AkhlakHikmah & Wawasan

11 Adab Bertamu Menurut Islam, Yuk Cari Tahu Lebih Lengkap

TSIRWAH INDONESIA – Bertamu merupakan wasilah untuk mempererat tali silaturahmi. Ketika sedang bertamu, kita perlu memperhatikan adab-adab sebagai seorang tamu. 

Jangan sampai membuat tuan rumah tidak ridho dan tidak nyaman atas kedatangan kita. Bertamu kepada tetangga, sanak keluarga, maupun mukmin yang lain merupakan perintah agama Islam. 

Tujuannya agar terbina kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, dan saling membantu. Selain itu, dapat memperluas rezeki dan memanjangkan umur. 

Dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi,” (HR Bukhari).

Dijelaskan dalam Islam, kita perlu menjunjung adab dalam bertamu meskipun hanya bertamu kepada tetangga atau keluarga dekat. Berikut adab yang perlu diperhatikan dalam bertamu:

Ketika diundang, mesti memenuhi undangan tersebut selama tidak ada kemungkaran di dalamnya. Sebab itu merupakan salah satu hak muslim atas muslim lainnya. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad SAWbersabda:

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ

Artinya: “Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu: menjawab salam, menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendo’akan orang yang bersin,” (HR Bukhari Muslim).

Bertamu yang dilakukan atas keinginan tamu. Bertamu untuk menjenguk orang yang sedang sakit, untuk sekadar bermain, mampir, atau saling melepas rindu. 

Apapun kepentingannya, semua diniatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk menyambung tali silaturahmi.

Sebelum bertamu, hendaknya kita meminta izin kepada tuan rumah. Menanyakan kapan sebaiknya waktu untuk bertamu dan apakah tuan rumah berkenan jika kita akan bertamu. 

Ini akan membuat tuan rumah dan tamu sama-sama nyaman. Kita tidak tahu, apakah ketika kita datang bertamu, si tuan rumah sedang istirahat, sedang mengerjakan sesuatu yang memerlukan kefokusan penuh, atau akan pergi dalam waktu dekat.

Ketika sampai di tempat tuan rumah, kita dianjurkan untuk mengucap salam dan meminta izin. Batas mengucapkan salam adalah tiga kali.  Jika tidak ada jawaban dari tuan rumah, maka kita perlu menunda kunjungan.

Allah SWT berfirman pada surah An Nur ayat 27:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memeberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”

Terkadang tamu mengintip lewat jendela untuk memastikan apakah ada tuan rumah di dalam atau tidak. Namun, ternyata hal ini dilarang keras oleh Nabi Muhammad SAW.  Kita perlu berlaku sopan dan santun karena itu merupakan adab yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya mengajarkan kita untuk menjaga pandangan:

أَنَّ رَجُلًا اطَّلَعَ فِي جُحْرٍ فِي بَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ رَسُولِ اللَّهِ مِدْرًى يَحُكُّ بِهِ رَأْسَهُ فَلَمَّا رَآهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ تَنْتَظِرُنِي لَطَعَنْتُ بِهِ فِي عَيْنِكَ وَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِذْنُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ

Artinya: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnyaRasulullah SAW bersabda: “Jika aku tahu engkau mengintipku (dengan sengaja), niscaya aku tusuk matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata,” (HR Muslim).

Berpakaian yang rapi dan sopan dapat menghormati tuan rumah dan memberikan rasa nyaman pada orang yang melihat kita. 

Pakaian yang rapi saat dikenakan juga dapat membuat rasa bahagia pada penggunanya dan membantu citra diri kita menjadi positif.

Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sama halnya mengundang bahaya bagi diri sendiri. Cukup temui tamu lelaki di luar rumah yang sekiranya orang lain dapat melihat kita. 

Hal ini untuk menghindari khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom) dan fitnah.

Setelah dipersilahkan oleh tuan rumah, tamu segera duduk di tempat yang disediakan. Duduk dengan rapi dan sopan, jangan seenaknya sendiri. 

Mata jangan memandang secara bebas, perlu dibatasi, jangan membuat tuan rumah tidak nyaman dengan perilaku kita saat bertamu.

Apabila tuan rumah memberikan jamuan, tamu menerima jamuan dengan senang hati. Tamu tidak meminta hidangan yang tidak memberatkan. 

Jangan lupa membaca basmallah sebelum mulai menyantap makanan dan minuman. Menggunakan tangan kanan. Mengambil jamuan yang terdekat dari posisi kita dulu.

Ketika bertamu, diusahakan kita membawa buah tangan, bisa barang atau makanan. Ini dapat menyenangkan tuan rumah sekaligus meringankan bebannya dalam menjamu tamu. 

Siapa tahu tuan rumah sedang susah kondisinya, jangan sampai kedatangan kita membuat bertambah beban bagi tuan rumah.

Hal ini agar tidak memberatkan tuan rumah dalam melayani tamu. Tuan rumah pasti memiliki waktu dan urusan lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:

 وَالضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ

 Artinya: “Jamuan hak tamu berjangka tiga hari. Lebih dari itu, jamuan itu adalah sedekah. Tidak boleh bagi tamu menginap di suatu rumah hingga ia menyusahkannya,” (HR Bukhari Muslim).

Jika urusan telah selesai, segeralah berpamitan dengan baik dan sopan. Ucapkan terima kasih dan do’akan kebaikan bagi tuan rumah atas sambutan serta hidangan yang diberikan kepada kita.

Demikian sebelas adab bertamu yang perlu diperhatikan oleh setiap mukmin. Semoga bermanfaat, aamiin.

Wallohu A’lam
Oleh Fatihah Nur Sa’adah

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator