Tokoh & Sejarah

Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah: Sosok Istri yang Bijak dan Taat kepada Rasulullah

TSIRWAH INDONESIA – Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdi‎ Syams merupakan deretan Sahabiyah atau sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dari kalangan wanita yang imannya kuat.

Demi mempertahankan keimanannya, Saudah rela berhijrah dari kampung halamannya dan akhirnya menjadi istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. 

BACA JUGA: Biografi 13 Istri Rasulullah, Berikut Penjelasannya

Pasca wafatnya ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu anha, Saudah binti Zam’ah dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat usia beliau sekitar 55 tahun.

Saudah menjadi satu-satunya istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau memutuskan untuk berumah tangga dengan Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma

Saudah binti Zam’ah merupakan salah satu golongan yang pertama kali memeluk Islam dari generasi wanita.

Sebelum menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau telah menikah dengan Sakran bin Amr Al-Amiry dan berhijrah ke Habasyah bersama dengan rombongan dari Bani Amir.

Setibanya Sakran bin Amr Al-Amiry dan Saudah binti Zam’ah di negeri Habasyah, Sakran jatuh sakit dan wafat di negeri tersebut.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Saudah setelah lamarannya diterima pada bulan Ramadhan tahun ke sepuluh hijriyah.

Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah terlibat langsung dalam peristiwa sebab turunnya ayat tentang hijab.

Sebelum datangnya perintah dari Allah untuk berhijab, istri-istri Rasulullah belum mengenakan hijab, dan tidak pula Rasulullah memerintahkan mereka berhijab.

Namun Umar bin Khattab, sahabat Nabi yang mempunyai karakter tegas, mendatangi Rasulullah dan menyarankan beliau agar menghijabi istri-istri beliau. Rasulullah pada awalnya belum mengindahkan usulan tersebut.

Sebab kejadian ini, disebutkan bahwa akhirnya turun firman Allah subhanahu wa ta’ala pada surah Al-Ahzab ayat 59:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا.

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah juga dikenal dengan semangat beliau dalam mentaati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara ketaatan beliau kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah berdiam diri di rumah dan tidak berhaji lagi setelah melakukan haji wada’ bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau pun mentaati perintah tersebut sebagaimana juga menjalankan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Ahzab ayat 33:

وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.”

Ummul mukminin Saudah binti Zam’ah juga dikenal sebagai seorang istri cerdas dan memiliki pergaulan yang baik dengan istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang lain.

Beliau bahkan menghadiahkan malam giliran miliknya untuk Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Ketika beliau bertambah usia, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk menceraikan beliau.

Beliau pun mengatakan kepada Rasulullah keinginan untuk tetap menjadi istri Rasulullah dan akan memberikan hari giliran beliau kepada Ummul mukminin Aisyah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabulkan permohonannya dan tetap menjadikannya salah seorang istrinya sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.

Dalam hal ini turunlah ayat Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 128:

وَإِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِن بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا فَلاَجُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا وَالصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ اْلأَنفُسُ الشُّحَّ وَإِن تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا.

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik.”

Ummul mukminin Saudah juga istiqamah dan rajin beribadah sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya dengan menyibukkan diri dengan tahajud dan ibadah.

Karena hal tersebut, beliau tidak mengetahui berbagai fitnah yang terjadi di luar sepeninggal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah wafat pada akhir masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, sekitar tahun 54 hijriyah di Madinah.

Sebelum meninggal, beliau mewasiatkan rumahnya kepada istri Rasulullah yang lain, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anhuma.

Wallahu A’lam
Abdul Rahman Ramadhan

Editor: Havidz Ramdhani

Aktivis Dakwah, Penulis, Guru Agama, Hafidzul Quran, Web Developer, Graphic Designer, memiliki ketertarikan untuk mengembangkan dan memajukan dunia pendidikan pesantren sesuai relevansi zaman dan teknologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tsirwah Partnership - muslimah creator