Faktor-Faktor Pendorong untuk Meraih Husnul Khatimah, Nomor 4 Sering Dilupakan
TSIRWAH INDONESIA – Apabila telah membahas su’ul khatimah dan faktor-faktor pendukungnya, maka perlu dikemukakan tentang faktor-faktor yang berpotensi menyelamatkan diri dari su’ul khatimah untuk meraih husnul khatimah.
Dikutip dari buku Bekalku Masih Sedikit Sedangkan Kematianku Semakin Dekatkarya Syaikh Mahmud Al-Mishri, berikut ini faktor-faktor yang mendorong diperolehnya husnul khatimah.
1. Menegakkan Keesaan Allah SWT
Masalah tauhid bukanlah masalah sampingan hingga kita menundanya, melainkan masalah fundamental dan menjadi pilar utama penopang agama. Islam merupakan akidah yang memancarkan syariat. Allah subhanahu wa ta’ala tidak berkenan menerima syarat suatu kaum hingga keyakinan mereka benar.
Dalam hadits Utbah bin Malik, disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَبْتَغِىْ بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ.
Artinya: “Sesungguhnya Allah melarang api neraka membakar orang yang mengucapkan, “La ilaha illallah,” hanya untuk mendapat ridha Allah,” (HR.Bukhori).
2. Bertakwa
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam surat Ali-Imran ayat 102, Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ (١٠٢)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
Ketakwaan merupakan faktor terbesar yang mendorong orang beriman menggapai husnul khatimah.
Takwa merupakan faktor dihapuskannya keburukan-keburukan dan diampuninya dosa-dosa.
3. Al-Istiqamah (Konsisten)
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 13-14, Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَمُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ (١٣) أُوْلَىئِك أَصْحَبُ الْجَنَّةِ خَلِدِيْنَ فِيْهَا جَزَآءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (١٤)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagaimana balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah ditanya tentang istiqamah. Ia menjawab, “janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu pun.” Dalam hal ini, Abu Bakar mendefinisikan istiqamah sebagai ketauhidan murni.
4. Memperbanyak Mengingat Kematian
Memperbanyak mengingat kematian, berpotensi mengendalikan seseorang dari berbagai perbuatan durhaka dan melembutkan hati yang keras. Barangsiapa memperbanyak mengingat kematian, maka dimuliakan dengan tiga perkara: mendorongnya segera bertaubat, menjadikan hati dan jiwanya merasa cukup, dan aktif meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
Sedangkan orang yang melupakan kematian maka dihukum dengan tiga perkara: menunda-nunda taubat, tidak menerima hidup dalam kesederhanaan, dan malas beribadah.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ الَّلذَّاتِ يَعْنِى الْمَوْتَ.
Artinya: “Hendaklah kalian memperbanyak mengingat penghilang kesenangan-kesenangan,(yaitu) kematian,” (HR. At-Tirmidzi).
Baca Juga: 4 Keutamaan Merahasiakan Sedekah, Nomor Terakhir Penting
5. Jujur
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 119, Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوۡنُوۡا مَعَ الصّٰدِقِيۡنَ (١١٩)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”
Rasulullah SAW bersabda:
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقَا.
Artinya: “Seorang lelaki senantiasa jujur dan berupaya menjaga kejujurannya hingga dipastikan sebagai orang-orang yang jujur di sisi Allah,” (HR Muslim).
6. Berprasangka Baik kepada Allah SWT
Ini merupakan salah satu faktor terbesar yang mendorong seseorang dapat meraih husnul khatimah, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى إِنْ خَيْرًا فخَيْرٌ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ.
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, “Aku tergantung pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku; jika baik maka baik dan jika buruk maka buruk,”(HR At-Thabrani).
Diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “tiga hari sebelum wafat, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
لاَ يَمُوْتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِا للهِ الظَّنَّ.
Artinya: “Hendaklah salah seorang di antara kalian tidak meninggal dunia, kecuali berbaik sangka kepada Allah SWT,” (HR Muslim).
7. Bertaubat
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 31:
وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (٣١)
Artinya: “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ.
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT menerima taubat seseorang selama ruhnya tidak sampai tenggorokan,”(HR At-Tirmidzi).
8. Pendek Angan-angan dan Merenungi Kehinaan Dunia
Syariat memotivasi umat islam untuk bekerja dan bersegera melakukannya. Diriwayatkan dalam shahih al-bukhori, hadits dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.
Artinya: “Ada dua kenikmatan dimana keduanya banyak dilupakan manusia, kesehatan dan waktu kosong,” (HR. Bukhori).
Umar bin Khattab berkata, “bersikap waspada/pelan dalam segalaperkara merupakankebaikan, kecuali dalam urusan akhirat.“
9. Menghindarkan Diri dari Faktor-faktor yang Menjerumuskannya Dalam Su’ul Khatimah
Terakhir, di antara faktor-faktor yang mendorong meraih husnul khatimah adalah takut terhadap su’ul khatimah dan menghindarkan diri dari faktor-faktor yang menjerumuskannya.
Adapun faktor-faktor yang mendorong terjerumuskannya seseorang dalam su’ul khatimah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan yang menyimpang dan tenggelam dalam bid’ah-bid’ah.
2. Kemunafikan dan tidak sinkronnya antara zhahir dengan bathin.
3. Menunda-nunda taubat.
4. Panjang angan-angan dan mencintai dunia.
5. Menggantungkan hati kepada selain Allah SWT.
6. Terbiasa mengerjakan dosa-dosa dan berbuat durhaka secara terus menerus.
7. Bunuh diri dan berputus asa terhadap rahmat Allah SWT.
8. Berinteraksi dengan orang-orang yang biasa berbuat durhaka.
9. Tidak konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Wallohu A’lam
Oleh Fera Andriyani