Inilah Dzikir Kunci Masuk Surga, Pahami 8 Syaratnya
TSIRWAH INDONESIA – Dzikir (mengingat) merupakan perkara yang agung dan salah satu bukti cinta seorang hamba kepada Rabbnya. Karena seseorang yang sedang jatuh cinta senantiasa mengingat yang dicintainya kapanpun dan di manapun.
Salah satu dzikir yang memiliki keutamaan yang besar adalah kalimat tauhidullah, laa ilaaha illallah. Mengucapkan kalimat ini berarti kita telah berikrar untuk masuk Islam, berserah diri dengan segala ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Laa ilaaha illallah memiliki arti tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah SWT. Kalimat ini merupakan inti ajaran dan dakwah para rasul. Bahkan intisari seluruh kitab-kitab yang Allah turunkan adalah laa ilaaha illallah.
Makna dan Syarat Laa Ilaaha Illallah
Kalimat laa ilaaha illallah adalah kunci untuk membuka pintu segala keutamaan. Setiap kunci pasti memiliki gerigi yang membedakan dengan kunci lainnya.
Siapa yang membawa kunci dengan gerigi yang tepat, maka ia bisa membuka pintu tersebut. Namun apabila geriginya salah atau kurang, pasti tidak akan bisa membukanya. Gerigi yang dimaksud adalah syarat-syarat laa ilaaha illallah.
Adapun syarat-syarat laa ilaaha illallah adalah sebagai Berikut:
1. Ilmu
Setiap sesuatu tentu memerlukan ilmu. Adapun ilmu yang dimaksud di sini adalah mengetahui makna laa ilaaha illallah dan hakikatnya.
Allah SWT berfirman dalam Quran surat Muhammad ayat 19 :
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ ࣖ
Artinya: “Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah serta mohonlah ampunan atas dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kegiatan dan tempat istirahatmu.”
Makna laa ilaaha illallah adalah tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Kalimat ini memiliki dua rukun yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
Pertama, nafyu yaitu meniadakan segala thaghut (sembahan), sekutu-sekutu, tandingan-tandingan dan tuhan-tuhan selain Allah SWT.
Kedua, itsbat yaitu menetapkan segala bentuk ibadah hanya untuk Allah SWT.
Ketika seseorang mengucapkan laa ilaaha illallah, maka hendaknya ia menyadari tanggung jawab atas pengucapan kalimat tersebut. Ia wajib hanya beribadah kepada Allah, tidak ada satupun ibadah kepada selain-Nya. Inilah hakikat islam yaitu berserah diri hanya kepada Allah SWT.
Konsekuensi atau tanggung jawab atas pengikraran kalimat tauhid yang dilandasi ilmu akan mendorong seseorang untuk mempersembahkan ibadahnya hanya kepada Allah, berserah diri dengan penuh ketundukan dan ketaatan, berusaha membuang segala bentuk syirik, dosa dan maksiat yang merusak ikrarnya.
2. Yakin
Kalimat laa ilaaha illallah diterima oleh hati, diucapkan oleh lisan dan harus diyakini kebenaran makna dan hakikatnya. Keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan akan kebenaran hakikatnya.
Allah SWT berfirman dalam Quran surat Al-Hujurat ayat 15:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang sebenarnya) hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang benar.”
Rasulullah SAW pun bersabda yang artinya, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan bahwa aku adalah utusannya. Tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan membawa dua kalimat tersebut tanpa keraguan sedikitpun lalu dihalangi dari surga,” (HR. Muslim).
Orang yang meyakini kalimat laa ilaaha illallah, ia tidak akan goyah dalam keimanan dan keislamannya meskipun diterpa dengan ujian yang berat atau keadaan yang sulit. Baik senang maupun susah, lapang atau sempit, ia akan senantiasa yakin dan bergantung hanya kepada Allah Ta’ala.
Adapun orang yang hatinya ragu dalam menerima kalimat laa ilaaha illallah, mengucapkannya hanya ikut-ikutan atau karena niat lain seperti menginginkan harta, menikahi pasangan yang dicintainya, mengikuti agama orang tua, maka ia akan mudah goyah ketika dihadapi ujian.
Ketika mendapat ujian, orang yang demikian akan mudah memohon kepada selain Allah, seperti datang ke dukun, meminta doa kepada mayat di kuburan, mendatangi sesuatu yang dianggap sakti seperti jimat, keris, batu, kuburan dan sebagainya. Hidupnya akan terus dirundung kesedihan dan kekhawatiran, tidak tenang serta putus asa.
3. Menerima
Kalimat laa ilaaha illallah memiliki banyak keutamaan. Namun keutamaan-keutamaan ini akan dirasakan jika diiringi dengan sikap menerima segala kewajiban-kewajibannya.
Hal ini yang membuat orang kafir Quraisy enggan mengucapkan kalimat tauhidullah walau sekedar di lisan karena mereka mengetahui segala tanggung jawabnya.
Namun sekarang banyak orang yang latah mengucapkan laa ilaaha illallah sementara sikap dan perilakunya kerap kali menolak perintah-perintah Allah. Karena orang yang paham, sadar serta menerima tanggung jawab kalimat ini akan terlihat dari sikap dan perilakunya sehari-hari.
4. Tunduk dan Patuh
Allah SWT berfirman dalam Quran surat Az-Zumar ayat 54:
وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Artinya: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak akan ditolong.”
Syarat ini hampir sama dengan sebelumnya namun lebih berat. Karena tidak semua orang yang menerima mampu menundukkan hati dan patuh dengan setiap yang diperintahkan.
Karena tanda benarnya iman seseorang adalah ketika diajak, diingatkan atau dinasihati oleh kalam Allah dan rasul-Nya, ia akan segera menyambutnya dengan mengucapkan sami’na wa atho’na, kami mendengar dan kami taat.
5. Ikhlas
Ikhlas berarti murni. Memurnikan niat dan tujuan baik ketika mengucapkaan laa ilaaha illallah maupun saat menjalankan kewajiban-kewajibannya. Bahkan syarat-syarat yang telah disebutkan tidak berarti apapun bila dicampur dengan syirik dalam niat maupun pekerjaan.
Demikian juga jika sekedar mengaku ikhlas namun jiwanya dipenuhi keraguan, penolakan dan pembangkangan, maka ikhlasnya adalah dusta.
BACA JUGA: Full tentang Niat: Tidak Bersamaan dengan Takbiratul Ihram
6. Mahabbah atau Cinta
Untuk menilai ketulusan cinta kita kepada kalimat laa ilaaha illallah bisa diketahui dari dua hal:
Pertama, taat dalam beribadah menjadi bukti cinta kita.
Kedua, tidak ada perasaan benci, berat hati atau ganjalan di saat mendengar ajakan Allah SWT dan rasul-Nya.
7. Mengingkari Segala Macam Thaghut
Thaghut adalah segala sesembahan selain Allah SWT, yaitu setiap makhluk yang melampaui batas seperti yang disembah bersama Allah, ditaati dalam bermaksiat kepada Allah atau mengikuti aturan yang berseberangan dengan aturan Allah.
Mengingkari thaghut menjadi syarat mutlak bagi sahnya ucapan laa ilaaha illallah. Pengingkaran itu mencakup hati dan perbuatan, sehingga apabila seorang mukmin melihat atau mendengar thaghut, maka fisik dan hatinya akan mengingkari perbuatan tersebut dan menjauhinya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
من قال: لا اله الا الله و كفر بما يعبد من دون الله, حرم ماله,و دمه,وحسابه على الله
Artinya: “Barangsiapa mengatakan laa ilaaha illallah dan mengingkari segala apa yang diibadahi selain Allah, maka diharamkan harta dan darahnya sementara hisabnya (diserahkan) kepada Allah,” (HR. Muslim).
8. Jujur
Rasulullah SAW bersabda:
ما من احد يشهد ان لااله الا الله و ان محمدا رسول الله, صدقا من قلبه, الا حرمه الله على النار
Artinya: “Tidak ada seorang pun yang bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah rasul Allah secara jujur dari hatinya, maka Allah akan haramkan dirinya dari neraka,” (Muttafaqun ‘Alaih).
Inilah syarat terakhir yang menentukan apakah ia termasuk ke dalam golongan yang benar atau berpura-pura.
Bila salah satu dari syarat di atas tidak ada atau gugur, maka ucapan laa ilaaha illallah tidak bermanfaat dan termasuk ucapan dusta yang akan menyengsarakan orang yang mengucapkannya. Wal ‘iyadzubillah.
Syarat-syarat di atas ibarat gerigi kunci, yang tidak akan pernah terbuka dengan kunci tanpa gerigi atau kunci dengan gerigi yang tidak sempurna.
Wallahu A’lam
Oleh: Hikmawati Agustina