Tokoh & Sejarah

Usamah bin Zaid: Panglima Muda Kesayangan Rasulullah

TSIRWAH INDONESIAUsamah bin Zaid merupakan seorang tokoh Islam yang memiliki julukan ‘hibbu Rasulillah’ atau ‘kesayangan Rasulullah’. Mengutip buku Usamah bin Zaid: Tokoh Kesayangan Rasulullah karya Arief Priambudi, Usamah juga digelari ‘kesayangan, putra dari kesayangan’.

Nama lengkapnya adalah Usamah bin Zaid bin Haritsah bin Syurahbil bin Ka’ab bin Abdil Uzza bin Yazid bin Umrul Qais. Usamah merupakan keturunan dari Bani Kalb yang lahir pada 612 M di Mekah.

Mengutip buku Anak-Anak di Sekeliling Rasulullah saw karya M. Luqman Arifin, Usamah kecil merupakan teman sepermainan Hasan bin Ali, cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Usamah dan Hasan merupakan anak-anak yang sangat Rasul SAW cintai. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُنِي فَيُقْعِدُنِي عَلَى فَخِذِهِ وَيُقْعِدُ الْحَسَنَ عَلَى فَخِذِهِ الْأُخْرَى ثُمَّ يَضُمُّهُمَا ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمَا فَإِنِّي أَرْحَمُهُمَا

Artinya: “Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah SAW pernah mengambilku dan mendudukkanku di atas pahanya serta meletakkan Hasan di paha beliau yang satu, lalu beliau mendekap keduanya kemudian berdoa, ‘Ya Allah, sayangilah keduanya karena aku menyayangi keduanya’,” (HR. Bukhari).

Tidak hanya Usamah, ayah dan ibundanya juga merupakan orang-orang yang dekat dengan Rasulullah SAW. Ayahnya adalah Zaid bin Haritsah, yang merupakan anak angkat Rasulullah SAW. Sedangkan ibundanya adalah Ummu Aiman, pengasuh Rasul SAW yang sangat beliau cintai.

Meski masih muda, Usamah dikenal sebagai seorang muslim yang tangguh, kuat, cerdas, serta baik akhlaknya. Dari ayahnya, Usamah belajar mengenai keberanian dan ketangkasan. Sedangkan dari ibunya, Usamah belajar bagaimana berperilaku yang baik.

Ketika Perang Uhud, tahun 625 M atau 3 H, Usamah meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk ikut serta dalam perang tersebut. Namun, beliau tidak mengizinkan karena usianya yang masih 15 tahun kala itu.

Dua tahun berikutnya, terjadi Perang Khandaq. Usamah ikut serta dalam perang tersebut. Perang ini pun menjadi perang perdana yang diikuti oleh Usamah muda.

Selain Perang Khandaq, Usamah juga pernah mengikuti beberapa perang besar lainnya. Pada 629 M, Usamah ikut berjuang dalam Perang Mu’tah di bawah panji yang dipegang ayahnya. Di waktu yang lain, Usamah juga ikut serta dalam Perang Hunain.

Mengutip buku Jenderal Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah karya Nabawiyah Mahmud, keberanian Usamah sangat berkesan di hati Rasulullah SAW. Usamah memiliki keteguhan hati dan tekad yang sangat kuat. Karena itu, Rasul pun tak ragu untuk mengangkat Usamah menjadi seorang pemimpin pasukan perang.

Setelah Perang Mu’tah, Rasulullah SAW bermaksud untuk melanjutkan kembali pembebasan atas wilayah Romawi. Pada tahun 11 H, beliau mengeluarkan perintah untuk mempersiapkan pasukan yang besar.

Beberapa sahabat senior seperti Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Saad bin Abi Waqas, dan Abu Ubaidah bin Jarrah juga termasuk ke dalam pasukan tersebut.

Meski terdapat beberapa sahabat senior, Rasulullah justru mengangkat Usamah sebagai pemimpin pasukan. Ketika pengangkatan itu, Usamah baru berusia 20 tahun —sumber lain mengatakan 17 atau 18 tahun.

Dalam khutbahnya, Rasulullah berkata, “Wahai sekalian manusia, laksanakanlah misi Usamah. Demi umurku, jika kalian menyangsikan kepemimpinannya, maka kalian juga menyangsikan kepemimpinan ayahnya sebelum ini. Sungguh, ia sangat pantas memegang kepemimpinan pasukan, sebagaimana ayahnya juga sangat pantas memimpin (pasukan)”.

Setelah itu, Rasulullah jatuh sakit. Usamah yang sedang berkemah di Jurf mengunjungi Rasul SAW di rumah Aisyah. Sesampainya di hadapan Rasul SAW, Usamah menunduk hingga beliau mencium kemudian mendoakannya.

Pada tahun 632 M, Rasulullah SAW wafat. Beliau wafat sebelum menyaksikan Usamah memimpin pasukannya membebaskan Romawi.

BACA JUGA: Dibalik Kesuksesan Sultan Mehmed II Penakluk Konstantinopel

Setelah Rasulullah SAW wafat, rencana pembebasan atas wilayah Romawi kembali dilanjutkan. Ketika itu, Abu Bakar As-Sidiq sebagai khalifah menetapkan Usamah sebagai pemimpin pasukan, sebagaimana yang telah Rasul perintahkan.

Meski begitu, pengangkatan Usamah sebagai pemimpin pasukan tersebut tetap mendapat pertentangan dari beberapa pihak. Hal ini dikarenakan usia Usamah yang masih muda.

Walaupun mendapat usulan untuk mengganti Usamah sebagai pemimpin pasukan perang, Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Abu Bakar berkata, “Demi Dzat yang jiwaku ini berada di tangan-Nya, andaikata binatang buas menerkamku, aku akan tetap mengirimkan pasukan Usamah sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.

Usamah beserta pasukannya yang berjumlah 3.000 orang kemudian berangkat menuju Balqa’. Pada perang ini, pasukan muslim berhasil meraih kemenangan. Kemenangan ini pun memberikan jalan bagi pembebasan Syam dan Mesir. Dalam pembebasan ini, tidak ada satu korban jiwa pun di pihak kaum muslimin.

Usamah hidup pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah peristiwa pembunuhan khalifah Usman, Usamah memilih untuk mengasingkan diri dan tidak ikut campur dalam konflik yang sedang menimpa kaum muslimin tersebut.

Usamah bin Zaid wafat pada tahun 54 H di Jurf pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Kemudian, jenazah Usamah dibawa ke Madinah dan dimakamkan di sana.

Wallahu A’lam
Oleh Sania Afifah Nuraisyah

Avatar photo

Editor: Dennis Ramadhan

Seorang pengajar dengan hobi belajar, mengajar dan menulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator