6 Etika Pergaulan dalam Islam: Nomor 4 Sering Dilanggar
TSIRWAH INDONESIA – Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan interaksi satu sama lain. Agar interaksi tersebut dapat terjaga dengan harmonis, maka mereka perlu menerapkan etika pergaulan.
Sebagai agama yang rahmatan lil alamin, Islam mengajarkan pentingnya etika pergaulan untuk saling mengenal dan menjaga hubungan yang baik bagi setiap insan.
Sebagaimana yang tercantum dalam penggalan surah Al-Hujurat ayat 13, sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”
Tanpa adanya etika pergaulan, justru akan merusak hubungan silaturahmi, bahkan berakibat pada perpecahan dan permusuhan antar sesama manusia.
Setiap orang terutama umat Islam perlu memperhatikan etika tersebut dalam kehidupan sehari-hari demi menciptakan kerukunan dan perdamaian bersama. Adapun etika pergaulan dalam Islam, antara lain:
1. Menjaga Perasaan
Setiap manusia memiliki sifat yang beragam. Adanya perbedaan sifat tersebut akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang ketika berinteraksi di lingkungan sosial.
Sebagai seorang muslim yang cinta damai, mereka perlu menjaga perasaan orang lain selama berinteraksi. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui cara berperilaku, tutur kata dan sikap yang baik serta penuh sopan santun.
Apabila ada perbuatan yang menyakiti hati seseorang, maka siapapun dihimbau untuk meminta maaf agar hubungan tetap terjaga dengan harmonis.
Dalam ajaran Islam, Allah subhanahu wa ta’ala melarang umat-Nya agar tidak saling menghina hingga menyinggung perasaannya. Adapun larangan tersebut tercantum dalam surah Al-Hujurat ayat 11. Sebagaimana Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
2. Bersikap Tawadhu
Sikap tawadhu (rendah diri) sangat penting saat menerapkan etika pergaulan dalam Islam. Mengingat setiap manusia juga memiliki hak yang sama untuk berinteraksi tanpa membedakan status sosialnya.
Islam mengajarkan seluruh umatnya untuk bersikap tawadhu dan tidak menyombongkan diri di lingkungan pergaulan demi menghormati harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, hendaklah kalian bersikap rendah diri, hingga seseorang tidak berbuat aniaya kepada orang lain, dan seseorang tidak berlaku sombong kepada orang lain,” (HR. Sunan Abu Dawud).
BACA JUGA : 3 Cara Meningkatkan Percaya Diri Sesuai Anjuran Rasulullah, Simak
3. Tulus dan Ramah
Menghadapi manusia dengan sikap ramah dan raut muka yang manis merupakan sebuah sedekah. Namun, sikap tersebut tidaklah cukup tanpa adanya suatu ketulusan.
Sikap tulus akan mendatangkan suatu kejujuran dalam berinteraksi tanpa niatan tertentu yang merugikan orang lain. Selain itu, sikap tersebut dapat menumbuhkan rasa saling percaya kepada setiap orang dalam kehidupan sosial.
4. Menjauhi Prasangka Buruk
Setiap manusia tidak lepas dari segala kekurangan yang ada pada dirinya. Namun, tak jarang kekurangan tersebut memunculkan prasangka buruk di mata orang lain.
Berprasangka buruk merupakan perbuatan tercela karena dapat menimbulkan fitnah dan permusuhan. Oleh karena itu, dalam menerapkan etika pergaulan, setiap umat muslim dihimbau untuk tidak mudah percaya dari segala prasangka yang belum jelas kebenarannya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 12:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.”
5. Menghormati Hak Orang Lain
Setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, melakukan kehendak, serta melindungi segala privasinya selama berinteraksi.
Untuk itulah, melalui sikap saling menghormati hak orang lain, dapat menjadi salah satu unsur penting dalam membina hubungan antar manusia untuk menghindari segala konflik serta mencegah putusnya tali silaturahmi.
6. Saling Tolong-Menolong
Perilaku yang baik akan menjadikan hubungan semakin awet, erat, dan harmonis. Hal ini juga bisa diterapkan melalui sikap saling tolong-menolong untuk menciptakan solidaritas.
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk saling tolong-menolong dalam melaksanakan kebajikan dan taqwa. Sebagaimana dalam surah Al-Maidah ayat 2, sebagai berikut:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Demikianlah, 6 etika pergaulan dalam Islam. Semoga dengan menerapkan etika tersebut dapat menjadikan hubungan sosial terasa lebih harmonis. Amiiin.
Wallohu A’lam
Oleh Laudia Ardenta