Hikmah & WawasanTokoh & Sejarah

Sahabat yang Lantunan Al-Qur’annya Didengar Malaikat, Simak

TSIRWAH INDONESIA – Usaid bin Hudhair adalah sahabat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang beriman dan gemar membaca Al-Qur’an.

Usaid bin Hudhair berasal dari suku Aus, keturunan bani Asyhali. Ayahnya bernama Hudhair bin Samak yang dikenal sebagai penunggang kuda hebat dari suku Aus.

Usaid bin Hudhair termasuk orang Anshar yang pertama kali memeluk Islam.

Setelah masuk islam, beliau menghadiri Baiat Aqabah yang merupakan janji setia untuk melindungi Rasulullah SAW di Kota Madinah. Ia juga seorang yang bacaan Al-Qur’an nya didengar oleh malaikat.

Baca Juga: Umar bin Khattab, Sahabat Nabi yang Ditakuti Setan, Ini Alasannya

Usaid bin Hudhair adalah seorang yang terdidik. Ia mampu menulis, padahal di masa itu bangsa Arab, kaum ummi, buta huruf. 

Beliau juga mampu berenang dan pandai memanah. Orang-orang Arab klasik menyebut mereka yang memiliki kemampuan dengan nama al-Kamil (orang yang sempurna).

Usaid termasuk orang pertama yang memeluk islam di kalangan Anshar. Bahkan sebelum Saad bin Muadz menerima islam. 

Beliau menerima dakwah Mus’ab bin Umair yang diutus Rasulullah SAW untuk mendakwahi penduduk Yatsrib. 

Setelah itu, Usaid tergabung dalam orang-orang yang menawarkan Rasulullah SAW negeri hijrah. 

Karena Mekah sudah sangat tidak aman, Madinah pun mereka jamin siap menerima sang sayyidul anam, serta para muhajirin Mekah.

Kala itu, orang-orang Anshar pulang dari baiat pertama mereka kepada Rasulullah SAW, beliau sertakan Mus’ab bin Umair bersama mereka. 

Seorang pendakwah yang bertugas membacakan Al-Qur’an kepada penduduk Yatsrib mengajarkan mereka islam, dan memberi pengetahuan tentang agama.

Mus’ab disebut dengan muqri (Duta Persatuan Islam) di Madinah. Beliau tinggal di rumah As’ad bin Zurarah, kemudian As’ad mengajaknya menuju kebun milik Bani Zhafar. 

Keduanya duduk di dalamnya bersama orang-orang yang telah memeluk islam. 

Melihat gencarnya dakwah Mus’ab dan penerimaan penduduk Madinah, tokoh mereka, Saad bin Muadz, tidak tinggal diam. 

Ia mengutus Usaid bin Hudhair untuk menemui Mus’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah. “Pergilah! Temui dua orang itu. Keduanya datang untuk menipu orang-orang lemah di tengah kita. Cegahlah mereka! As’ad bin Zurarah itu anak dari bibiku, kalau bukan karena itu, aku sendiri yang akan mengurusnya,” kata Saad kepada Usaid. 

Saad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair adalah dua pemuka kabilah Bani Asyhali. Keduanya memiliki kedekatan.

Usaid bin Hudhair segera mengambil tombaknya, lalu berangkat menemui Mus’ab dan As’ad. 

Ketika As’ad melihat kedatangan Usaid, ia berkata kepada Mus’ab “Ini adalah pemuka kaumnya. Ia telah datang menemui mu. Ikhlas lah kepada Allah dalam menghadapinya.”

As’ad berharap kalau pemuka bani Abdul Asyhali ini akan menerima dakwah Mus’ab. “Kalau dia mau duduk, aku akan bicara dengannya,” kata Mus’ab.

Usaid tiba di hadapan keduanya. Ia mulai mencaci maki mereka berdua. Lalu berkata, “Apa yang kalian berdua ajarkan! Kalian mau membodohi orang lemah di tengah kami?! Pergi! Tinggalkan kami kalau kalian masih mau hidup!”

Mus’ab berkata kepada Usaid, “Bagaimana kalau engkau duduk dulu dan mau mendengarkan? Kalau yang kau dengar kau ridhai, terimalah. Tapi kalau yang kau dengar adalah sesuatu yang kau benci, aku tak akan melanjutkan apa yang tak kau sukai.”

Usaid pun menancapkan tombaknya dan duduk bersama keduanya. Mus’ab mulai berbicara padanya tentang islam dan membacakan Al-Qur’an. 

Setelah itu, Mus’ab dan As’ad berkata, “Demi Allah, sebelum berbicara dengannya (lebih jauh) kami tahu dari wajahnya yang berseri dan teduh kalau ia telah menerima islam.”  

Usaid berkata, “Alangkah bagus dan indahnya ucapan itu (Al-qur’an). Apa yang kalian lakukan kalau ingin memeluk agama ini?” Keduanya menjawab, “Mandi dan bersuci lah. Bersihkan pakaianmu. Lalu bersyahadat lah dan kerjakan salat.”

Usaid pun berdiri. Ia mandi dan bersuci. Lalu membersihkan pakaiannya. Setelah itu beliau bersyahadat dengan tulus, kemudian salat dua rakaat.

Dari Abu Said al-Khudri, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Usaid bin Hudhair, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اقْرَأْ يَا أُسَيْدُ فَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Artinya: “Bacalah hai Usaid. Sungguh engkau dikaruniai (keindahan suara seperti) seruling dari seruling-serulingnya keluarga Daud ‘alaihissalam.” (HR. al-Ahad wa al-Matsani li Ibnu Abi Ashim).

Usaid bin Hudhair duduk di belakang rumahnya, di suatu malam. Anaknya, Yahya, tidur di sampingnya. 

Kuda yang selalu siap untuk berperang fi sabilillah, diikat tidak jauh dari tempat duduknya. 

Suasana malam tenang, lembut, dan hening. Permukaan langit jernih dan bersih. 

Bintang-bintang melayangkan pandangannya ke permukaan bumi yang sedang tidur dengan perasaan kasihan dan penuh simpati. 

Terpengaruh oleh suasana malam hening dan kudus itu, hati Usaid tergerak hendak menyebarkan harum-haruman ke udara lembab dan bersih berupa harum-haruman Al-Qur’an yang suci. 

Ia membaca surah Al-Baqarah ayat 1- 4 dengan suaranya yang empuk dan merdu: 

الۤمّۤ ۚ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

Artinya: “Alif, Lam, Mim, Inilah kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan padanya: menjadi petunjuk bagi orang-orang yang iman kepada yang gaib, yang menegakkan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” 

Kudanya lari dan berputar-putar lebih hebat dari awalnya. Usaid diam, maka diam pula kuda tersebut. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang. 

Bila dia membaca, kudanya lari dan berontak. Jika dia diam, maka tenang pula kuda itu kembali.

Usaid khawatir anaknya akan terinjak oleh kuda, lalu membangunkannya. Ketika dia melihat ke langit, terlihat olehnya awan seperti payung yang menakjubkan. 

Sebelumnya tidak pernah terlihat olehnya. Payung itu sangat indah berkilat-kilat, tergantung seperti lampu-lampu memenuhi ufuk dengan sinarnya yang terang. 

Awan itu bergerak naik hilang dari pemandangan. Setelah pagi hari, Usaid pergi menemui Rasulullah SAW. 

Diceritakannya kepada beliau peristiwa yang dialami dan dilihatnya semalam.

Kata Rasulullah SAW, “Itu malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca Al-qur’an, hai Usaid. Seandainya engkau teruskan bacaanmu, pastilah orang banyak akan melihatnya pula. Pemandangan itu tidak akan tertutup dari mereka.”

Itulah kisah Usaid bin Hudhair, sahabat yang lantunan Al-Qur’annya didengar malaikat. 

Wallahu A’lam
Oleh Ibayyana Ika Prastya

Editor: Muhammad Agus

Alumni Ponpes As'adiyah, Saat ini menempuh strata 1 di STKQ Al-Hikam Depok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator