Alquran & Hadits

Tafsir Surat An-Naas Per Kata: Ayat Keempat Cukup Atraktif

TSIRWAH INDONESIA – Surat An-Naas adalah surat pendek yang populer di Al-Quran, yang selalu dijadikan partner dari surat Al-Falaq, biasa disebut dengan Muawwidzatain.

Jika dikatakan Muawwidzatain, maka yang dimaksud adalah surat Al-Falaq dan surat An-Naas. Hal ini juga disebabkan momen turunnya (asababun nuzul) yang sama, yaitu saat Nabi terkena sihir dukun yahudi.

Dalam surat An-Naas, terdapat beberapa teori yang indah membahas tentang manusia, sebab An-Naas sendiri adalah bahasa Arab yang memiliki arti manusia.

Berikut beberapa rangkuman yang disadur dari kitab tafsir Jalalain dan Showiy tentang surat An-Naas:

Ayat Pertama

Allah mengawali surat An-Naas dengan penyebutan sifatnya sebagai Rabbinnaas yaitu Pencipta atau Pemilik manusia.

Dalam artian, kita manusia semuanya memiliki pencipta karena kita adalah ciptaan, dan Sang Pencipta tersebut adalah Allah subhaanahu wa ta’alaa.

Disebutnya salah satu sifat di sini memiliki kaitan yang erat dengan sesuatu yang akan Allah ajarkan untuk berlindung dari hal tersebut, dengan memakai sifat agung milik-Nya ini.

Ayat Kedua

Dilanjutkan dengan ayat kedua, Allah menyebutkan sifat-Nya lagi yaitu Malikinnaas yang berarti Raja dari seluruh manusia, Raja di atas para manusia yang menjadi raja.

Dengan sifat ini, mengartikan bahwa Allah adalah Dzat yang sangat memiliki kewenangan atas manusia dalam hal apapun.

Allah berwenang membuat manusia menjadi hina, membuat manusia menjadi mulia, membuat manusia menjadi kaya, membuat manusia menjadi miskin, semua hal apapun terkait hidupnya manusia, Allah memiliki kewenangan mutlak.

Ayat Ketiga

Di ayat ketiga ini, Allah menyebutkan sifat-Nya berupa Ilaahinnaas yakni Tuhan bagi seluruh manusia. Berbeda dengan Rabb yang di ayat pertama ditafsiri sebagai Pencipta sekaligus Pemilik oleh Ulama Mufassirin.

Sebagai Tuhan dari manusia, Allah adalah Dzat yang patut untuk disembah dan tidak ada tuhan lain selain Allah yang patut disembah oleh manusia.

Ayat Keempat

Ayat inilah yang dimaksud pada penjelasan ayat pertama tadi, bahwa Allah mengajarkan manusia untuk berlindung dari Syarril Waswas, yaitu keburukan was-was.

Begitu buruknya was-was dan sulitnya untuk menghadapi, hingga membutuhkan sampai tiga sifat Allah untuk menghadapinya.

Sebagaimana yang kita ketahui secara umum, bahwa was-was adalah godaan apapun yang menggoda hati dan nurani kita untuk berbuat kejelekan atau keburukan, seperti maksiat dan segala jenisnya.

Ayat Kelima dan Keenam

Dua ayat terakhir ini menjelaskan bagaimana was-was yang dimaksud, yakni sesuatu yang membuat dada (hati) manusia menjadi was-was, bingung, gelisah dan sebagainya.

Was-was adakalanya berupa jin dan manusia. Maksudnya adalah was-was bisa datang dari jin atau manusia.

Jin yang dalam dunia spiritual atau perihal gaib, diyakini bisa mengganggu manusia, baik dalam bentuk ajakan atau lainnya untuk berbuat maksiat atau keburukan.

Begitu juga manusia satu kepada manusia lainnya yang mengajak untuk berbuat maksiat atau keburukan, hingga akhirnya hati mengikuti was-was tersebut dan berakhir pada melakukannya.

Wallohu A’lam
Oleh Ustadz Hafidz

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator