Fakta Abu Bakar Ash-Shiddiq: Mulia Sejak Sebelum Menjadi Muslim
TSIRWAH INDONESIA – Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seorang sahabat nabi yang paling utama. Ia adalah khalifah pertama dalam sejarah islam setelah masa kepemimpinan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika lahir, Abu Bakar diberi nama Atiq oleh orang tuanya, kemudian berganti menjadi Abdul Ka’bah. Setelah masuk islam, namanya menjadi Abdullah bin Abi Quhafah At-Tamimi.
Abu Bakar lahir pada tahun 573 M di Makkah. Abu Bakar adalah sosok yang berkepribadian mulia, bahkan sebelum ia memeluk agama islam.
BACA JUGA: Kisah Nabi Muhammad Bermuka Masam pada Salah Satu Sahabatnya
Berikut beberapa fakta tentang Abu Bakar:
Seorang Pedagang Sukses
Abu Bakar berdagang sejak usia remaja. Masyarakat Arab kala itu menjadikan perdagangan sebagai salah satu mata pencaharian pokok. Saat berdagang, Abu Bakar tidak pernah melakukan hal yang merugikan pembeli. Ia selalu jujur dalam berdagang.
Abu Bakar biasa melakukan perjalanan ke Busyra, Syam, dan kota-kota lainnya untuk berdagang. Dalam berdagang, Abu Bakar selalu mendapat keuntungan karena sifat-sifat mulianya saat berdagang. Maka dari itu, banyak pelanggan yang lebih memilih bertransaksi dengan Abu Bakar.
Kesuksesannya membawa nama Abu Bakar menjadi salah satu pedagang kaya. Meskipun begitu, Abu Bakar tetap rendah hati dan dermawan.
Tidak Pernah Dibenci
Kepribadian mulia Abu Bakar menjadikannya orang yang dicintai dan disegani oleh orang-orang di sekitarnya. Baik tua, muda, miskin, ataupun kaya, semuanya menghormati Abu Bakar. Karakter Abu Bakar yang membuatnya dicintai masyarakat adalah adil, jujur, berwawasan luas, dan dermawan.
Suatu ketika Ibnu Dujanah, salah satu kepala suku Quraisy, bertemu Abu Bakar setelah sekian lama tidak bertemu tepatnya setelah Abu Bakar hijrah ke Madinah.
Pada saat itu, Ibnu Dujanah berkata, “Abu Bakar tidak pantas diusir karena ia adalah orang yang menjalin hubungan kekeluargaan, membantu orang yang kesusahan, peduli terhadap fakir miskin, serta kuat dalam prinsip dan tindakan.” Pernyataan tersebut membuktikan keluhuran Abu Bakar sangat tinggi di mata sahabat-sahabatnya.
Tidak Pernah Sujud kepada Berhala Maupun Mabuk-Mabukan
Abu Bakar juga tidak pernah bersujud pada berhala. Abu Bakar beranggapan bahwa berhala tidak dapat memberinya apa-apa.
Ketika masih remaja, ia diajak ayahnya untuk menyembah berhala. Abu Bakar dengan kecerdasannya mencoba berargumen dengan berhala. Namun, berhala hanyalah batu yang tidak melakukan apa-apa.
Selain itu, masyarakat Quraisy pada masa jahiliyah memiliki kebiasaan minum khamr. Setiap acara ataupun perayaan pasti disertai dengan pesta khamr. Namun, berbeda dengan Abu Bakar, ia tidak pernah sedikitpun mendekati dan meminum khamr. Bahkan, ia mengharamkan khamr atas dirinya.
Imam Suyuti dalam kitab Tarikh al-Khulafa menerangkan bahwa ketika Abu Bakar ditanya tentang alasan tidak meminum khamr, ia menjelaskan bahwa dirinya menjaga kehormatan dan wibawanya dengan tidak meminum khamr. Karena baginya orang yang meminum khamr sama saja dengan membuang kehormatan dan wibawanya sendiri.
Itulah beberapa fakta tentang kepribadian mulia Abu Bakar. Sebelum menjadi muslim pun dirinya sudah berkepribadian luhur. Kecerdasan dan keluhuran akhlaknya menjadikan Abu Bakar salah satu sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang utama.
Wallahu A’lam
Oleh Miftakhul Jannah