ARSIP DISKUSIFiqih & Akidah

Hukum Menyewakan Villa pada Pasangan Non Halal

TSIRWAH INDONESIA – Salah satu wirausaha yang cukup stabil, adalah bidang properti. Benar, karena seandainya harus dijual karena sepi pelanggan pun, akan tetap untung, contohnya seperti penyewaan villa, kos, apartemen.

Muncul pertanyaan di grup komunitas Tsirwah Indonesia, terkait hukum pemilik penyewaan seperti di atas, bagaimana hukum menyewakan villa, kos atau apartemen, kepada pasangan non halal.

Berikut adalah hasil diskusi asatidz Tsirwah di grup whatsapp komunitas tersebut, simak sampai selesai untuk memahami dengan jelas.

📚 MENYEWAKAN KOS, VILLA, APARTEMEN UNTUK PASANGAN NON HALAL

PERTANYAAN

Saya punya keluarga dengan wirausaha yang salah satunya adalah persewaan villa, wah bagaimana statusnya jika disewa pasangan non halal?

JAWABAN (I)
Ust. Az-Zamami

Menurut saya selama tidak ada qorinah atau indikasi yang jelas bahwa akan dibuat maksiat, maka tidak berani langsung menghukumi haram.

ibarat kulo nggeh niki. selama mboten tahaqquq, atau dzan (dan didukung qarinah), lah mboten wantun mengharamkan.

JAWABAN (II)
Ust. Nabil Amru PP Langitan

Ilhaq seperti hukum menjual anggur untuk digunakan sebagai minuman yang tidak dihalalkan syariat, maka menjualnya kepada orang yang akan menggunakannya untuk minuman haram, adalah haram juga.

Dan hal ini, selama telah jelas atau diduga bahwa apa yang akan ia jual kepada seseorang, akan dibuat maksiat oleh orang tersebut.

📚 Ianatuth Tholibin

و) حرم أيضا: (بيع نحو عنب ممن) علم أو (ظن أنه يتخذه مسكرا) للشرب
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٩/٣]

وعبارة شيخ الإسلام: ومحل تحريم بيعه ذلك ممن ذكر: إذا تحقق أو ظن أنه يفعل ذلك، فإن توهمه كره.
اه.
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,3/30]

JAWABAN (I)
Ust. Hafidz Ramdhani

Kalo yang nyewain kamar villa, kalo emang dah tau penyewa bakal tempat in buat haram, kok tetap disewakan, ya dosa.

Makanya, ada yang khusus pasutri dan wajib menunjukkan buku nikah, ini yang benar dan halal.

Orang memiliki kamar untuk disewakan, tentu bukan termasuk orang yang tidak bisa menghindari, karena dia yang memiliki dan dia bisa mengendalikan, hartanya ini akan digunakan untuk bermaksiat ataukah tidak, dia bisa membuat pilihan.

Kembali ke pembahasan menyewakan kamar villa, menurut saya tetap dosa jika disewakan pada dua pasangan yang tidak halal,

Apalagi jika pemilik benar-benar tau atau dugaan kuat akan digunakan untuk maksiat. Dalam kitab Al-Bahrur Ro’iq Syarh Kanzud Daqoiq :

وإنما المعصية بفعل فاعل مختار

📚 Asnal Mathalib

كل تصرف يفضي إلى معصية كبيع الرطب ممن يتخذه نبيذا وبيع ديك الهراش وكبش النطاح ممن يعاني ذلك (حرم) لأنه تسبب إلى معصية

Artinya : “Setiap kegiatan atau aktivitas yang menunjang maksiat, adalah haram sebab menjadi penyebab jalannya maksiat tersebut.”

📚 Buhuts fi Qodhoya Fiqhiyyah Muashiroh

ولكن الإعانة حقيقة هي ما قامت المعصية بعين فعل المعين، ولا يتحقق إلا بنية الإعانة أو التصريح بها، أو تعينها في استعمال هذا الشيء، بحيث لا يحتمل غير المعصية، وما لم تقم المعصية بعينه لم يكن من الإعانة حقيقة، بل من التسبب

Artinya : “Hakikatnya ‘ianah alal maksiah’ (membantu kemaksiatan) adalah segala aktivitas yang menjadi penyebab terselenggaranya atau tercapai nya maksud maksiat tersebut secara langsung. Sedangkan suatu aktivitas yang tidak menjadi sebab secara langsung, bukanlah dikatagorikan membantu maksiat.”

Bagaimana dengan masalah tau atau tidaknya akan digunakan apa?

  1. Untuk mengetahui villa atau kamar kita yang akan kita sewakan akan dibuat apa, sepertinya tidak mudah
  2. Tetapi, karena kita pemilik, harusnya bisa membuat aturan sekiranya untuk mengamankan diri maupun orang lain dari potensi maksiat, contohnya dengan mensyaratkan buku nikah bagi yang mau menginap dengan pasangan
  3. Toh, jika sedari awal sudah jelas pasangan yang akan menyewa adalah tidak berstatus menikah (alias pacaran), maka jangankan menunggu mereka beneran menggunakan kamar kita sebagai maksiat,

Kita menerima mereka yang berpacaran saja sudah haram, karena di sini mengartikan kita membantu mereka pacaran.

JAWABAN (IV)
Ust. Ahmad Dahlan Sanusi

Mungkin dari saya seperti ini,

  • Apabila si punya villa tahu betul atau ada perasangka kuat villa tersebut digunakan untuk maksiat seperti untuk perbuatan tidak senonoh di dalamnya, maka menyewakannya hukumnya haram. Meskipun haram, tapi sewa-menyewanya tersebut sah.
  • Apabila si punya villa tidak tahu jelas atau tidak punya dugaan bahwa akan digunakan untuk maksiat, maka tidak haram tapi boleh.
  • Ketika diragukan atau tidak ada qorinah menunjukkan keduanya, hukumnya makruh.

📚 Bughyah Al Mustarsyidiin

مسألة : ي) : كل معاملة كبيع وهبة ونذر وصدقة لشيء يستعمل في مباح وغيره ، فإن علم أو ظنّ أن آخذه يستعمله في مباح كأخذ الحرير لمن يحل له ، والعنب للأكل ، والعبد للخدمة ، والسلاح للجهاد والذب عن النفس ، والأفيون والحشيشة للدواء والرفق حلت هذه المعاملة بلا كراهة ، وإن ظن أنه يستعمله في حرام كالحرير للبالغ ، ونحو العنب للسكر ، والرقيق للفاحشة ، والسلاح لقطع الطريق والظلم ، والأفيون والحشيشة وجوزة الطيب لاستعمال المخذِّر حرمت هذه المعاملة ، وإن شكّ ولا قرينة كرهت ، وتصحّ المعاملة في الثلاث ، لكن المأخوذ في مسألة الحرمة شبهته قوية ، وفي مسألة الكراهة أخف.

📚 Hasyiyah I’aanah at Thoolibiin

(و) حرم أيضا: (بيع نحو عنب ممن) علم أو (ظن أنه يتخذه مسكرا) للشرب والامرد ممن عرف بالفجور به، والديك للمهارشة، والكبش، للمناطحة، والحرير لرجل يلبسه، وكذا بيع نحو المسك لكافر يشتري لتطييب الصنم، والحيوان لكافر علم أنه يأكله بلا ذبح، لان الاصح أن الكفار مخاطبون بفروع الشريعة كالمسلمين عندنا، خلافا لابي حنيفة – رضي الله تعالى عنه – فلا يجوز الاعانة عليهما، ونحو ذلك من كل تصرف يفضي إلى معصية يقينا أو ظنا، ومع ذلك يصح البيع.
–وإنما حرم ما ذكر لأنه سبب لمعصية محققة أو مظنونة.
-الى أن قال- (قوله: ومع ذلك إلخ) راجع لجميع ما قبله، أي ومع تحريم ما ذكر من بيع نحو العنب، وما ذكر بعد يصح البيع.
قال في التحفة: (فإن قلت) هو هنا عاجز عن التسليم شرعا، فلم صح البيع؟.
(قلت) ممنوع، لأن العجز عنه ليس لوصف لازم في المبيع، بل في البائع خارج عما يتعلق بالمبيع وشروطه.
اه.
(قوله: ويكره بيع ما ذكر) أي من العنب، والأمرد، والديك، وغير ذلك.
(وقوله: ممن توهم منه ذلك) أي الاتخاذ خمرا، أو الفجور، وغير ذلك.
وهذا محترز قوله المار: ممن علم أو ظن إلخ

Wallohu Alam

Editor: Havidz Ramdhani

Aktivis Dakwah, Penulis, Guru Agama, Hafidzul Quran, Web Developer, Graphic Designer, memiliki ketertarikan untuk mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan pesantren sesuai relevansi zaman dan teknologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator