Warga Indonesia Demam Fashion Budaya Korea, Begini Pandangan Islam, Simak
TSIRWAH INDONESIA – Demam budaya Korea atau hallyu masih menjadi fenomena dunia. Negara Korea, tepatnya Korea Selatan berhasil memperkenalkan budayanya seiring dengan perkembangan era digital. Tak hayal jika budaya tersebut menjadi famous di berbagai negara.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memberi respon positif tren budaya Korea. Budaya Korea menyebar dalam berbagai bentuk seperti musik, makanan, film, komik, bahasa, dan fashion. Tren fashion busana adalah salah satu tren yang banyak digandrungi oleh berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari tua, muda, pria, dan wanita.
Budaya Indonesia tentu berbeda dengan budaya Korea. Masyarakat Indonesia mayoritas merupakan penganut umat beragama Islam, yang memiliki aturan-aturan tersendiri dalam penggunaan busana, khususnya busana wanita. Seperti yang terkandung dalam Qur’an surah An-Nur ayat 31:
وَقُلْ لِّـلۡمُؤۡمِنٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَلۡيَـضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوۡبِهِنَّۖ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اٰبَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوۡ نِسَآٮِٕهِنَّ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيۡنَ غَيۡرِ اُولِى الۡاِرۡبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يَظۡهَرُوۡا عَلٰى عَوۡرٰتِ النِّسَآءِۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِهِنَّ لِيُـعۡلَمَ مَا يُخۡفِيۡنَ مِنۡ زِيۡنَتِهِنَّؕ وَتُوۡبُوۡۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيۡعًا اَيُّهَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Artinya: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala sebaik-baiknya pengatur dalam melindungi hambanya dari pandangan ajnabi yang mengarah kemaksiatan. Anjuran menutup aurat, menjaga pandangan, dan kemaluannya merupakan cara agar wanita tetap terjaga kesucian dan rasa malunya.
Fashion Busana Muslim Ala Korea
Negara Korea memiliki ciri khas fashion yang lucu dan terkesan feminin. Sayangnya fashion Korea kurang pas jika harus digunakan oleh wanita muslimah, karena modelnya yang menampakkan lekuk tubuh. Tingginya kreativitas para Fashion Designer, menciptakan rancangan busana muslim yang lebih fashionable, misalnya seperti bergaya korea.
Busana bergaya korea, meskipun masih tetap diperhitungkan bab menutup auratnya, namun setidaknya ini tetap menunjukkan kepada siapa kita berkiblat dalam berpakaian. Berikut contoh sekilasnya:
Prinsip Berbusana dalam Islam
Dilansir dari artikel nu.or.id, kriteria dalam berbusana, Kiai Haji Ali Mustafa Yaqub mengatakan jika Islam memiliki aturan dalam berpakaian, tidak juga merekomendasikan satu model pakaian. Dengan adanya aturan tersebut, beliau memberikan istilah 4T dalam berpakaian seperti, tidak terbuka, tidak transparan, tidak ketat, dan tidak menyerupai lawan jenis.
Terdapat ayat dan hadits yang menegaskan tentang pakaian berdasarkan kriteria islam, seperti pada Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 59:
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Sebagaimana pula Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda dalam suatu riwayat:
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu An Nadhr berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Tsabit berkata, telah menceritakan kepada kami Hassan bin Athiyah dari Abu Munib Al Jurasyi dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Barang siapa bertasyabbuh dengan suatu kaum, maka ia bagian dari mereka,’” (HR Abu Daud nomor 3512).
Hadits tersebut telah menjelaskan jika menirukan suatu golongan maka akan menjadi bagian dari golongan tersebut. Meniru fashion atau penampilan sama halnya dengan bertasyabbuh, yaitu menyerupai non muslim. Hal ini tentu dapat mendatangkan keburukan, menyeret ke hal-hal yang fasik bahkan kekafiran.
Menirukan gaya, perilaku, dan budaya lain termasuk mengikuti hawa nafsu sesuai apa yang disukainya. Aspek tersebut akan merubah mindset dan menurunkan keimanan seseorang. Hal ini juga dapat menjauhkan kita dari orang-orang yang kita cintai atau bahkan mencintai orang yang termasuk golongan kafir. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Artinya: “Setiap orang akan dikumpulkan bersama dengan orang yang dia cintai,” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai umat beragama Islam, sudah seharusnya mengikuti gaya hidup Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallamsebagai bukti cinta kita selaku umatnya. Tidaklah pantas jika seorang umat Rasulullah justru bertasyabbuh menyerupai golongan lain yang menjerumuskan ke dalam kekafiran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai hambanya yang berpenampilan sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian dan tidak mencolok, agar tetap terjaga dari pandangan ajnabi dan tetap dikenal sesuai dengan identitasnya.
Wallohu A’lam
Oleh Dwi Putri Ayu Junitasari