2 Peristiwa Besar yang Umat Islam Lakukan di Bulan Ramadhan
TSIRWAH INDONESIA – Pada umumnya, ibadah puasa menjadi momen umat Islam menahan diri dari makan dan minum. Momen bulan suci ini dalam sejarah Islam pernah terjadi peristiwa besar.
Sekalipun terjadi perstiwa besar, umumnya orang menganggap bulan Ramadhan justru menjadi momen menurunnya produktivitas bagi sebagian orang.
Terlebih ada sebuah hadis yang mengatakan, tidurnya orang puasa bernilai ibadah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
نوم الصائم عبادة, وصمته تسبيح, وعَمله مضاعف, ودعاؤه مستجاب, وذنبه مغفور
Artinya: “Tidurnya orang yang berpuasa (bernilai) ibadah, dan diamnya (bernilai) tasbih, dan perbuatannya dilpatgandakan (pahalanya), dan doanya mustajab, dan dosanya diampuni,” (HR Baihaqi).
Beberapa sumber menyatakan hadis ini berstatus daif (lemah) sebagaimana Tim Humas Universitas Islam An-Nur Lampung tuliskan dalam laman an-nur.ac.id, maupun Aanardianto di laman muhammadiyah.or.id.
Meski demikian, hadis di atas kerap kali menjadi justifikasi berbuat malas di momen bulan yang suci ini. Perbuatan demikian itu sangat disayangkan karena dengan berbagai keutamaannya, Ramadhan menjadi momen mencari pahala dan ampunan.
Padahal di masa lampau, bulan ini orang-orang mukmin manfaatkannya untuk beramal baik, sehingga terkadang memunculkan peristiwa besar dalam sejarah.
Dua peristiwa besar di antaranya akan menjadi fokus bahasan tulisan ini. Tujuan penulisan artikel ini ialah untuk memupuk semangat beribadah di bulan yang penuh berkah ini. Mari simak penjelasan berikut:
1. Perang Badar
Perang badar merupakan perang pertama dan terbesar yang pernah umat islam alami di zaman Rasulullah SAW. Besarnya peperangan ini bukan berdasarkan jumlah pasukan umat muslim maupun musuh, akan tetapi meliputi banyak faktor.
Faktor tersebut seperti: waktu, peralatan perang yang umat islam miliki, serta perbandingan jumlah pasukan dengan musuh.
Pertama, bila dari waktu, peperangan ini sangat melelahkan dan berat, sebab umat muslim melakukannya pada bulan Ramadhan. Terdapat keringanan dalam berpuasa di situasi perang. Hal ini para sahabat lakukan sebagaimana hadis berikut:
غزونا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم لست عشرة مضت من رمضان فمنا من صام ومنا من أفطر فلم يعب الصائم على المفطر ولا المفطر على الصائم
Artinya: “Kami berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di tanggal 16 Ramadhan. Di antara kami, sebagian ada yang berpuasa dan sebagian lainnya berbuka (membatalkan puasanya). Maka tidak ada orang yang berbuka mencela yang berpuasa, begitu juga bagi yang berpuasa kepada yang berbuka,” (HR Muslim).
Kedua, dari segi jumlah pasukan dan kelengkapan perang, kedua belah pihak sangat timpang.
Helmy Elhany M.Ag dalam artikel jurnal yang berjudul Kisah Perang Badar: Studi Nilai dalam Suatu Masyarakat jumlah umat islam sebanyak 310 pasukan dengan perlengkapan terbatas.
Sementara itu, kaum kafir mengerahkan 950 pasukan dengan dua ratus pasukan berkuda di dalamnya. Mereka juga menyertakan para wanita yang memainkan rebana sebagai penyemangat dan upaya menggentarkan nyali umat islam.
Meski demikian, umat islam dengan keimanan yang tinggi, semangat juang, bahkan sebagian mereka tetap menjalankan ibadah puasa, dapat memenangkan peperangan tersebut atas izin Allah subhanahu wa ta’ala dan juga dengan strategi yang matang.
BACA JUGA : Biografi Fatima al-Fihri: Muslimah Pendiri Universitas Pertama di Dunia
2. Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi momen sakral bagi para warganya. Kejadian tanggal 17 Agustus 1945 M ini bila di dalam kalender Hijriyah bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H sebagaimana perhitungan di laman al-habib.info.
Mengutip laman cni.co.id, Ir. Sukarno atau yang akrab disapa Bung Karno tidak menjalankan ibadah puasa karena gejala malaria yang ia derita. Namun demikian, tokoh proklamasi muslim lainnya tetap menjalankan ibadah puasa.
Suasana puasa tersebut nampak sebagaimana yang Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta atau dipanggil Bung Hatta utarakan. Mengutip laman nasional.kompas.com, rapat perumusan teks proklamasi terjadi sejak tanggal 16 sampai 17 Agustus 1945 dini hari.
Rapat usai pada pukul 03.00 WIB dini hari, bertepatan memasuki waktu sahur. Sebelum para anggota membubarkan diri dalam rapat di kediaman laksamana Maeda tersebut, terlebih dahulu mereka melaksanakan sahur bersama.
Selain Bung Hatta, terdapat tokoh kemerdekaan lain seperti Sayuti Melik, Achmad Soebardjo, dan Sukarni. Bung Hatta mengatakan, mereka sahur dengan roti, ikan sarden, dan telur.
Di pagi harinya, tepatnya pukul 10.00 WIB, mereka tetap menjalankan ibadah puasa sembari turut andil dalam peristiwa terbesar bangsa Indonesia, yaitu proklamasi kemerdekaan.
Renungan
Kedua peristiwa tersebut menjadi cerminan, ibadah puasa bukan menjadi ajang untuk berbuat kemalasan. Sebaliknya, umat muslim yang taat justru menjadikan bulan suci ini sebagai ajang berbuat kebaikan baik itu bagi agama, maupun ranah sosial.
Rasulullah SAW, para sahabat, serta tokoh proklamator dalam cuplikan tulisan di atas memberikan contoh, ibadah puasa tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk beramal baik. Puasa mereka tangguhkan ketika keadaan darurat seperti peperangan maupun sakit.
Kesimpulan
Demikian dua peristiwa besar yang pernah umat islam lakukan pada bulan suci Ramadhan. Semoga tulisan ini menjadi pengingat kepada para pembaca untuk tidak bermalas-malasan dan terus produktif dalam kebaikan di bulan suci ini, amin.
Wallahu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Wildan Syaiful Amri Wibowo