Hikmah & Wawasan

Belajar Studi Islam di Barat: Kenali 5 Keuntungannya

TSIRWAH INDONESIA – Studi Islam merupakan program studi yang mengkaji terkait islam. Hal yang cukup mengherankan ialah, banyak negara barat yang menawarkan Studi Islam sebagai salah satu program pembelajaran.

Padahal bila melihat dari segi kuantitas muslim maupun identitas negara, kawasan timur adalah yang paling berhak dalam membuka pusat Studi Islam. Indonesia, Maroko, Sudan, dan Mesir adalah beberapa contoh negara kawasan timur yang menjadi kiblat mahasiswa muslim untuk belajar Studi Islam.

Prodi Studi Islam dalam bahasa Arab disebut dirasat Islamiyah. Beberapa kampus menggunakan nama ini sebagai fakultas, oleh sebab luasnya cakupan ilmu pengetahuannya: fiqih, tafsir, hadis, dan masih banyak lagi.

Adanya Studi Islam di barat bukanlah ucapan semata, banyak tokoh yang belajar dan lahir dari sana: Yudian Wahyudi (Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sejak 5 Februari 2020), Prof Al-Makin (Rektor UIN Sunan Kalijaga),  Muhammad Mustafa al-A’zami (ahli hadis kontemporer).

Oleh sebab beberapa orang mempertanyakan keabsahan belajar Studi Islam di barat, berikut ulasan terkait lima keuntungannya:

Pemahaman di sini bukan dalam arti konotasi negatif, melainkan bagaimana cara pandang orang, lingkungan, budaya, maupun keilmuan orang dari luar islam terhadap islam itu sendiri.

Mengutip laman idr.uin-antasari.ac.id, Studi Islam di barat memberikan akses kepada berbagai pemahaman dan pendekatan yang berbeda. Ini memungkinkan para peneliti untuk menggali aspek-aspek yang berbeda dari Islam, termasuk sejarah, budaya, dan konteks sosial yang berbeda di berbagai negara barat.

Sudah barang tentu, mayoritas pelajar Studi Islam di timur adalah muslim, begitu juga dengan budaya maupun keseharian yang berkaitan dengannya.

Lain halnya belajar Studi Islam di barat, memungkinkan para peneliti untuk berinteraksi dengan non-muslim yang juga terlibat dalam hal ini. Interaksi ini dapat membantu memperkuat pemahaman tentang isu-isu yang relevan dan membangun hubungan yang lebih baik antara berbagai komunitas.

Sebagai contoh, mengutip laman link.springer.com, mayoritas muslim Amerika berasal dari perbudakan kulit hitam yang berasal dari Afrika pada masa lalu. Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan fenomena muslim Amerika pasca perang dunia kedua, bahkan sampai saat ini.

Studi Islam di Barat memberikan peluang untuk melakukan penelitian yang lebih dalam dan beragam, termasuk penelitian yang berfokus pada isu-isu kontemporer yang relevan dengan masyarakat Barat. 

Hal ini dapat membantu dalam memperkuat pengetahuan dan pemahaman tentang Islam di Barat.

Berkaitan dengan poin nomor satu, cara pandang yang berbeda juga melahirkan pendekatan maupun teori yang berbeda dalam membaca terkait Islam. Hal ini berdampak pada pengembangan pengetahuan yang lebih beragam.

Salah satu manfaatnya diharapkan dapat memecahkan isu-isu aktual dengan cara-cara modern yang islami. Isu-isu aktual yang dimaksud antara lain: isu kerusakan lingkungan, Artificial Intelligence, depopulasi, perang dunia, dan masih banyak lagi.

BACA JUGA : 3 Kampus Terkemuka di Barat untuk Studi Islam

Universitas dan pusat studi Islam di Barat kerap kali memiliki akses yang lebih mudah terhadap sumber daya akademik, perpustakaan, dan dosen yang ahli dalam bidang studi Islam. Hal ini mendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Sebagai contoh, di Jerman terdapat proyek yang bernama Corpus Coranicum: proyek penelitian akademik dan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan yang terletak di Berlin-Brandenburg. Proyek tersebut menampung berbagai manuskrip dari Yahudi, Kristen, islam, termasuk manuskrip Al-Qur’an.

Studi Islam di barat dapat membuka peluang karir yang beragam, termasuk menjadi guru di sekolah Islam, peneliti akademis, atau bahkan menjadi ahli dalam bidang-bidang seperti hukum, ekonomi, atau politik.

Lulusan barat yang berkarir sebagai dosen di luar negeri seperti Mun’im Sirry di Universitas Notre Dame, Amerika Serikat.

Lain dari itu, banyak para pendidik maupun dosen lulusan barat yang mengajar di Indonesia: Prof. Sahiron Syamsuddin (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Noorhaidi Hasan (Universitas Internasional Islam Indonesia).

Itulah lima kelebihan belajar studi islam di barat. Mulai dari sumberdaya dan akses, cara pandang, relasi maupun jenjang karir adalah hal-hal yang perlu dipertimbangan untuk memutuskan belajar ke sana. Tentu kelebihan ini bukan untuk merendahkan pihak lain, melainkan motivasi untuk belajar.

Wallahu A’lam
Oleh: Muhammad Wildan Syaiful Amri Wibowo

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator