Parenting

3 Tips Menerapkan Parenting Islami pada Anak, Ini Kata Psikolog

TSIRWAH INDONESIA Keluarga adalah suatu sistem sosial terkecil dalam kehidupan, keluarga juga menghasilkan sebuah keturunan atau seorang anak yang nantinya dapat melanjutkan generasi di masa mendatang.

Anak merupakan suatu anugerah dan titipan dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk dibimbing dan dibesarkan sebagai hamba Allah yang taat perintah-Nya.

Orang tua wajib mendidik dan membesarkan anak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Quran Surat Al Furqon Ayat 74:

اَنِجاَوْزَاْنِماَنَلْبَهاَنَّبَرَنْوُلْوُقَيَنْيِذَّلاَواًماَمِاَنْيِقَّتُمْلِلاَنْلَعْجاَّوٍنُيْعَاَةَّرُقاَنِتّٰيِرُذَو

Artinya: “Dan orang orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’.”

Anak merupakan amanah untuk orang tua, bila dididik dengan baik maka akan menjadi permata yang indah dan pahala akan mengalir kepada kedua orang tuanya.

Orang tua yang ingin menjadikan anaknya yang berbakti, taat, dan bertanggunggung jawab dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan hadis, tentunya mempunyai konsep parenting sendiri tentang mendidik anak secara Islami.

Menurut Tika Faiza, M.Psi., psikolog sekaligus dewan penasehat Quranic Psychology, ada tiga tips menerapkan gaya parenting secara Islam.

BACA JUGA : Mengukir Generasi Emas: 5 Peran Vital Seorang Ayah dalam Mendidik Anak

Memilih pasangan itu sangat penting, karena pasangan itu nantinya akan menentukan bagaimana sikap anak kita.

Tika Faiza, menceritakan sebuah kisah pada masa khalifah Umar Bin Khattab. Dulu ada kisah seorang bapak yang datang kepada Ummar bin Khattab sambil berkata, “Wahai amirul mukminin, anak saya durhaka’, lalu anaknya menjawab, ’tunggulah sebentar wahai amirul mukminin coba dengarkan saya, ayah saya ini tidak memenuhi kewajibannya sebagai ayah pertama ia tidak saya memilihkan ibu yang baik dan tidak mengajarkan saya Al-Quran’.”

Banyak orang tua ingin punya anak yang sholeh. Hanya saja terkait pemilihan pasangan tidak sampai ke arah bagaimana nanti mereka berdua punya visi misi Islamic parenting.

Konsekuensi akan terjadi ketidakkompakkan dalam pola asuh anak, sehingga kehidupan sang anak akan mengalami disorientasi kehidupan.

Pada fase ini, anak mulai didengarkan Al-Quran secara langsung melalui suara ibunya, termasuk ayahnya juga membacakan ayat suci Al-Quran kepada anak yang di dalam kandungan istrinya.

Tika Faiza juga mengatakan, jika anak sudah lahir, pendengarannya sudah aktif. Orang tua sudah bisa menerapkan parenting dengan memperkenalkan atau mendengarkan ayat Al-Quran, dzikir, shalawat, dan kalimat islami lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa parenting islami dimulai sejak memilih pasangan, kemudian pada fase kehamilan, dan fase kelahiran.

Wallohu A’lam
Oleh Rahmahwati Silvia Riani

Editor: Divya Aulya

Penulis bau amis yang menulis sejumlah karya fiksi dan non-fiksi. Memiliki ketertarikan dalam dunia kebahasaan, memiliki visi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator