Hamzah bin Abdul Muthalib dan Gelar Singa Allah, Begini Kisahnya
TSIRWAH INDONESIA – Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim, putra dari Abdul Muthalib dengan Haulah binti Wuhaib. Beliau adalah paman dan saudara sepersusuan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dikatakan saudara sepersusuan, sebab beliau dan Nabi Muhammad SAW disusui oleh seorang wanita yang sama, ialah Tsuwaibah Al Islamiyah, seorang hamba sahaya dari Abu Lahab yang telah dimerdekakan. Nabi Muhammad SAW dan Hamzah memiliki hubungan yang dekat sejak kecil, sebab usianya hanya selisih dua tahun.
Hamzah bin Abdul Muthalib Masuk Islam
Abu Jahal mencaci Nabi Muhammad SAW saat berada di bukit Shafa, namun cacian itu tidak ditanggapi sepatah kata pun oleh Nabi Muhammad SAW. Abu Jahal naik pitam dan menghantam kepala Nabi Muhammad SAW dengan batu hingga memar dan berdarah.
Pada saat bersamaan, Hamzah baru saja pulang dari perburuannya dengan membawa sebuah busur panah. Beliau diberi tahu oleh budak wanita milik Abdullah bin Jud’an perihal yang baru saja dialami keponakannya.
Mendengar hal itu, masih dengan membawa busur panahnya, Hamzah bergegas mencari Abu Jahal. Di dekat Ka’bah, Hamzah mendapati Abu Jahal sedang berbincang bersama rekan-rekannya. Tanpa basa-basi, Hamzah langsung menghampiri Abu Jahal dan berkata,
“Hai orang hina! Engkau berani menyakiti keponakanku padahal aku sudah memeluk agamanya,” kata-kata Hamzah yang lantang membuat Abu Jahal dan orang-orang Quraisy terguncang.
Hamzah segera mendaratkan pukulan dengan busurnya di kepala Abu Jahal. Orang-orang Quraisy merasa geram dan hendak melawan, namun Abu Jahal menahannya dan mengatakan,
“Kita tinggalkan saja dia! Aku memang telah mencaci maki keponakannya,” ungkap Abu Jahal dengan napas tersengal.
Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, hati Hamzah belum lagi lega. Ia pulang dengan bimbang, “Mengapa begitu mudah kutinggalkan agama nenek moyangku?”
Kemudian, Hamzah berdoa meminta petunjuk, “Ya Tuhan, jika Muhammad benar, teguhkanlah hatiku. Jika Muhammad salah, jauhkanlah aku darinya.”
Hamzah menemui Nabi Muhammad SAW dengan sedih dan menceritakan semua kegelisahan hatinya. Nabi Muhammad SAW lalu membacakan beberapa ayat Alqur’an. Perlahan hati Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru dan kagum.
Hamzah berkata, “Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka itu tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku.”
Nabi Muhammad SAW sangat bersyukur, akhirnya Hamzah masuk Islam pada akhir tahun keenam kenabian.
Hamzah dalam Perang Badar
Perang Badar merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam dan kafir Quraisy. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 hijriah.
Pasukan perang ini terdiri dari 313 umat Islam dan 1000 kafir Quraisy. Jumlah pasukan yang tidak seimbang tidak mengalahkan semangat jihadnya umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji dalam Alqur’an surah Muhammad ayat 7:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Atas kegigihan dan keberanian melawan kafir quraisy, perang badar pun dimenangkan oleh umat Islam. Posisi Hamzah dalam perang badar sangatlah penting, sebab ia berhasil membunuh pemimpin pihak kafir Quraisy yaitu Utbah bin Rabi’ah serta saudaranya yaitu Syaiban bin Rabi’ah.
Hamzah dalam Perang Uhud
Perang uhud terjadi karena kaum Quraisy ingin membalas dendam atas kemenangan umat Islam pada perang badar. Pasukan perang uhud terdiri atas tujuh ratus umat islam yang melawan tiga ribu kafir Quraisy.
Banyaknya pasukan umat Islam yang gugur, mengakibatkan umat Islam mengalami kekalahan. Salah satunya ialah Hamzah, beliau tewas di tangan kafir Quraisy bernama Wahsyi, budak milik Jubair bin Muth’im.
Jubair bin Muth’im menjanjikan merdeka pada Wahsyi apabila berhasil membunuh Hamzah. Jubair ingin menebus nyawa pamannya, Thu’aimah bin Adi yang dibunuh Hamzah pada perang badar.
Saat perang, Wahsyi mengintai Hamzah dari balik batu besar. Ketika posisinya dekat dengan Hamzah, Wahsyi segera melesatkan tombak ke arahnya. Tombak tersebut mengenai kandung kemih Hamzah dan menembus kedua tulang pinggulnya.
Setelah perang badar selesai, Hindun binti Utbah mencari tubuh Hamzah yang sudah tidak bernyawa. Dirobek dan diambilnya hati Hamzah, kemudian dikunyah. Namun, Hindun tidak bisa menelannya, akhirnya dimuntahkan kembali hati Hamzah.
Hindun berbuat demikian lantaran memendam dendam pada Hamzah yang telah membunuh ayah dan saudaranya pada perang badar.
Kematian Hamzah membuat Nabi Muhammad SAW begitu sedih. Allah SWT mengabadikan kematian Hazmah dengan menurunkan firman dalam Alqur’an surah An-Nahl ayat 126:
وَاِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوْا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ بِهٖۗ وَلَىِٕنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.”
Wallohu A’lam
Oleh Fatihah Nur Sa’adah