Sirah Nabawiyah: Berikut 3 Sumber Sejarah Rasulullah Menurut Syeikh Said Ramadhan Al-Buthy
TSIRWAH INDONESIA – Mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Bahkan mengenali beliau saja tidaklah cukup, akan tetapi kita juga wajib untuk mencintai beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang muslim sangat dianjurkan mempelajari sirahnya untuk mengetahui sosok beliau yang agung dan ideal dalam semua aspek kehidupan.
Sirah Nabawiyah adalah rekaman seluruh mata rantai perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dari lahir, kecil, remaja, dewasa, pernikahan, menjadi Nabi, perjuangannya yang heroik dan tantangan-tantangan besar yang dilaluinya, hingga wafatnya.
Mempelajari Sirah Nabawiyah, bagaikan menelusuri seluk beluk kehidupan Sang Rasul secara detail dan rinci. Oleh karena itu, sumber-sumber untuk mengetahui seluk beluk kehidupan beliau tidak boleh asal memilih rujukan, agar tidak memperoleh data yang salah.
Berikut sumber-sumber pokok dalam mempelajari Sirah Nabawiyah beserta penjabaran urgensi masing-masing sumber tersebut, berdasarkan penjelasan Syeikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy dalam Fiqhus Sirah: Dirasat Manhajiah ‘Ilmiyah li Siratil Musthafa ‘alaihish-shalatu was-Salam.
Secara umum Syeikh Ramadhan Al-Buthy menyebutkan sumber rujukan Sirah Nabawiyah ada tiga, yaitu Kitab Allah, Sunnah Nabawiyah yang sahih, dan kitab-kitab sirah.
1. Kitabullah (Al-Qur’an)
Al-Qur’an merupakan rujukan pertama untuk memahami sifat-sifat umum Rasulullah SAW dan mengenal tahapan-tahapan umum dari sirahnya yang mulia.
Al-Qur’an memberikan gambaran tentang beberapa kejadian penting dalam kehidupan dan sirah Rasulullah SAW, seperti peperangan Badar, Uhud, Khandaq, dan Hunain, serta pernikahan dengan Zainab binti Jahsyi.
Al-Qur’an juga mengomentari kasus-kasus dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menjawab masalah-masalah yang timbul, mengungkapkan masalah yang belum jelas, atau memberikan pelajaran dan nasihat kepada kaum muslimin.
Mempelajari dan memahami Al-Qur’an, sangat membantu umat muslim mengenal dengan lebih baik sirah Rasulullah SAW dan mengambil pelajaran dari kehidupan dan pengajaran beliau.
Syeikh Ramadhan Al-Buthy menyebutkan bahwa pembicaraan Al-Qur’an tentang kesemuanya ini tidak lebih hanya sekadar penjelasan secara umum dan penyajian secara global. Demikianlah cara Al-Qur’an dalam menyajikan setiap kisah tentang para nabi dan umat-umat terdahulu.
2. Sunnah Nabawiyah yang Sahih
Kitab-Kitab para imam hadits yang terkenal, seperti Al-Kutub Al-Sittah, Muwaththa’ Imam Malik, dan Musnad Imam Ahmad, merupakan sumber yang berharga untuk mempelajari kehidupan Rasulullah SAW.
Meskipun tidak tersusun secara urut dan sistematis dalam memberikan gambaran lengkap dari lahir hingga wafatnya Rasulullah SAW, tetapi mereka mencakup berbagai aspek sirah Rasulullah SAW.
Salah satu alasan mengapa gambaran kehidupan Rasulullah SAW tidak tersusun secara terpisah dalam kitab-kitab tersebut adalah karena sebagian besar kitab tersebut disusun berdasarkan bab-bab Fiqh atau pembahasan syari’ah Islam. Dan juga hadits-hadits yang berkaitan dengan sirah Rasulullah SAW tersebar di berbagai tempat di antara semua bab yang ada.
Para imam hadits, terutama penghimpun Al-Kutub Al-Sittah, fokus pada mencatat dalil-dalil syari’ah secara umum yang diperlukan. Mereka tidak mencatat riwayat sirah secara terpisah dengan rinci, melainkan mengumpulkan hadits-hadits yang berhubungan dengan permasalahan hukum Islam.
Meskipun demikian, dengan mengkaji dan mempelajari hadits-hadits dalam kitab-kitab tersebut, kita masih bisa mendapatkan pemahaman yang cukup signifikan tentang Sirah Nabawiyah dan mengambil pelajaran dari perjalanan hidup Rasulullah SAW.
Di antara keistimewaan sumber kedua ini ialah bahwa sebagian besar, isinya diriwayatkan dengan sanad sahih yang bersambung kepada Rasulullah SAW, atau kepada para sahabat yang merupakan sumber khabar manqul, kendatipun kita temukan pula beberapa riwayat dha’if yang tidak bisa dijadikan hujjah.
3. Kitab-Kitab Sirah
Kajian-Kajian sirah pada masa sahabat lebih banyak berupa riwayat-riwayat yang disampaikan secara turun-temurun tanpa disusun dalam suatu kitab. Pada generasi tabi’in, baru mulai muncul usaha untuk menyusun data tentang Sirah Nabawiyah. Beberapa tokoh pada masa itu, seperti Urwah bin Zubair, Aban bin Utsman, Syurahbil bin Sa’d, Wahab bin Munabbih, dan Ibnu Syihab Az-Zuhri, disebutkan telah menyusun catatan-catatan tentang sirah.
Kebanyakan tulisan mereka telah hilang dan hanya ada beberapa bagian yang berhasil diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari. Ada juga yang mengatakan bahwa sebagian tulisan Wahab bin Munabbih masih tersimpan di Heidel berg, Jerman.
Generasi penyusun sirah berikutnya adalah Muhammad bin Ishaq, yang dianggap memiliki data paling terpercaya tentang sirah pada masa itu. Namun, kitabnya yang berjudul “Al-Maghazi” telah musnah pada masa itu.
Abu Muhammad Abdul Malik, yang dikenal sebagai Ibnu Hisyam, muncul sebagai penyusun sirah dengan berbagai penyempurnaan. Kitab sirah yang terkenal saat ini yang dinisbatkan kepadanya sebenarnya adalah duplikat dari kitab Maghazi Ibnu Ishaq.
Zaman berikutnya, lahirlah kitab-kitab Sirah Nabawiyah lainnya yang mencakup aspek-aspek tertentu. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah “Dala’il An-Nubuwwah” karya Al-Asfahani, “Asy-Syama’il” karya Tirmidzi, dan “Zaadul Ma’ad” karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
Wallohu A’lam
Oleh Aminsyah Suhada