7 Kedudukan Ayah dalam Islam, Begini Penjelasannya
TSIRWAH INDONESIA – Ayah dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menjelaskan pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua terutama ayah.
Sudah semestinya seorang anak berbakti kepada orang tuanya, terutama kepada ayah yang telah berjuang untuk keluarga. Berikut ini tujuh kedudukan seorang ayah dalam islam:
1. Pemimpin dalam Keluarga
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa ayah adalah pemimpin bagi keluarganya. Berikut dijelaskan dalam sebuah hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap kalian adalah pengatur dan akan ditanya mengenai apa yang telah diatur. Seorang pemimpin negara adalah pemimpin untuk rakyatnya, ia akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di rumah untuk keluarganya dan akan ditanya mengenai tanggung jawabnya. Seorang wanita adalah pengatur untuk rumah suami dan anak suaminya, ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak sahaya menjadi penanggung jawab untuk harta tuannya, ia akan ditanya tentangnya. Ingatlah, setiap kalian itu punya tanggung jawab dan setiap kalian akan ditanya tentang tanggung jawabnya,” (HR Bukhari dan Muslim).
Demikian besar keutamaan pemimpin dalam keluarga, karena tidak hanya mengurus diri sendiri, tetapi menyiapkan nafkah sebagai tulang punggung keluarga, dan juga mendidik akhlak untuk keluarganya. Semua upaya itu memerlukan perjuangan hebat atau jihad.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin juz 2 halaman 36 menyampaikan:
وليس من اشتغل بإصلاح نفسه وغيره كمن اشتغل بإصلاح نفسه فقط ولا من صبر على الأذى كمن رفه نفسه وأراحها فمقاساة الأهل والولد بمنزلة الجهاد في سبيل الله
Artinya: “Tentu saja orang yang sibuk mengurus dirinya dan orang lain (keluarganya) tidak sama derajatnya dengan orang mengurus dirinya sendiri (jomblo), dan juga tidak sama derajat orang yang bersabar menahan kecewa ulah keluarga dengan orang yang menghibur dan menyenangkan diri sendiri. Sabar dan bertahan dalam membina anak dan mengasuh anggota keluarga rumah tangga setara mulianya dengan jihad.”
2. Ayah Penyelamat Keluarga dari Api Neraka
Kewajiban ayah sebagai pemimpin dalam keluarga adalah membawa bahtera rumah tangganya selamat sampai akhirat dan dihindarkan dari api neraka. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
BACA JUGA: Parenting: 6 Alasan Penting Keterlibatan Ayah, Simak
3. Ayah Teladan dan Pembimbing Terbaik
Ayah adalah teladan terbaik, memiliki peran penting dalam membimbing keluarganya ke arah yang benar, menjauhkan mereka dari perbuatan dosa, dan memastikan bahwa mereka mematuhi ajaran agama.
Kisah Luqman yang menasehati anaknya patut diteladani. Allah SWT abadikan kisah tersebut di dalam surat Luqman ayat 13, supaya tidak mempersekutukan Allah, yaitu sebagai berikut:
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, ‘wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar’.”
Hal ini penting dilakukan agar anak memiliki nilai-nilai dan pemahaman dasar tentang agama dan penciptanya.Imam Ibnu Ruslan dalam nadzom Matan Az-Zubad mengatakan:
أول واجب على الإنسان معرفة الإله باستيقان
Artinya: “Kewajiban pertama kali bagi manusia adalah mengenal Tuhan dengan penuh keyakinan.”
Selain itu, mengajari kerelaan anak untuk mengakui bahwa Allah adalah tuhannya, Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, dan Islam adalah agamanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Ali bin Abdurrahman Al Masyhur dalam kitab Al-Manhajus Sawi halaman 506 sebagai berikut:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وِبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا
Artinya: “Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad ﷺ sebagai nabi dan rasul.”
