Sirah Nabawiyah

Ketika Rasulullah SAW Menangis Karena Kehilangan Anaknya

TSIRWAH INDONESIA – Setiap manusia pasti pernah mengalami kesedihan dalam perjalanan hidupnya, tak terkecuali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Sepanjang hidupnya, Rasulullah SAW telah mengalami banyak ujian dan cobaan yang membuatnya bersedih. Beliau telah menyaksikan meninggalnya beberapa anak dan juga istri yang sangat beliau cintai.

Namun, sebuah kisah pelik pernah terjadi di kehidupan Nabi Muhammad sehingga beliau meneteskan air mata, yaitu ketika beliau kehilangan anaknya yang bernama Ibrahim.

Berikut kisah dan hikmah yang bisa diambil dari kisah Rasulullah SAW yang menangis karena kehilangan:

Ibrahim lahir ketika Rasulullah berumur 62, tepat setahun sebelum meninggalnya beliau. Ibrahim adalah anak lelaki yang kelahirannya memberikan kegembiraan Rasulullah. Sebab di akhir hidupnya,  beliau berharap anak lelakinya dapat meneruskan garis keturunan Rasulullah.

Kelahiran Ibrahim begitu spesial karena Ibrahim lahir ketika kejayaan islam semakin berkembang dan orang-orang berbondong-bondong masuk islam. Syariat islam pun sudah banyak diterapkan.

Setelah Ibrahim lahir, Rasulullah melantunkan adzan di telinga Ibrahim, melakukan tradisi tahnik, dan juga melakukan aqiqah atas kelahirannya. Dengan gembira dan wajah bahagia, Rasulullah mengabarkan kelahirannya dengan berkata:

وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلَامٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ

Artinya: “Malam tadi aku dianugerahi seorang bayi laki-laki, segera aku namai ia dengan nama ayahku, yakni Ibrahim,” (HR. Muslim).

Rasulullah SAW sering mengunjungi Ibrahim di tempat ibu persusuannya. Ia pun sering membawanya ketika berkunjung kepada istri-istrinya dan juga ke masjid.

Tepat ketika berumur 16 bulan, saat bayi memiliki tingkah yang menggemaskan, memikat hati dan memiliki hubungan erat dengan orang tuanya, ia jatuh sakit dan menunjukkan tanda-tanda bahwa umurnya tidaklah panjang.

Ketika kabar itu datang, Rasulullah SAW bergegas meninggalkan aktivitasnya dan menuju ke rumah ibu persusuan ibrahim bersama sahabat-sahabatnya.

Saat sudah memiliki izin untuk memasuki rumah itu, Rasulullah SAW yang terkenal dengan rasa kasih sayang dan lemah lembutnya, lekas menggendong Ibrahim di tangannya.

Beliau menciumi wajah dan rambutnya. Sahabat pun tidak sanggup menahan haru melihat kejadian itu. Seiring berjalannya waktu, nafas Ibrahim semakin melemah dan ia wafat di dekapan Rasulullah SAW.

BACA JUGA : Solusi dari Anxiety Disorder ‘Gangguan kecemasan,’ dalam Islam

Tak lama setelah meninggalnya Ibrahim, Rasulullah SAW pun menangis tersedu-sedu. Semua orang yang berada disana pun larut dengan kesedihan yang dialami Rasulullah SAW.

Melihat momen ini, sahabat Rasulullah SAW, Abdurrahman bin ‘Auf yang heran karena tangisan Rasulullah pun bertanya, “Engkau juga menangis Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab:

يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ

Artinya: “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya ini adalah rahmat (tangisan kasih sayang),” (HR. Bukhari dan Muslim).

Anas radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa setelah itu Rasulullah semakin tersedu-sedu. Semua yang ada di sana pun ikut menangis. Ia melanjutkan kalimatnya dan bersabda:

إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

Artinya: Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya saja kami tidak mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kami. Kami semua benar-benar berduka berpisah denganmu, Ibrahim,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Setelah itu, Rasulullah SAW memandikan jenazah Ibrahim dan mengimami sholat jenazah. Kemudian beliau menguburkan Ibrahim ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Dari kejadian ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita adab ketika menghadapi kesedihan. Sangat wajar bagi seseorang menangis untuk mengekspresikan kesedihan, karena kepergian seseorang yang ia cintai. Namun, tetaplah berusaha bersabar dan mengingat Allah SWT.

Rasulullah SAW dengan hati yang hancur dan terluka atas kehilangan putranya, masih tetap selalu mengingat Allah dan tetap kembali kepada-Nya. Beliau tidak mengatakan perkataan yang tidak disenangi Allah subhanahu wa ta’ala.

Wallohu A’lam
Oleh Dennis Ramadhan

Avatar photo

Editor: Dennis Ramadhan

Seorang pengajar dengan hobi belajar, mengajar dan menulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator