaklah menghafal Al-Qur’an dan tidak meninggalkan sunnah. Jika hal tersebut dilakukan oleh seseorang yang bertasawuf maka ia boleh diteladani.
2. Abu Al- Hasan As- Sary As- Saqathy (W. 251 H)
Merupakan tokoh tasawuf di Baghdad, menyatakan: “Siapa yang mengabaikan pembaca al-Qur’an dan kesederhanaan hidup serta keikutsertaan bermasyarakat, seperti mengantar jenazah, mengunjungi orang sakit, lalu mengaku bahwa ia bertasawuf, ia mengada-ada (pembohong).”
BACA JUGA : Menggali Makna Tasawuf dalam Islam: Jalan Menuju Kedekatan dengan Allah
Apakah Tasawuf berbicara Akhlak, Simak
Melansir dari nuberau.or.id, bahwasannya secara bahasa tasawuf berorientasi kepada pembersihan yang berobjek kepada akhlak manusia. Sedangkan konsepsi dari kata akhlak ialah menuju kepada perbuatan amal saleh serta pembersihan jiwa.
Jika tasawuf dan akhlak disatukan maka frasa tersebut menjadi tasawuf akhlaki yang secara etimologis berarti membersihkan pola tingkah laku manusia agar memiliki akhlak yang baik.
Tasawuf akhlaki menjadi pondasi untuk menjaga moralitas manusia agar kehidupannya lebih baik dalam bergaul di tatanan lingkungan masyarakat.
Mengutip dari nuberau.or.id, Alfani Daud menjelaskan bahwa tujuan akhir dari praktik madzab tasawuf akhlaki adalah terbentuknya moralitas yang sempurna dan menuai ma’rifat Allah.
Adapun tokoh fenomenal madzhab ini adalah Imam al-Ghazali, diikuti mayoritas penganut teologi Asy’ari dan Maturidi. terakhir inti ajarannya yaitu keseimbangan antara syariat dan hakikat, ma’rifat, akhlak, fana, maqamat, tauhid, dan taqarrub ila Allah.
Metode pencapaiannya antara lain zikir, mujahadah, riyadhah, tazkiyah an-nafs wa qalb, tafakkur, kontemplasi, dan lain-lain. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa tasawuf merupakan perbaikan akhlak manusia dalam kehidupannya.
Manusia tidak boleh meninggalkan pokok ajaran dan tuntunan Islam yakni Al-Quran dan sunnah. Sehingga untuk mencapai tasawuf yang baik harus menempuh perjuangan dalam bertasawuf itu, yakni mujahadah melalui bimbingan guru untuk mencapai kebersihan hatinya dan akhlaknya.
Wallohu ‘A’lam
Oleh Ustadz Halendra, S.IP