4. Ayah Adalah Pintu Surga
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
Artinya: “Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya,” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Penegasan kata ‘awsath al-baab’ di atas seakan-akan ingin menunjukkan kepada kita akan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Imam Al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi juz 4 halaman 522 menjelaskan:
أَيْ خَيْرُ الْأَبْوَابِ وَأَعْلَاهَا وَالْمَعْنَى أَنَّ أَحْسَنَ مَا يُتَوَسَّلُ بِهِ إِلَى دُخُوْلِ الْجَنَّةِ وَيُتَوَسَّلُ بِهِ إِلَى وُصُوْلِ دَرَجَتِهَا الْعَالِيَةِ مُطَاوَعَةُ الْوَالِدِ وَمُرَاعَاةُ جَانِبِهِ
Artinya: “Tegasnya, maksud dari awsath al-baab adalah sebaik-baiknya pintu dan paling mulianya pintu. Maknanya adalah, sesungguhnya sebaik-baiknya pintu yang menjadi wasilah masuknya seseorang ke dalam surga, juga menjadi wasilah bagi ia untuk mendapatkan derajat yang tinggi ialah dengan menaati orang tua dan merawat di sampingnya.”
Dari penjelasan di atas, kita sangat dilarang mendurhakai orang tua. Tingkat larangannya mencapai level haram, sebab ada ancaman jika melakukannya. Bahkan mendurhakai orang tua termasuk bagian dari dosa yang besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَلَا أُحَدِّثُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
Artinya: ‘Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa yang paling besar?’ para sahabat menjawab, ‘tentu, wahai Rasulullah!’ Beliau bersabda, ‘mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua’,” (HR Bukhori).
5. Pemberi Nafkah Keluarga
Nabi Muhammad SAW menjamin surga bagi orang tua yang menafkahi, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ كُنَّ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ يُؤْوِيهِنَّ، وَيَرْحَمُهُنَّ، وَيَكْفُلُهُنَّ، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ، قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ: فَإِنْ كَانَتْ اثْنَتَيْنِ؟ قَالَ: وَإِنْ كَانَتْ اثْنَتَيْنِ، قَالَ: فَرَأَى بَعْضُ الْقَوْمِ، أَنْ لَوْ قَالُوا لَهُ وَاحِدَةً، لَقَالَ: وَاحِدَةً.
Artinya: “Barang siapa yang memiliki tiga anak perempuan yang ia berikan tempat tinggal, ia sayangi, dan ia berikan nafkah, maka pasti ia masuk surga. Beliau ditanya, ‘wahai Rasulullah, bagaimana kalau dua anak perempuan saja?’ beliau bersabda, ‘dan juga dua anak perempuan.’ Sebagian berpendapat, bahwa andaikan mereka bertanya kepada nabi, ‘bagaimana kalau satu anak perempuan saja?’ niscaya nabi akan menjawab, ‘dan juga satu anak perempuan’,” (HR Ahmad).
6. Menjadi Suami dan Ayah yang Baik
Sejatinya, menjadi suami bagi istri sekaligus ayah bagi anak dengan baik dan bersabar dalam menjalani proses berumah tangga adalah sebuah keharusan. Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumuddin juz 2 halaman 37, yaitu salah satu faidah menikah adalah:
مجاهدة النفس ورياضتها بالرعاية والولاية والقيام بحقوق الأهل والصبر على أخلاقهن واحتمال الأذى منهن والسعي في إصلاحهن وإرشادهن إلى طريق الدين والاجتهاد في كسب الحلال لأجلهن والقيام بتربيته لأولاده
Artinya: “Berjuang melawan diri sendiri dan melatih kepribadian dalam mengasuh, mengayomi, memenuhi kewajiban terhadap keluarga, bersabar atas kelakuan mereka, menanggung kecewa karena ulah mereka, berusaha memperbaiki dan menunjuki mereka ke jalan agama, berjuang mencari nafkah halal untuk mereka, dan mendidik anak-anak.”
7. Doa Ayah Mustajab
Selain perjuangan dan pengorbanan, ada doa ayah kepada anak-anaknya sebagai bukti cinta dan kasih sayangnya yang sangat tulus. Nabi Muhammad SAW bersabda:
دُعَاءُ الْوَالِدِ يُفْضِي إِلَي الْحِجَابِ
Artinya: “Doa ayah itu menerobos tirai,” (HR Ibnu Majah).
Demikianlah tujuh kedudukan ayah dalam islam. Semoga kita dapat senantiasa selalu berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya, aamiin.
Wallohu A’lam
Oleh Aryan Andika