Alquran & HaditsHikmah & Wawasan

Farsy Al-Huruf: Kaidah Khusus Surah Al-Fatihah

TSIRWAH INDONESIA Farsy al-huruf atau kaidah khusus adalah kaidah bacaan imam tujuh yang hanya berlaku pada surah dan ayat-ayat tertentu.

Sebagai contoh, farsy al-huruf surah Al-Fatihahfarsy al-huruf surah Al-Baqarahfarsy al-huruf surah Ali Imran, dan seterusnya.

Al-Fatihah merupakan surah pembuka dalam Alquran yang memiliki banyak nama dan julukan.

Al-Qurthubi di dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkam Alquran menyebutkan ada dua belas nama Al-Fatihah di antaranya, ummul quran (ibu Alquran). 

Dalam sebuah hadis riwayat At-Turmudzi dari Abu Hurairah, nabi shallallahu ‘alahi wassallam bersabda:

عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الحمد لله أم القرآن وأم الكتاب والسبع المثاني.

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘alhamdu lillahi adalah induk Alquran, induk kitab, dan tujuh ayat yang berulang,” (HR At-Turmudzi).

Menurut mayoritas ulama surah Al-Fatihah mempunyai nama lain yaitu, ummul quran, ummul kitab, dan sab’ul matsani.

Ummul quran (induk Alquran) merupakan asal mula sesuatu atau pembuka Alquran dan mencakup seluruh ilmu.

Kajian farsy al-huruf surah Al-Fatihah dalam tulisan ini merujuk pada kitab-kitab qira’at yang pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bacaan imam tujuh pada lafaz (ملك) dalam surah Al-Fatihah ayat 4, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

Artinya: “Pemilik hari pembalasan.”

Penjelasan bacaan imam qira’at pada lafaz ayat di atas berikut ini:

Pertama, Imam Ashim dan Al-Kisa’i membaca dengan menambahkan huruf alif sesudah mim (إثبات الألف بعد الميم), yaitu مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ.

Kedua, Baqil qurra’ yaitu imam tujuh selain yang sudah disebutkan di atas, mereka adalah: Nafi’, Ibnu Katsir, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, dan Hamzah membaca dengan membuang alif sesudah mim (حذف الألف بعد الميم), yaitu مَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ.

Ulama mengklasifikasikan hanya dua model bacaan (وجه) ini saja yang masuk ke dalam mutawatir.

Di samping masih ada tiga belas dari jalur lain, maka jumlah qira’at pada surah Al-Fatihah ayat 4 dalam lafaz ini ada lima belas qira’at.

Firman Allah SWT surah Al-Fatihah ayat 6:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

Artinya: “Bimbinglah kami ke jalan yang lurus.”

Khusus pada lafaz (الصراط) surah Al-Fatihah bacaan imam tujuh sebagai berikut:

Pertama, Qunbul membaca dengan huruf sin, yaitu (السراط).

Kedua, Hamzah membaca dengan isymam yaitu, campuran bunyi antara huruf shod dengan zai, akan tetapi lebih dominan shod.

Ketiga, Baqil qurra’ mereka adalah: Nafi’, Al-Bazzi, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, Ashim, dan Al-Kisa’i membaca dengan shod murni.

Firman Allah SWT surah Al-Fatihah ayat 7:

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

Artinya: (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.

Lafaz صراط  dalam Alquran ada kalanya bentuk nakirah (صراط) dan ma’rifah (الصراط).

Bacaan imam tujuh pada lafaz di atas dan yang semisal di seluruh Alquran baik nakirah maupun ma’rifah sebagai berikut:

Pertama, Qunbul membaca dengan huruf sin, yaitu (سراط) dan (السراط).

Kedua, Khalaf membaca dengan isymam yaitu, (صراط) dan (الصراط).

Ketiga, Baqil qurra’ mereka adalah: Nafi’, Al-Bazzi, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, Ashim, Khallad, dan Al-Kisa’i membaca dengan shod murni.

Selain qira’at di atas, Imam Hamzah mempunyai bacaan lain khusus huruf ha pada lafaz (عليهم) dan yang semisal di atas berikut ini:

Pertama, Imam Hamzah membaca dengan mendhammahkan huruf ha, yakni .عَلَيْهُمْ

Kedua, Imam qira’at lain yaitu: Nafi’, Ibnu Katsir,  Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, Ashim, dan Al-Kisa’i membaca dengan mengkasrahkan huruf ha, yaitu عَلَيۡهِمۡ.

Imam Hamzah dalam hal ini mempunyai qira’at pada tiga lafaz khusus (عليهم، إليهم، لديهم) yaitu, dengan mendhammahkan huruf ha baik ketika waqaf maupun washal.

Dalam mengaplikasikan farsy al-huruf, baik tulisan maupun bacaan ayat Alquran hanya pada surah dan ayat tertentu saja.

Lafaz ملك surah Al-Fatihah tidak dapat dipakai pada An-Nas maupun surah yang lain. Meskipun memiliki lafaz yang sama.  

Untuk memiliki pemahaman yang utuh, pembahasan ini harus dikaitkan dengan kaidah mim jamak pada artikel sebelumnya yaitu klik di sini.

Wallohu A’lam
Oleh Anni Kholidah Ritonga

Editor: Dewi Anggraeni, S.Hum

Aktivis dakwah, jurnalis, interpersonal skill, tim work, content creator, dan emotional management.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator