4 Prioritas Objek Berdakwah Menurut Al-Qur’an
TSIRWAH INDONESIA – Setiap individu bisa berdakwah sesuai prioritas objek dakwahnya masing-masing, karena berdakwah bukan hanya tanggung jawab para ulama. Namun, setiap muslim dan muslimah memiliki kewajiban yang sama untuk berdakwah.
Para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang hukum berdakwah dengan argumentasi berdasarkan dalil.
Bersumber dari buku Pengantar Studi Ilmu Dakwah karya Dr. Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayanuni, beberapa ulama menyatakan hukum dakwah adalah wajib ‘ain dengan pedoman beberapa dalil seperti dalam surah Ali Imran ayat 104, ayat 110, dan beberapa hadits.
Sedangkan para ulama yang menyatakan bahwa hukum dakwah adalah wajib kifayah memiliki pedoman dalil seperti dalam surah Ali Imran ayat 110 dan surah At-Taubah ayat 122.
Mengutip dari buku Kiprah Dakwah Muslimah karangan Abdullah bin Ahmad, ada empat susunan prioritas objek berdakwah, yaitu:
1. Berdakwah pada Diri Sendiri
Hendaknya seorang da’i memperbaiki dirinya sendiri sebelum orang lain. Karena perbuatan lebih berpengaruh daripada perkataan.
Simaklah baik-baik perkataan Nabi Syu’aib dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 88:
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Artinya: “Syu’aib berkata: ‘Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali’.”
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 14:
قُلْ اَغَيْرَ اللّٰهِ اَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ اِنِّيْٓ اُمِرْتُ اَنْ اَكُوْنَ اَوَّلَ مَنْ اَسْلَمَ وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Artinya: “Katakanlah: ‘Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik’.”
Baca Juga: Tak Mesti Menjadi Da’i, Setiap Muslim Wajib untuk Berdakwah
2. Berdakwah pada Keluarga Terdekat
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Asy-Syu’ara ayat 214:
وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,”
Baiknya rumah dan keluarga merupakan penopang bagi keberlangsungan dakwah, dan faktor yang membantunya untuk senantiasa teguh di jalan dakwah.
Ahli bait seorang wanita adalah keluarga terdekatnya, mereka adalah suami dan keluarga serta anak-anak mereka, pembantu, ayah dan ibu.
Masing-masing memiliki peran bermanfaat yang Insya Allah bisa menghantarkan pada tujuan.
3. Berdakwah pada Masyarakat Sekitar
Allah SWT berfirman Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 92:
وَهٰذَا كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ مُبٰرَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَاۗ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَهُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ يُحٰفِظُوْنَ
Artinya: “Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”
4. Berdakwah pada Semua Umat
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 1:
الۤرٰ ۗ كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ بِاِذْنِ رَبِّهِمْ اِلٰى صِرَاطِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِۙ
Artinya: “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
Ayat diatas adalah ajakan pada non muslim untuk bergabung pada manhaj (jalan hidup) yang benar.
Itulah empat prioritas objek berdakwah, berdakwah tidak harus menjadi ulama ataupun ustadz (ustadzah) karena berdakwah adalah kewajiban setiap individu umat islam. Semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam
Oleh Mariatul Qibtiah