Tokoh & Sejarah

Ashabul Kahfi: 7 Pemuda yang Tertidur Bertahun-tahun dalam Gua

TSIRWAH INDONESIA – Ashabul Kahfi merupakan salah satu tanda keagungan Allah subhanahu wa ta’ala. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an dengan nama surat Al-Kahfi sesuai dengan nama kelompok pemuda tersebut.

Ashabul Kahfi menceritakan sekelompok pemuda yang menghindari kezaliman penguasa demi mempertahankan aqidah dan kebebasan beribadah kepada Allah SWT.

Ashabul Kahfi beranggotakan Maksalmina, Tamlika, Martunus, Kastunus, Bairunus, Yathbunus, dan Danimus serta anjing mereka bernama Qithmir. Kelompok ini hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa tahun sebelum diutusnya Nabi Isa alaihis salam. 

Raja Diqyanus mengetahui ada sekelompok pemuda yang tidak menyembah berhala, maka sang raja murka lalu memanggil dan memerintahkan kepada mereka untuk mengikuti kepercayaannya. 

Kelompok Ashabul Kahfi menolak perintah itu dan melarikan diri menjauh dari sang raja. Sang raja kemudian memerintahkan orang untuk menangkap dan membunuh kelompok pemuda tersebut, namun mereka bersembunyi dalam gua.

Kisah ini tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 10:

إِذْ أَوَى ٱلْفِتْيَةُ إِلَى ٱلْكَهْفِ فَقَالُوا۟ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

Artinya: “(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami’.”

Ashabul Kahfi berlindung dalam gua demi menyelamatkan diri dari ancaman raja Diqyanus, karena menolak untuk menyembah berhala dan berhenti menyembah Allah SWT. Mereka berdoa agar Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan petunjuk yang lurus dalam setiap urusan mereka.

Allah SWT memberikan mereka perlindungan dengan membuat mereka semua tertidur. Kisah ini tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 11:

فَضَرَبْنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمْ فِى ٱلْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا

Artinya: “Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu, selama beberapa tahun.”

Allah melindungi mereka agar tidak mendengar apa-apa, dengan begitu, mereka tertidur nyenyak hingga bertahun-tahun lamanya. Berapa lama mereka tertidur masih menjadi perdebatan di antara dua kelompok dalam Ashabul Kahfi sendiri ketika mereka terbangun.

Kisah ini tertulis dalam surat Al-Kahfi ayat 12:

ثُمَّ بَعَثْنَـٰهُمْ لِنَعْلَمَ أَىُّ ٱلْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓا۟ أَمَدًا

Artinya: “kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).”

Mereka bangun karena Allah, seperti sebelumnya mereka tidur karena Allah. Mereka tertidur atas kehendak Allah dalam rangka menyelamatkan jiwa dan iman mereka.

BACA JUGA : Muhammad Al-Fatih: Pemuda Penakluk Konstantinopel

Ashabul Kahfi bukanlah kisah yang kebetulan, tetapi Allah SWT sengaja menceritakan kisah tersebut karena banyak pelajaran berharga di dalamnya yang dapat menjadi petunjuk bagi umat muslim. 

Salah satu pelajaran yang bisa diambil dari kisah Ashabul Kahfi ini yaitu berani melawan kezaliman demi keimanan serta mempunyai nyali untuk keluar dari lingkungan yang menyimpang. Kesengajaan itu terdapat dalam surat Al-Kahfi ayat 13:

نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَـٰهُمْ هُدًى

Artinya: “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”

Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di negara Yordania di perkampungan Al-Rajib yang berjarak 1,5 KM dari kota Abu A’landa dekat kota Amman. Raja Abdullah ke-2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan masjid di muka gua dengan nama Masjid Ashabul Kahfi.

Itulah Ashabul Kahfi, kisah para pemuda yang tertidur dalam gua selama bertahun-tahun. Allah SWT sengaja mengangkat kisah ini agar menjadi suri teladan untuk generasi umat Islam. Semoga umat muslim senantiasa bisa mempertahankan keimanan dalam kondisi apa pun, Aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Hanif Ibrahim

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator