AkhlakSirah Nabawiyah

Dalamnya Ketulusan Cinta Nabi Muhammad SAW, Ini Salah Satunya

TSIRWAH INDONESIA – Mengenai kedalaman samudera ketulusan cinta, maka pemenangnya adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seseorang yang selalu menebar kasih sayang untuk sesama manusia, bahkan kepada binatang. 

Kedalaman samudera ketulusan cinta Nabi Muhammad SAW sudah ditegaskan di dalam surat At-Taubah ayat 128:

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ الرَّحِيْمٌ 

Artinya: “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Rasulullah SAW adalah manusia paling sempurna akhlaknya. Sampai akhir kehidupan nanti, tidak akan ada yang mampu menandingi puncak keagungan akhlak Rasulullah SAW.

Kepribadian Rasulullah yang sangat mulia juga sudah diterangkan di dalam surat Al-Qalam ayat 4:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Artinya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

BACA JUGA: 4 Akhlak Baik yang Haram Baginya Tersentuh Api Neraka Kata Rasulullah, Kamu Harus Memilikinya, Apa Saja

Bersumber dari buku Telaga Cinta Rasulullah karya Ustadz Fuad Bawazir, salah satu bukti kemuliaan akhlak Rasulullah SAW adalah seperti berikut:

Pada zaman Rasulullah SAW, di sudut pasar Madinah, ada seorang pengemis buta yang berasal dari kalangan Yahudi. Setiap hari, pengemis yahudi ini selalu merasa jijik dan muak jika mendengar nama Muhammad disebut.

Oleh karena itu, setiap hari pengemis ini melontarkan kata-kata kasar untuk Nabi Muhammad kepada orang-orang yang berada di pasar Madinah, “jangan dekati Muhammad, dia orang gila, dia pembohong, dia penyihir, kalau kalian mendekati dia, kalian pasti akan dipengaruhinya,” ucap pengemis buta.

Lambat laun, hal ini sampai ke telinga Nabi Muhammad SAW. Bukan marah, bukan pula membenci. Nabi Muhammad SAW malah dengan penuh cinta mendatangi pengemis buta tadi setiap pagi dengan membawakan makanan yang lezat.

Lebih mengharukan lagi, Nabi Muhammad SAW menyuapi pengemis yahudi ini tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Karena pengemis ini tidak bisa melihat, jadi ia tidak mengetahui kalau orang baik yang di depannya itu adalah orang yang selama ini ia caci maki tanpa ampun.

Hal ini Rasulullah SAW lakukan sampai beliau wafat. Setelah beliau wafat, tidak ada lagi yang mendatanginya setiap pagi dengan membawakan makanan dan menyuapinya dengan penuh kelembutan.

Hingga suatu hari, Sayyidina Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, mertua Rasulullah SAW berkunjung ke rumah putrinya yang juga merupakan istri dari Rasulullah SAW.

Sesampainya di rumah Sayyidah Aisyah, Sayyidina Abu Bakar bertanya kepada putrinya itu, “anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?” Sayyidah Aisyah menjawab, “ayah, engkau adalah seorang ahli ibadah sunnah dan hampir tidak ada kebiasaannya yang belum Ayah lakukan, kecuali hanya satu.”

“Apa itu?” tanya Sayyidina Abu Bakar.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis yahudi buta yang ada di sana, Ayah,” ucap Sayyidah Aisyah.

Keesokan harinya, dengan semangat Sayyidina Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk pengemis yahudi itu. Sampai di sana, ketika Sayyidina Abu Bakar hendak menyuapi, si pengemis itu langsung menghardik, “emang siapa kamu?”

Sayyidina Abu Bakar menjawab, “aku adalah orang yang biasa mendatangimu.”

“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” si pengemis membantah.

“Jika ia datang kepadaku, sungguh tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi sebelum menyuapkan makanan kepadaku, terlebih dahulu ia menghaluskan makanan tersebut. Setelah halus, baru ia menyuapkan makanannya kepadaku,” lanjut si pengemis.

Seketika Sayyidina Abu Bakar menangis. Air matanya menetes dengan deras. Ia begitu terharu dengan kedalaman samudera cinta dan ketulusan Nabi Muhammad SAW. Sekalipun terhadap orang yang memusuhinya, Nabi Muhammad SAW tetap mencintai.

Masih dengan isak tangis, Sayyidina Abu Bakar menjawab, “aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Mendengar penjelasan Sayyidina Abu Bakar, si pengemis langsung menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Ia tidak pernah menyangka jika orang yang selama ini ia lontarkan caci maki, hinaan, fitnah dan semacamnya adalah orang yang setiap pagi mendatanginya.

Akhirnya, pengemis yahudi tersebut bersyahadat di hadapan Sayyidina Abu Bakar.

Demikianlah salah satu dari sekian kisah kasih yang menunjukkan keparipurnaan akhlak Nabi Muhammad SAW. Semoga, kita semua diberi taufik dan hidayah untuk dapat meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW, aamiin. Shollu ‘alannabi Muhammad.

Wallohu A’lam
Oleh Hudzaifatul Awwalin

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator