Wajib Dicontoh, Seperti Ini Rasulullah Bermarketing
TSIRWAH INDONESIA – Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai rujukan dalam marketing. Marketing merupakan garda terdepan yang harus dilakukan dalam suatu bisnis.
Kegiatan marketing merupakan strategi yang dilakukan dalam kegiatan bisnis yang mencakup perencanaan, promosi, dan distribusi barang.
Kejujuran Rasulullah dalam mengelola pasar menjadi modal utama suksesnya Rasulullah dalam mengelola perdagangan, sehingga beliau digelari Al-Amin (dipercaya).
BACA JUGA: 3 Etika Bisnis dalam Islam yang Harus Kamu Ketahui, Simak
Marketing dalam Islam (Syariah)
Istilah syariah dijelaskan dalam Quran surah Al-Jatsiyah ayat 18 yang berbunyi:
ثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Kemudian, kami jadikan engkau (Nabi Muhammad) mengikuti syariat dari urusan (agama) itu. Maka, ikutilah ia (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”
Syariah berasal dari kata syara’a yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Berasal dari kata syi’ah dan syari’ah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung, sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain.
Maka, marketing syariah dapat diartikan sebagai seluruh proses yang dijalankan dalam kegiatan marketing, baik proses penciptaan, penawaran, maupun perubahan nilai (value).
Demikianlah, tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip muamalah yang diatur dalam Islam.
Adapun dalam karangan Muhammad Sula dan Hermawan Kartajaya dalam buku yang berjudul Syariah Marketing disebutkan, ada empat karakteristik syariah marketing yang harus diperhatikan bagi seorang pemasar (marketer).
Berikut di antaranya: Kepercayaan kepada Allah (Rabbaniyah), Beretika (Akhlaqiyah), Logis dan Penuh Pertimbangan (Al-Waqiah), serta Bersifat Kemanusiaan (Insaniyyah).
Cara Rasulullah Marketing
Dalam buku yang berjudul Marketing Hebat Ala Rasulullah karangan Faidatur Rabiah dijelaskan lima kiat yang dilakukan Rasulullah dalam berdagang, yaitu sebagai berikut:
1. Pribadi Pebisnis
Dalam berdagang, Rasulullah adalah tokoh yang kokoh dalam memegang prinsip akhlak mulia. Melalui akhlak mulia tersebut beliau menjadi seorang yang dipercayai banyak orang.
Sehingga, banyak saudagar kaya yang membangun mitra kerjasama dengan Rasulullah, termasuk Khadijah.
Akhlak Rasulullah tersebut, seperti jujur, amanah, menjauhi sistem menimbun barang, dan menjadi pribadi pebisnis yang sholeh.
2. Menghormati Pelanggan
Rasulullah dalam berniaga selalu menghormati pembelinya. Bahkan Rasulullah mengenal karakteristik dari setiap pembeli dengan baik.
Rasulullah meyakini bahwa setiap pembeli memiliki karakter yang berbeda. Oleh karena itu, beliau selalu menunjukkan sikap rendah hati dalam berdagang maupun dalam aktivitas hariannya.
Salah satu syair dalam kitab Ta‘lim Al Muta’alim karangan Az-Zarnuji, ia berkata:
إِنَّ التَّوَاضُعَ مِنْ خِصَالِ الْمُتَّقِي وَبِهِ التَّقِيُّ إِلىَ الْمَعَـالِي يَرْتَقِي
Artinya: “Sesungguhnya rendah hati adalah salah satu ciri orang yang bertakwa, dengannya orang bertakwa mencapai derajat kemuliaan.”
Syair di atas menganjurkan kepada marketer untuk berwajah manis, perilaku baik, dan simpatik kepada pelanggannya. Sebab, dengan sikap manis yang ditampilkan marketer, akan memberikan rasa nyaman kepada konsumennya.
Lebih lanjut, dengan kepandaian Rasulullah dalam melihat karakter pembeli, sehingga Rasulullah memiliki cara transaksi yang berbeda dalam melayani pelanggannya.
Misalnya, saat Rasulullah berjumpa dengan pembeli yang suka menawar, Rasulullah tidak mematokkan harga. Harga ditentukan sesuai keputusan bersama.
Sedangkan, jika Rasul berhadapan dengan pelanggan yang tidak suka menawar beliau memberikan patokan harga, namun sesuai dengan kemampuan mereka.
Bahkan saat ditemukan banyak pelanggan yang menginginkan barang yang sama dalam satu waktu. Maka, Rasul akan melelang tanpa mencari untung dari penjualan tersebut.
3. Adab Rasulullah Mengayomi Karyawan
Salah satu alasan masyarakat sangat suka bermuamalah dengan Rasulullah adalah dari sikap beliau yang sangat memperhatikan kemaslahatan karyawannya.
Salah satunya, Rasulullah selalu menyegerakan pembayaran gaji karyawannya setelah bekerja. Seperti dijelaskan dalam hadis Rasulullah berikut:
أَعْطُوا الأَجِيْرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
Artinya: “Berikanlah upah (gaji) kepada pekerja sebelum keringatnya kering,” (HR Ibnu Majah).
Hadis tersebut menjelaskan kepada para majikan, hendaknya menyegerakan untuk menunaikan hak pekerjanya setelah pekerjaan mereka telah dituntaskannya.
Adapun, jika seorang majikan menunda membayaran, berarti ia sama dengan menzalimi pekerjanya.
4. Cara Rasul Menghadapi Pesaing
Kebiasaan orang jahiliyah dalam berdagang adalah budaya risywah yaitu tindakan suap menyuap. Tindakan seperti ini dilakukan tujuannya agar mempermudah seseorang untuk mencapai targetnya.
Budaya seperti ini sangat dilarang dalam Islam, karena merugikan orang lain, bahkan Rasulullah melaknat mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Seperti dijelaskan dalam sabda Rasulullah berikut:
رَسُو لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ ؤَسلَّمَ لَعَنْ اللهُ الرّاشِىَ وَالْمُرْ تَسِىَ فى الْحُكْمِ
Artinya: “Rasulullah sangat melaknat orang yang menyogok, disogok, dan orang yang menjadi perantara dalam kegiatan penyogokan,” (HR Ahmad).
Berdasarkan hadis di atas, jelas Rasulullah sangat melarang umatnya untuk berdagang dengan sistem seperti ini. Jangankan Allah, Rasulullah saja benci kepada mereka.
5. Cara Rasulullah Membuat Branding
Perbedaan utama Rasulullah ber-marketing terletak pada kemampuan beliau dalam membuat branding pada konsumennya. Rasulullah lebih menekankan pada personal branding daripada promosi merek barang yang beliau jual.
Kejujuran dan profesional menjadi nilai dalam diri beliau sebagai pengusaha, sehingga banyak pengusaha kelas atas bahkan pedagang kecil yang percaya untuk menginvestasikan harta mereka untuk berdagang.
Kesimpulan
Rasulullah dalam menjalankan marketing ada lima cara yang diterapkan, di antaranya menjadi pribadi pebisnis yang berakhlak mulia, menghormati konsumen dengan mengenal karakter mereka, menyegerakan pembayaran gaji sebagai bentuk mengayomi karyawan, tidak adanya suap menyuap dalam menghadapi pesaing, serta membuat personal branding di mata konsumen.
Semoga kita bisa meniru dan mempraktekkan kebiasaan Rasulullah tersebut dalam kehidupan kita, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Rahmiwati Abdullah