Tokoh & Sejarah

Mengenal Syekh Khalid Baghdadi, Muslim Wajib Tahu

TSIRWAH INDONESIA  Syekh Khalid Baghdadi atau Syekh Khalid Kurdi merupakan Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah. Beliau Mursyid tarekat Naqsyabandiyah ketiga puluh satu. Sekaligus penerus daripada rahasia Tarekat Naqsyabandiyah dari gurunya Syekh Abdullah Ad-Dahlawi India.

Syekh Khalid Baghdadi lahir tahun 1193 H/1779 M di Desa Karada, kota Sulaimaniyyah, Irak. Syekh Khalid Baghdadi memahami ilmu syariat, tasawuf, dan merupakan seorang cendekiawan dan juga wali yang memiliki pengetahuan luas.  

Semasa hidupnya, Syekh Khalid Baghdadi bagaikan cahaya bulan purnama. Tarekat Naqsyabandi yang ia ajarkan tersebar luas. Beliau juga pusat dari lingkaran wali qutub di masanya. 

Syekh Khalid Baghdadi juga mempunyai gelar Utsmani karena beliau masih keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam

Syekh Khalid Baghdadi tumbuh besar dan belajar menjadi santri di madrasah dan masjid yang ada di kota Sulaimaniyyah, yaitu kota pendidikan utama pada masa itu.

Selanjutnya, Syekh Khalid Baghdadi berguru pada dua cendekiawan besar di masanya, yaitu Syekh Abdul Karim al-Barzanji dan Syekh Abdurrahim al-Barzanji, beliau juga membaca bersama Mullah Muhammad Ali. 

Kemudian beliau kembali ke Sulaimaniyyah dan di sana mempelajari ilmu matematika, filosofi, dan logika. Lalu beliau kembali ke Baghdad dan mempelajari Mukhtasar al-Muntaha fil-Usul, sebuah ensiklopedia tentang yurisprudensi.

BACA JUGA : Gus Dur: Ulama Pejuang Keadilan dan Kelompok Minoritas

Perjalanan Syekh Khalid Baghdadi ke India ingin bertemu guru spiritualnya yang menguasai ilmu rasa atau batin. Gurunya akan mewariskannya banyak tarekat dengan sanad yang bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. 

Pada tahun 1809 Syekh Khalid Baghdadi mencapai kota Delhi. Rute perjalanannya melalui Rey, Teheran, dan provinsi-provinsi lain di Iran. 

Selanjutnya, melakukan perjalanan ke kota Herat di Afghanistan, selanjutnya ke Kandahar, Kabul, dan Peshawar. Para ulama besar dari semua kota yang ia temui ini akan sering menguji pengetahuannya dalam ilmu-ilmu Hukum Ilahi Syariah dan Kesadaran Ilahi Makrifat, dan orang-orang dari logika, matematika, dan astronomi selalu menganggapnya sangat berpengetahuan luas. 

Syekh Khalid Baghdadi kemudian pindah ke Lahore, di sini dia bertemu dengan Syekh Thana’ullah an-Naqsyabandi dan meminta doanya. 

Dia mengenang, “Saya meninggalkan Lahore, melintasi gunung dan lembah, hutan, dan gurun sampai saya mencapai Kesultanan Delhi yang dikenal sebagai Jehanabad. Selanjutnya, butuh satu tahun untuk mencapai kotanya. Empat puluh hari sebelum saya tiba, Syekh Abdullah ad-Dahlawi memberitahu para pengikutnya, pengganti saya akan datang.”

Syekh Khalid Baghdadi diinisiasi ke dalam tarekat Naqsyabandi oleh Shah Abdullah. Dalam lima bulan ia menyelesaikan semua tahap perjalanan spiritual seperti syarat Naqsyabandi bahwa dalam setahun ia mencapai tingkat kesucian tertinggi (al-wilayah al-kubra). 

Selanjutnya, Shah Abdullah mengirim Syekh Khalid Baghdadi kembali ke Sulaimaniyyah, ia mendapat otoritas penuh untuk bertindak sebagai khalifahnya di Asia Barat.

Selain itu, Syekh Khalid Baghdadi memberikan inisiasi tidak hanya di Naqsyabandi tetapi juga dalam tarekat Qadiri, Suhrawardi, Kubrawi dan Chishti.

Ujian hidupnya, yakni setelah bertahan dari permusuhan dari syekh saingan di Sulaimaniyyah, ia melakukan perjalanan ke Baghdad dan Damaskus. Ia mengajarkan cara Naqsyabandi dengan kesuksesan yang besar.

Meninggalnya ulama adalah hari di mana para pecinta ilmu menangis. Syekh Khalid Baghdadi tetap di Damaskus selama sisa hidupnya, mengangkat Syekh Ismail sebagai kepala khalifa sebelum dia meninggal pada Juni 1827 Masehi. 

Ia bermakam di salah satu kaki bukit Jabal Qasiyun, di tepi perempatan Turki Damaskus. Kemudian, sebuah bangunan didirikan di atas makam, terdiri dari zawiyah dan perpustakaan yang masih sering umat kunjungi saat ini.

Syekh Khalid Baghdadi merupakan ulama besar dan waliyullah yang memegang peran penting sebagai Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah ketiga puluh satu. Ajaran dan warisannya tersebar luas di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. 

Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Halendra,S.IP

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator