Hati-Hati, 4 Penyebab Hati Terserang Penyakit Maksiat
TSIRWAH INDONESIA – Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengartikan hati dalam dua komponen yaitu, fisik dan metafisik.
Secara fisik, hati diartikan sebagai jantung. Sedangkan secara metafisik, hati adalah karunia Allah subhanahu wa ta’ala yang bersifat ruhaniyah dan rabbaniyah.
Hati merupakan komponen utama yang menjadi penentu baik buruknya perilaku manusia.
Manusia sangat dianjurkan untuk menjaga hati karena hati sangat berharga di hadapan Allah SWT. Sedikit saja manusia lalai dalam menjaga hati, maka hati akan mudah diserang penyakit maksiat.
Penyebab Hati Terserang Penyakit Maksiat
1. Tidak Menjaga Pandangan Mata
Tidak menjaga pandangan mata adalah langkah awal hati manusia terserang penyakit maksiat. Pandangan tersebut seperti menatap lawan jenis dan juga kehidupan orang lain secara berlebihan.
Seseorang yang tidak menjaga pandangannya lebih mudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surah An-Nur ayat 30:
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap apa yang mereka perbuat.”
Selain itu, Allah SWT juga melarang manusia membandingkan rezekinya dengan orang lain, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 32:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْاۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَۗ وَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya: “Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Imam Al-Qurthubi dalam kitab terjemah Tafsir Al-Qurthubi menjelaskan ayat di atas bahwa, berangan-angan memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain tidak dilarang selama tidak menimbulkan iri hati.
Iri hati muncul karena terbiasa memandang pencapaian orang lain yang tampak dari luar dan tidak bersyukur dengan pencapaian yang sudah diraih.
2. Pergaulan yang Tidak Berkualitas
Islam sangat menganjurkan setiap muslim untuk menjaga ukhuwah dan juga adab bergaul antar sesama manusia.
Menurut Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Qayyim, salah satu penyebab hati rusak adalah bergaul dengan banyak kalangan.
Allah SWT melarang seseorang bergaul dengan kalangan yang pergaulannya tidak terkontrol. Hal ini dapat membuat seseorang jauh dari Allah SWT dan menyebabkan hati terserang penyakit maksiat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah Al-Furqan ayat 27-29:
وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَـٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًۭا. يَـٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًۭا. لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لِلْإِنسَـٰنِ خَذُولًۭا
Artinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, ‘Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah datang kepadaku’.”
Ayat di atas menganjurkan seseorang mencari pergaulan yang membawa pada kebaikan dan lebih dekat pada Allah SWT. Tidak hanya sekedar luas tetapi juga berkualitas.
BACA JUGA : Wajib Dicontoh, Seperti Ini Rasulullah Bermarketing
3. Bicara yang Tidak Bermanfaat
Banyak bicara adalah perbuatan tercela yang harus kita hindari. Banyak bicara dapat menimbulkan perkataan yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
Perkataan yang tidak bermanfaat akan mengakibatkan hati mati dan berpotensi melakukan kemaksiatan.
Hal ini sesuai dengan perkataan Ibnu Umar dalam kitab Faidhul Qodir karangan Imam Al-Manawi:
من كثر كلامه كثر سقطه، ومن كثر سقطه كثرت ذنوبه، ومن كثرت ذنوبه كانت النار أولى به (طس) عن ابن عمر
Artinya: “Siapa saja yang banyak bicaranya maka banyak kesalahannya. Siapa yang banyak kesalahannya, maka banyak dosanya, barang siapa banyak dosanya maka neraka lebih pantas baginya.”
Lidah merupakan perkara yang banyak menimbulkan kebinasaan. Seseorang harus berhati-hati dalam menggunakannya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 114:
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia, dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari ridho Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT melarang seseorang untuk berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat. Seseorang hendaknya menahan diri dari sesuatu yang tidak mendatangkan kebaikan.
Oleh karena itu, hendaklah berpikir terlebih dahulu sebelum berucap sesuatu yang tidak memberi manfaat.
4. Banyak Makan
Makan merupakan salah satu sumber energi bagi manusia untuk beraktivitas namun, bagi umat Islam diperintahkan mengkonsumsi makanan yang halal, thoyyib, dan sewajarnya.
Kecenderungan banyak makan sama dengan mengikuti hawa nafsu sehingga menyebabkan seseorang tidak bersyukur.
Adapun rahasia larangan memenuhi perut, salah satunya yang dipesankan oleh Luqman Al-Hakim kepada anaknya dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali:
قال لقمان لابنه: يا بني إذا امتلأت المعدة نامت الفكرة , وخرست الحكمة , و قعدت الأعضاء عن العبادة!
Artinya: “Wahai anakku, jika perutmu penuh, maka pikiranmu akan tidur, hikmah jadi tertutup, dan anggota tubuh akan lemah dibawa ibadah.”
Imam Al Ghazali dalam kitabnya Minhajul Abidin juga menjelaskan ada sepuluh bahaya yang disebabkan oleh banyak makan. Empat di antaranya hati menjadi keras dan redup, mendorong berbuat dosa, semangat beribadah menurut, dan sulit merasakan manisnya ibadah.
Penjelasan di atas menegaskan salah satu sebab hati mati adalah banyak makan dan hati yang mati mudah bermaksiat kepada Allah SWT.
Demikian empat penyebab hati terserang penyakit maksiat, yaitu tidak menjaga pandangan, pergaulan yang tidak berkualitas, bicara yang tidak bermanfaat, dan banyak makan.
Wallohu A’lam
Oleh Rahmiwati Abdullah