6 Makruh Wudhu yang Wajib Diketahui, Simak Selengkapnya
TSIRWAH INDONESIA – Wudhu merupakan salah satu bentuk thaharah, untuk menghilangkan hadats kecil. Selain memiliki rukun dan kesunahan, wudhu juga memiliki perkara makruh yang bisa dihindari untuk dilakukan.
Makruh sendiri merupakan salah satu hukum yang ada pada Islam. Makruh berarti perbuatan yang mendapat pahala jika ditinggalkan, dan tidak mendapat dosa jika lakukan. Sehingga, hendaknya lebih baik perkara makruh ini dihindari.
Melansir dari nu.or.id, Mustafa Khin dan Mustafa Bugha menyebutkan beberapa hal yang dimakruhkan saat berwudhu. Berikut di antaranya:
1. Bersikap Boros dan Irit
Dalam hal ini kita sudah mengetahui bahwa boros merupakan sifat yang buruk, sehingga berwudhu dengan air yang terlalu banyak justru dikhawatirkan akan menjadi mubadzir air.
Sama halnya dengan terlalu irit, hal ini dimakruhkan dalam wudhu. Penggunaan air yang terlalu sedikit, padahal mampu lebih dari itu, maka dikhawatirkan tidak sempurna dalam wudhunya.
Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan tentang perintah menghindari sifat boros, dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 31:
یَـٰبَنِیۤ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِینَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدࣲ وَكُلُوا۟ وَٱشۡرَبُوا۟ وَلَا تُسۡرِفُوۤا۟ۚ إِنَّهُۥ لَا یُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِینَ
Artinya: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
2. Mendahulukan Bagian Kiri
Perkara ini bertentangan dengan sunnah wudhu untuk mendahulukan bagian yang kanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan untuk mendahulukan bagian yang kanan saat praktek tayamum. Sehingga mendahulukan yang kiri dimakruhkan saat wudhu.
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yaitu sebagai berikut:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut dan ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik),” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Menjaga Wudhu: Inilah 5 Mukjizat Dahsyat di Dalamnya
3. Mengusap dengan Handuk
Dalam sebuah hadits , Maimunah radhiyallahu ‘anha mengatakan:
فَنَاوَلْتُهُ الْمِنْدِيلَ فَلَمْ يَأْخُذْهُ
Artinya: “Kemudian aku ambilkan handuk, namun beliau tidak menggunankannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada konsep ini mengusap air wudhu dengan handuk ataupun kain sejenisnya hal itu dikatakan sebagai makruh, sebab sunnah Rasulullah SAW adalah dengan membiarkan air wudhu kering dengan sendirinya.
4. Menambah dan Mengurangi Basuhan dengan Yakin
Ajaran Rasulullah SAW adalah dengan melakukan wudhu tiga kali pengulangan. Makruh untuk menambah dan mengurangi basuhan dengan yakin, kecuali ketika dalam kondisi ragu.
Rasulullah SAW bersabda:
هكذا الوضوء فمن زاد علي هذا أو نقص فقد أساء وظلم
Artinya: “Beginilah cara berwudhu, barang siapa yang menambah atau mengurangi (jumlah tiga kali setiap basuhan) maka dia telah berbuat buruk dan zhalim,” (HR Abu Dawud).
5. Meminta Tolong Orang
Maksud dari meminta tolong di sini adalah dengan menyuruh orang lain untuk membasuhkan anggota badan tanpa udzur. Islam selalu meringankan hukum kepada siapapun, sehingga jika orang benar-benar tidak bisa berwudhu, maka hukum meminta bantuan tidak makruh.
6. Berlebihan dalam Membasuh Muka, Berkumur, dan Istinsyaq
Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Seperti halnya membasuh muka, hendaknya berhati-hati dan sempurna. Muka merupakan anggota tubuh yang terhormat, sebab terletak pada kepala, dan merupakan ciptaan yang indah dari Allah SWT. Dikhawatirkan jika terlalu kencang dalam membasuh, maka dapat menghilangkan kemuliaannya.
Berlaku juga dalam berkumur dan menghirup air dalam hidung (istinsyaq) bagi orang yang berpuasa. Hal ini dimakruhkan, karena khawatir air tersebut justru masuk dan membatalkan puasa.
Itu dia enam makruh wudhu yang wajib diketahui. Mengusahakan kesempurnaan dalam beribadah merupakan salah satu bentuk ta’dzim kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Hendaknya bersama-sama bersemangat untuk hal yang demikian.
Wallohu A’lam
Oleh Monyca