Hikmah & WawasanSirah Nabawiyah

Akhlak Rasulullah SAW dalam Bersedekah, Simak Kisahnya

TSIRWAH INDONESIA Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah uswatun hasanah atau teladan terbaik untuk ditiru oleh seluruh kaum muslim.

Rasulullah SAW kerap menunjukkan contoh tindakan  akhlak mulia, termasuk dalam tindakan sedekah.

Bersedekah berarti memberikan atau menyumbangkan sesuatu yang kita miliki dengan mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Melalui sedekah, seorang muslim dapat menolong orang lain.

Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 276:

يَمۡحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرۡبِى الصَّدَقٰتِ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيۡمٍ

Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”

Berdasar tafsir menurut Kemenag, istilah ‘menyuburkan sedekah’ bermakna Allah SWT mengembangkan harta yang telah dikeluarkan sesuai dengan ketantuan-ketentuan agama atau melipatgandakan berkah harta tersebut.

Ayat tersebut telah menerangkan kehebatan sedekah, sebagai umat muslim, hendaknya kita melakukan sedekah sebagaimana yang Rasulullah SAW contohkan.

Dalam kitab Zaadul Ma’aad jilid 2, Ibnu Qayyim menggambarkan akhlak Rasulullah SAW dalam bersedekah.

Disebutkannya, “Allah SWT tidak memberi banyak harta kepadanya, tapi tidak juga sedikit. Jika ada orang yang meminta sesuatu kepada beliau, pasti orang itu diberinya, baik sedikit maupun banyak. Beliau merupakan orang yang tidak takut menjadi fakir.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa bersedekah bukan berarti harus menunggu kaya raya terlebih dahulu. Rasulullah SAW memiliki rasa gembira yang lebih besar ketika memberi daripada ketika menerima pemberian.

BACA JUGA : 4 Keistimewaan Khadijah Binti Khuwailid: Trendsetter Independent Woman Masa Rasulullah 

Terdapat sebuah hadits riwayat Sahal bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu yang mengisahkan tentang bagaimana kemurahan hati Rasulullah SAW dalam bersedekah, berikut bunyinya:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبُرْدَةٍ مَنْسُوجَةٍ، فَقَالَتْ: نَسَجْتُهَا بِيَدِي لأَكْسُوكَهَا، فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا، فَخَرَجَ إِلَيْنَا وَإِنَّهَا إِزَارُهُ، فَحَسَّنَهَا فُلاَنٌ، فَقَالَ: اكْسُنِيْهَا، مَا أَحْسَنَهَا، فَقَالَ الْقَوْمُ: مَا أَحْسَنْتَ، لَبِسَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا، ثُمَّ سَأَلْتَهُ وَعَرَفْتَ أَنَّهُ لاَ يُسْأَلُ شَيْئًا فَيَمْنَعَهُ، فَقَالَ: رَجَوْتُ بَرَكَتَهَا حِينَ لَبِسَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَعَلِّي أُكَفَّنُ فِيهَا

Artinya: “Dari Sahal bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ada seorang wanita yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membawa sehelai kain tenunan dan berkata, “Saya menenunnya dengan tangan saya untuk engkau pakai.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerimanya karena beliau membutuhkannya. Kemudian beliau keluar menemui kami dan kain itu menjadi sarungnya. Lalu seseorang melihatnya dan memuji kain itu seraya berkata, “Alangkah indahnya kain ini, berikanlah kepadaku untuk aku pakai.” Maka orang-orang berkata, “Engkau tidak berbuat baik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memakainya karena membutuhkannya, kemudian engkau meminta darinya padahal engkau tahu bahwa beliau tidak pernah menolak permintaan.” Orang tersebut menjawab, “Saya mengharapkan berkahnya ketika dipakai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga saya dikafani dengannya,” (HR Bukhari).

Kisah tersebut memberi pelajaran bagi umat muslim untuk tidak takut memberikan apa yang ia miliki dengan mengharap ridha Allah SWT.

Hal tersebut karena tidak ada yang tahu seberapa bermanfaatnya tindakan sedekah kita untuk orang lain. Juga, tidak ada yang tahu bagaimana Allah SWT akan membalasnya dengan kebaikan.

Semoga kita semua senantiasa Allah SWT beri kelapangan hati untuk bersedekah dan kelancaran rezeki supaya dapat kita pergunakan untuk kebaikan yang lebih.

Wallahu A’lam
Sekar Noshafitria Harumi

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator