Fenomena Flexing: Penyebab Ain dan Cara Menghindarinya
TSIRWAH INDONESIA – Belakangan ini fenomena flexing sedang trend di media sosial. Flexing adalah istilah untuk orang yang memamerkan kelebihannya. Pamer gaya hidup mewah, paras yang rupawan, jabatan tinggi dan kelebihan lainnya.
Flexing diambil dari bahasa Inggris yaitu flex yang merujuk pada prestasi dan kemewahan.
Kecenderungan untuk tidak flexing sulit dilakukan di zaman sekarang. Teknologi media sosial yang luas mengakibatkan persaingan hidup yang luas juga.
Semua orang berlomba-lomba untuk memenuhi gengsi dan atensi dengan mengunggah semua hal ke media sosial.
Menurut artikel yang dimuat pada laman umsb.ac.id,
flexing memiliki dampak negatif bagi yang melakukannya seperti sulit berteman, kondisi mental yang terganggu dan risiko terkena penyakit ‘ain.
Apa Itu Penyakit ‘Ain
Dijelaskan dalam fatwa Lajnah Daimah, ‘ain berasal dari kata ‘عان- يعين’ yang artinya: “Terkena sesuatu hal dari mata.” Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut.
Singkatnya, penyakit ‘ain adalah penyakit non medis yang disebabkan karena pandangan dan komentar orang lain yang didasari dengki maupun kagum yang berlebihan.
Rasulullah shalallahualallahu alaihi wasallam pernah menyinggung soal penyakit ‘ain dalam hadis berikut:
عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ عن النَبِيَّ صَلّى اللّٰهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: العَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَق القَدَرَسَبَقَتْهُ العَيْنُ
Artinya “Dari Ibn Abbas, Rasulullah SAW bersabda ‘ain itu benar-benar ada. Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir sungguh ‘ain itu yang bisa’, ” (HR Muslim).
Orang yang terkena ‘ain sulit dideteksi karena efek yang diberikan berbeda-beda. Ada yang terkena sakit keras, pudarnya kecantikan, hilangnya harta, hingga kematian.
Contoh sederhana dari penyebab ‘ain adalah memuji orang lain secara berlebihan, dan rasa iri dengki terhadap kelebihan orang lain.
Media sosial bersifat general, orang yang tidak dikenal sekali pun dapat melihat semua yang kita unggah, tanpa mengetahui pandangan dan pikiran mereka terhadap unggahan tersebut. Kita sulit membedakan pengguna media sosial yang sekadar mengunggah dokumentasi dan yang menyombongkan diri.
Cara Pencegahan ‘Ain
1. Perbanyak Zikir dan Membaca Doa
Allah subhanahu wa ta’ala adalah sebaik-baik penolong dan penjaga. Meminta penjagaan kepada-Nya dengan cara berzikir dan berdoa adalah tindakan utama yang harus dilakukan.
Dilansir dari detik.com, Rasulullah SAW memanjatkan doa untuk kedua cucunya Hasan dan Husein agar terhindar dari ‘ain, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis berikut:
أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لِامَّةٍ
Artinya: “Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan ‘ain yang buruk,” (HR. Abu Daud).
Semua yang terjadi atas izin Allah SWT termasuk penyakit ‘ain. Hendaklah kita mendekatkan diri kepada Allah SWT agar terhindar dari hal-hal buruk seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28:
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
Artinya “Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
BACA JUGA : ‘Ain: Penyakit Tidak Kasat Mata yang Membahayakan, Berikut Penjelasannya
2. Hindari Perasaan Iri Hati
Rasulullah SAW bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
Artinya “Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain,” (HR Muslim).
Perasaan iri termasuk salah satu penyakit hati yang tercela dan zalim. Perasaan iri dapat menyebabkan keras hati, hidup tidak tenang dan merusak tali persaudaraan.
Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas porsi kenikmatan yang di miliki masing-masing insan.
Sesungguhnya perasaan iri hati hanya akan menghilangkan perbuatan baik sebagaimana sabda Rasulullah:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Artinya: “Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar,” (HR Abu Daud).
3. Mengingat Allah Ketika Memuji Seseorang
Memuji seseorang dengan berlebihan akan menimbulkan perasaan bangga diri, tinggi hati dan sombong bagi yang dipuji.
Maka hendaklah melibatkan sang pencipta ketika memuji. Karena kelebihan dan prestasi yang dimiliki setiap manusia adalah atas izin Allah SWT. Sebagaimana yang termaktub dalam surat Yasin ayat 82:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.”
Memuji menggunakan kalimat MasyaAllah, Subhanallah dan pujian lainnya untuk sang pencipta sebagai suatu ikhtiar agar terhindar dari ‘ain dan hal buruk lainnya.
4. Bijak dalam Bermedia Sosial
Melansir dari kompas.com, media sosial menjadi wadah yang sangat mudah untuk mengekspresikan diri. Tidak perlu tatap muka, dan cenderung memalsukan diri.
Tidak hanya memudahkan aktivitas, media sosial juga memicu hal negatif bagi penggunanya, salah satunya flexing.
Flexing di media sosial menghasilkan kepuasan sendiri terhadap pelakunya. Seperti bertambahnya jumlah pengikut media sosial, meningkatkan rasa percaya diri, serta menciptakan kesan publik.
Namun jika tidak dikontrol, hal-hal tersebut dapat menimbulkan konflik. Keleluasaan yang ditawarkan membuat para pengguna lupa akan etika berkomunikasi.
‘Ain memang sulit dihindari karena penyebabnya tidak jelas terlihat, namun dapat dicegah dengan senantiasa mengingat Allah SWT dan menghindari rasa dengki terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.
Wallohu A’lam
Oleh: Alieftya Zahra