Hikmah & Wawasan

Intip Toleransi Beragama dalam 3 Arsitektur Dunia

TSIRWAH INDONESIA – Toleransi beragama merupakan hal penting dalam masyarakat. Islam juga mengajarkan agar tidak memaksakan agama kepada orang lain. Sikap toleransi dapat terlihat dalam keseharian, seperti menghargai teman beragama lain tanpa diskriminasi.

Hal tersebut telah difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam surah Al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Selain sikap, wujud toleransi sesungguhnya telah ditunjukkan sejak zaman dahulu, dengan didirikannya monumen di berbagai belahan dunia. Beberapa bangunan atau tempat ibadah tersebut beberapa berdampingan, sehingga dapat mencerminkan toleransi masyarakatnya.

Nah, berikut adalah beberapa monumen yang menjadi bukti toleransi antar agama di dunia.

Hagia Sophia atau dikenal dengan sebutan Aya Sofya, telah berdiri selama lebih dari lima belas abad, dan menjadi saksi bisu dari transisi rezim yang menguasai Konstantinopel (Istanbul). Kubah agung ini adalah simbol toleransi beragama di Turki yang memukau dunia.

Didirikan pada 325 Masehi, Aya Sofya pertama kali berdiri di atas tempat kuil pagan atas perintah Kaisar Konstantinus I.

Sampai tahun 1453, Aya Sofya menjadi gereja katedral Bizantium, kemudian, saat Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, bangunan ini diubah menjadi masjid.

Pada masa kepemimpinan Kemal Ataturk, beliau mengubahnya menjadi museum, sebelum akhirnya diubah kembali menjadi masjid oleh Presiden Recep Erdogan. Ketika Hagia Sophia diubah menjadi museum, saat itulah mosaik kunonya diperbaiki dan plester penutupnya dibuka.

Setelah dibuka, lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus nampak bersama kaligrafi Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sejak 1985, Hagia Sophia diakui sebagai salah satu situs Warisan Dunia The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang disebut Area Bersejarah Istanbul.

Didirikan oleh filantropis Ildar Khanov pada tahun 1992, situs ini sebenarnya bukanlah sebuah kapel dalam pengertian tradisional, melainkan sebuah pusat yang dimaksudkan untuk berdiri sebagai simbol persatuan agama.

Temple of All Religions memiliki beragam warna. Bagian luar kuil ini terlihat seperti sesuatu yang keluar dari Disneyland Small World, dengan perpaduan kubah Ortodoks Yunani dan menara Rusia.

Di dalam Temple of All Religions, aula utama merupakan area luas yang dihiasi karya seni dan pahatan yang mewakili berbagai tradisi agama, termasuk Islam, Kristen Ortodoks, Yudaisme, Budha, Hindu, Katolik, Protestan, Lutheranisme, Taoisme, International Society for Krishna Consciousness (ISKCON), Jainisme, Zoroaster, Kepercayaan Bahá’í, Karaisme, Sikh, dan Shinto.

Pengunjung disuguhkan suasana ketenangan dan penghormatan saat berkeliling. Kuil ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan budaya dari lintas agama, menyatukan para pengikut berbagai agama dan menawarkan platform untuk berdiskusi di antara tradisi agama yang beragam.

BACA JUGA : Kota Tarim: Sejarah dan Keistimewaannya, Simak

Cordoba adalah kota yang kaya akan sejarah dan budaya, memiliki banyak landmark yang menceritakan kisah masa lalu, di antaranya adalah Estatua de Maimonides atau Patung Maimonides, tepatnya berlokasi di Tiberiadus SquareOld Jewish Quarter.

Patung ini menggambarkan Musa ben-Maimon, yang terkenal dengan sebutan Maimonides seorang cendekiawan yang paling dihormati di abad pertengahan. Patung ini dibuat oleh Amadeo Ruiz Olmos dan diresmikan pada tanggal 23 Desember 1964.

Patung Maimonide berdiri sebagai bukti sejarah multikultural Kordoba yang kaya. Hal ini menunjukkan umat Kristen, Yahudi, dan Muslim hidup berdampingan secara damai di bawah pemerintahan Islam selama abad pertengahan.

Periode yang dikenal sebagai La Convivencia atau ‘Hidup Berdampingan’ ini, menunjukkan kemajuan signifikan dalam ilmu pengetahuan, filosofi, seni, dan arsitektur yang membentuk budaya Andalusia secara mendalam.

Dengan mengetahui simbol toleransi, semoga kita memahami tujuannya adalah meningkatkan iman dan ketakwaan, dengan kenyataan bahwa terdapat agama lain. Persoalannya bukanlah perbedaan agama, melainkan jangan ada perilaku perpecahan di antara umat beragama.

Wallohu A’lam
Oleh Hamida NA

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator