Nabi Muhammad SAW Kaya atau Miskin, Berikut Penjelasannya
TSIRWAH INDONESIA – Kesederhanaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam merupakan teladan baik bagi umatnya, meskipun sebelum kenabian beliau adalah pedagang sukses dan memiliki kemampuan untuk hidup lebih mewah.
Tulisan ini akan membahas mengenai pembagian golongan manusia dari segi finansial beserta contohnya. Untuk mengetahui kesederhanaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, mengutip dari kitab Majmu’ al-Fatawa Jilid 11, halaman 124, berikut penjelasannya:
1. Orang Kaya
Orang kaya yaitu orang yang memiliki harta melebihi kebutuhan pokok, sehingga mampu memenuhi kebutuhan tambahan, menabung, atau membantu orang lain.
Di antara para nabi, rasul, dan generasi terbaik umat ini, ada yang termasuk orang kaya, seperti Nabi Ibrahim alaihis salam, Nabi Ayub AS, Nabi Dawud AS, Nabi Sulaiman AS.
Dari beberapa sahabat seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Mu’adz, Usaid bin Hudhair, As’ad bin Zurarah, dan lainnya. Mereka adalah manusia pilihan dari para nabi, shiddiqin, dan orang-orang terbaik.
2. Orang Miskin
Orang miskin yaitu orang yang tidak memiliki cukup kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, sehingga seringkali harus berjuang keras hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Di antara para nabi dan rasul yang termasuk golongan miskin, seperti Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Kemudian dari para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Salman al-Farisi, dan lainnya. Namun, Mereka juga termasuk manusia terbaik dari para nabi dan shiddiqin.
3. Golongan Tengah
Yaitu orang yang memiliki harta yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, namun tidak memiliki banyak kelebihan untuk memenuhi kebutuhan tambahan.
Ada pula dari kalangan rasul dan sahabat yang mengalami kedua keadaan yakni kadang dalam kondisi kaya dan kadang pula miskin. Namun, mereka tetap menunaikan kewajiban sebagai orang kaya dengan kedermawanannya.
Mereka juga senantiasa bersabar saat dalam kondisi miskin. Contohnya adalah Nabi Umat Muslim, Muhammad SAW, dari para sahabat ada Abu Bakar As-shiddiq dan Umar bin Khattab.
Hikmah
Dalam Al-Qur’an dan sunnah, tidak ada keutamaan seseorang hanya karena kaya atau miskin, sehat atau sakit, menetap atau bepergian, menjadi pemimpin atau rakyat biasa.
Allah subhanahu wa ta’ala tidak membedakan manusia berdasarkan status tersebut, Melainkan hanya menegaskan dalam Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa dari kalian.”
||BACA JUGA: Ketulusan Cinta Nabi Muhammad kepada Umatnya, Simak
Penutup
Dengan demikian hakikat kebahagiaan manusia, baik ketika hidup di dunia maupun akhirat adalah seberapa besar bentuk ketakwaannya kepada Allah SWT dan bukan dari segi finansialnya, karena banyak orang yang lalai beribadah hanya karena urusan harta.
Wallahu a’lam
Oleh Syafik Islahul Umam