Nailah binti Farafishah: Kesetiaan dan Pengorbanan Seorang Istri
TSIRWAH INDONESIA – Nailah binti Farafishah adalah istri dari Utsman bin Affan, khalifah ketiga dalam sejarah Islam. Nailah dikenal sebagai wanita yang penuh cinta, setia, berani, dan tak kenal lelah dalam mendampingi suaminya menghadapi masa-masa sulit.
Beliau berasal dari suku Kalb yang tinggal di wilayah Syam (Suriah), sebuah suku yang dikenal memiliki kedudukan tinggi pada masa itu.
Nailah sebagai istri seorang pemimpin besar memainkan peran dalam kehidupan politik dan sosial selama masa kepemimpinan Utsman.
Ketika Utsman memimpin umat Islam, terjadi masa yang dikenal sebagai “Fitnah Besar” — masa penuh perpecahan dan konflik internal dalam umat Islam.
Selama pengepungan rumah Utsman oleh para pemberontak, Nailah tetap berada di sisinya, memberikan dukungan dan keberanian, bahkan ketika bahaya mengancam nyawanya sendiri.
Keberanian di Masa Fitnah Besar
Situasi ini sangat menegangkan, tetapi Nailah binti Farafishah tidak pernah mundur dari tugasnya sebagai istri yang setia.
Meski menghadapi ancaman pembunuhan, ia tetap mendampingi Utsman, menunjukkan bahwa cinta dan kesetiaan adalah fondasi utama dalam pernikahan mereka.
Keberaniannya dalam menghadapi situasi ini menunjukkan betapa dalamnya kasih sayangnya terhadap Utsman dan dedikasinya dalam mendukung perjuangan suaminya demi Islam.
BACA JUGA: Khadijah: Teladan Perempuan Independen untuk Muslimah Modern
Pengorbanan yang Tak Terlupakan
Momen paling dramatis dalam hidup Nailah adalah ketika para pemberontak berhasil memasuki rumah mereka. Ketika Utsman diserang, Nailah berdiri di hadapannya, berusaha melindungi suaminya dengan tubuhnya sendiri.
Sayangnya, dalam upayanya menangkis serangan pedang yang diarahkan kepada Utsman, jari-jarinya terputus. Meski telah memberikan perlawanan berani, Nailah tidak dapat menyelamatkan nyawa suaminya yang mulia.
Setelah Kematian Utsman
Setelah kematian Utsman, Nailah menunjukkan keteguhan hatinya. Ia mengumpulkan pakaian Utsman yang berlumuran darah serta jarinya yang terputus sebagai bukti kekejaman para pembunuh.
Ia kemudian mengirimkan bukti ini kepada Muawiyah bin Abi Sufyan di Syam. Tindakan ini pada akhirnya memicu terjadinya Perang Shiffin, salah satu perang besar dalam sejarah Islam.
Keberaniannya ini menginspirasi banyak orang untuk tetap berjuang demi keadilan.
Simbol Cinta dan Keberanian
Keberanian dan keteguhan hati Nailah binti Farafishah adalah simbol dari cinta dan pengorbanan yang tak ternilai dalam sejarah Islam.
Walaupun mungkin namanya tidak sepopuler beberapa sahabat Rasulullah yang lain, perannya tidak bisa diabaikan.
Nailah adalah contoh nyata bahwa di balik setiap pemimpin besar, ada sosok yang berperan dalam mendukung, menguatkan, dan memberikan inspirasi.
Kesimpulan
Nailah binti Farafishah memberikan pelajaran penting tentang kekuatan cinta, kesetiaan, dan keberanian. Dalam menghadapi tantangan hidup yang berat, ia tetap teguh dalam mendukung suaminya, bahkan di saat-saat paling berbahaya.
Nailah juga menunjukkan bahwa mempertahankan kebenaran dan keadilan membutuhkan keberanian luar biasa, meskipun itu berarti harus mengorbankan diri sendiri.
Keberaniannya dalam mempertahankan suaminya dan mencari keadilan setelah kematiannya telah meninggalkan warisan yang mendalam, dalam sejarah Islam. Keberaniannya menjadikan teladan bagi generasi yang akan datang.
Wallohu A’lam
Oleh Rahayu Aswinani Siregar