AkhlakHikmah & Wawasan

Konsep Penyucian Diri untuk Kesehatan Mental, Berikut Terapinya

TSIRWAH INDONESIA – Pada Januari hingga Oktober 2023, Polri mencatat ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia. Maryam Alatas, Psikolog Unusia Jakarta menjelaskan, keinginan bunuh diri berpotensi besar dipicu oleh gangguan kesehatan mental, salah satunya depresi.

Salah satu cara yang direkomendasikan dalam Islam untuk menjaga kesehatan mental agar tidak depresi adalah terapi spiritual Islami yang menggunakan konsep penyucian diri.

Secara umum, depresi adalah suatu gangguan mood dengan ciri rasa tidak berdaya yang berlebihan, tidak bisa berkonsentrasi, tidak bergairah untuk hidup, dan adanya percobaan bunuh diri.

Tidak ada ayat al-Qur’an yang menjelaskan secara khusus tentang depresi. Akan tetapi, ada beberapa kata dalam Al-Qur’an yang memiliki arti yang sama atau mirip dengan depresi, antara lain: huzn (حزنٌ), gham (غمٌّ), hamm (همٌّ), dhaiq (ضيقٌ), dan asaf (اصف).

Kata-kata tersebut berarti perasaan sedih, putus asa, gangguan kecemasan, dan pikiran-pikiran was-was atas apa yang akan terjadi.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surah Maryam ayat 23 sebagai berikut:

فَأَجَآءَهَا ٱلْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ قَالَتْ يَٰلَيْتَنِى مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا

Artinya: “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, ‘Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan’.”

Pada kondisi yang sedang sakit seperti itu, Allah SWT memberi perintah kepada Maryam untuk bersandar pada pohon kurma agar berserah diri kepada Allah SWT.

Lebih lanjut, ada yang dinamakan terapi spiritual islami, pengobatan atau penyembuhan gangguan jiwa yang diterapkan secara sistematis berdasarkan konsep Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Terapi Spiritual Islami bukan hanya terapi dzikir, tetapi ada yang mengacu pada konsep penyucian jiwa (tazkiyatunnufus).

Allah SWT mengatakan dalam Al-Qur’an surah Ali-‘Imran ayat 164 yang berbunyi:

لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Artinya: “Sungguh, Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Berdasarkan ayat di atas, disebutkan bahwa salah satu karunia yang diberikan Allah SWT melalui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah dengan menyucikan jiwa dan menjadi pedoman hidup bagi orang yang beriman.

BACA JUGA: Pentingnya Kesehatan Mental dan Keterkaitannya dalam Islam

Imam Al-Ghazali membagi penyucian jiwa menjadi tiga tahap, yaitu: takhalli (tahap penyucian diri), tahalli (tahap pengembangan diri), dan tajalli (tahap penemuan diri). Berikut penjelasannya:

Tahap ini adalah tahap membersihkan diri dari sifat-sifat buruk, pikiran negatif, dan semua kebiasaan buruk manusia.

Berdasarkan konsep ilmu tasawuf, takhalli bermakna pengosongan hati dan pikiran dari hal-hal yang bisa mengotori.

Ada tiga cara untuk membersihkan diri: mandi taubat, sholat bertobat, dan selalu mengingat Allah SWT di dalam hati. Dijelaskan dalam Qur’an surah Ar-Ra’d ayat 28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Tahalli adalah pengisian hati dengan kalimat-kalimat dzikir setelah sebelumnya mengosongkan hati.

Konsep pengembangan diri pada tahap tahalli berfokus pada pengembangan dari pikiran-pikiran positif agar pikiran positif tersebut terus terjaga.

Pada tahap ini, kita diarahkan pada kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan pada diri seseorang seperti: sholat, membaca Al-Qur’an, dan mengikuti kegiatan kajian.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 41-43, yaitu:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada pagi dan petang hari. Dialah yang bersholawat (memberi rahmat) kepadamu dan malaikat-malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin.”

Tajalli bermakna mengoneksikan diri dengan Allah SWT. Setelah menjalani tahapan sebelumnya, tetap istiqomah dalam petunjuk merupakan wujud dari tajalli.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 82:

وَإِنِّى لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا ثُمَّ ٱهْتَدَىٰ

Artinya: “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal sholeh, kemudian tetap di jalan yang benar.”

Bertaubat adalah wujud dari takhalli, kemudian tahalli yaitu beriman dan beramal sholeh. Menjaga pelaksanaan takhalli dan tahalli adalah bagian dari tahapan tajalli.

Sehingga, pada tahap ini seseorang mulai merefleksikan dirinya sendiri. Seperti mempertanyakan dari mana dia berasal, siapakah dia, dan untuk apa ia hidup di dunia.

Jika tiga tahap tersebut sudah terselesaikan, seorang muslim akan mulai menyadari dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka akan merasakan kedamaian.

Hendaknya rasa sakit ataupun ketidakstabilan mental pada diri seseorang menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah SWT. Bukan justru menjadi jauh dari Allah.

Semoga dengan mengamalkan tiga tahapan terapi spiritual islami dalam konsep penyucian jiwa tersebut, kesehatan mental kita senantiasa selalu terjaga, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Divya Aulya Wulandari

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator