Mengenal 3 Misi Manusia di Bumi, Simak Penjelasannya
TSIRWAH INDONESIA – Manusia adalah makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdiri dari ruh, akal dan jasad yang dilengkapi potensi dan kelebihan daripada makhluk lainnya berupa hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat ber-azam, dengan akal manusia dapat berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal.
Manusia juga merupakan makhluk satu kesatuan yang diciptakan bukan tanpa sebab. Ia diamanahi misi untuk menjalankan kehidupan dengan baik di muka bumi. Sebagai makhluk berakal dan hamba Allah, tentu akan berusaha untuk bisa menjalankan misinya dengan sebaik mungkin. Apa saja misi manusia di bumi? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Misi Utama
Keberadaan manusia di muka bumi ini tentu dengan suatu tujuan dan ada misi yang harus dijalankan. Adapun misi utama manusia di Bumi yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an surat Adz-Dzariat ayat 56 yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Seperti yang kita ketahui, ibadah tidak hanya terbatas pada sholat, puasa, zakat, haji atau segala perbuatan yang terlihat, namun juga dalam setiap aspek kehidupan lainnya yang kita lakukan dalam rangka mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semakin yakin langkahnya dalam menjawab seruan Islam, maka semakin teguh hatinya dalam mengimplementasikan apa yang telah menjadi tugas dan kewajibannya serta dapat menangkap makna yang ada dibalik ibadahnya. Karena setiap ibadah yang diwajibkan dalam islam memuat nilai filosofis, sebagaimana dalam sholat, mengandung pertolongan bagi manusia dalam mengarungi lautan kehidupan.
2. Misi Fungsional
Dalam buku materi Tarbiyah Muayyid yang disusun oleh Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah (LKMT) dijelaskan bahwa manusia memiliki misi fungsional sebagai khalifah. Manusia tidak mampu memikul misi ini kecuali istiqomah di atas rel-rel robbaniyah. Misi menjadi khalifah di Bumi tercantum dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Manusia harus membuang jauh sifat khianat secara lahir dari rahim syahwat, baik syahwat mulkiah (kekuasaan), syahwat syaithaniyah, maupun syahwat bahaimiyah (binatang ternak).
Ketika manusia dikuasai oleh syahwat mulkiah, maka ia akan mempertahankan kekuasaan dan kedudukannya meskipun dengan jalan yang tidak dibenarkan dalam islam. Ia senantiasa melakukan makar, adu domba dan konspirasi politik.
Ketika manusia terbelenggu oleh syahwat syaitaniyah dan bahaimiyah maka ia akan selalu menciptakan permusuhan, keonaran, tipu-tipuan, menjadi rakus dan tamak harta. Ia senang di atas penderitaan rakyat dan tidak pernah berhenti mengeruk kekayaan rakyat.
3. Misi Operasional
Adapun misi operasional manusia di Bumi selain menjalankan misi untuk beribadah dan menjadi khalifah, manusia juga harus bisa memakmurkan bumi. Tidak menjadi perusak yang mengakibatkan kerugian bagi manusia, hewan maupun alam itu sendiri.
Kerusakan di dunia, di darat ataupun di lautan bukan karena binatang ternak yang tidak tahu apa-apa, tapi kerusakan lahir dari tangan-tangan jahil manusia yang tidak pernah mengenal aturan Tuhannya.
Sebagaimana diterangkan dalam Qur’an surat Rum ayat 41:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Semoga kita sebagai makhluk yang berakal dapat menjalankan misi dan amanah yang Allah percayakan kepada kita dengan baik dan bertanggung jawab.
Wallohu A’lam
Oleh Hikmawati Agustina